Kamis, 06 Desember 2012

Aku masih bisa mempercayaimu lagi


Kata mereka, tiga hari yang lalu mereka melihatmu. Berjalan bergandengan tangan bersama seorang Pria gagah yang sudah jelas itu bukan aku. Tentu pada saat itu aku tidak langsung mempercayai mereka, aku tetap membelahmu dengan menekan bahwa itu pasti bukan dirimu! Ya, saat itu yang kutahu kamu sedang pergi menemani Ibumu berbelanja jadi sungguh sangat tidak mungkin kan diwaktu yang bersamaan kamu bersama sosok yang lain ? aku mempercayaimu.

Seminggu kemudian kata mereka, kamu sedang masuk ke salah satu salon mahal disalah satu mall di Ibu Kota dengan ditemani seorang Pria yang usianya tak muda lagi. ahh.. aku jelas tak mempercayai hal itu. aku membelahmu lagi dengan berkata, bahwa itu mungkin keluargamu. Tapi kata mereka tidak seperti itu! Pria itu beberapa kali memelukmu, mengusap-usap rambutmu dan yang lebih mengejutkan lagi kata mereka ada kalimat “sayang” yang keluar dari bibirmu saat kamu menyapa Pria itu.
Kali ini aku tetap mempercayaimu, karena setahuku hari ini ada lembur dikantormu jadi mana mungkin kamu berada didua tempat dijam yang sama dengan dua hal yang berbeda? Aku berhasil melupakan perkataan mereka itu dan kembali mempercayaimu, lagi.

Sebulan kemudian aku berniat mengajakmu bertemu dengan keluarga besarku tapi pada saat itu kamu tak bisa menerima ajakanku karena dihari yang sama juga ada acara keluarga dirumah tantemu. Hm.. tak apa. Kali ini aku bisa memahamimu lagi dengan akhirnya membatalkan keinginan terbesarku untuk mempertemukanmu dengan keluargaku. Tak sampai disitu, sejam kemudian salah seorang sahabat terdekatku menelphoneku dan memberitahukanku hal yang sulit untuk dipercaya. Katanya, kamu sedang berada disalah satu cafe yang tempatnya tak jauh dari rumahmu. Disana juga kamu sedang tak bersama dengan keluargamu tapi lagi-lagi yang kedengar ini, kamu bersama dengan seorang Pria. Saling bergandengan tangan dan beberapa kali dia melihatmu berciuman dengan Pria asing itu.

Aku masih sanggup bersabar dan tetap tenang dengan segala berita-berita ini dan hanya karena untuk mempercayaimu saja aku sampai-sampai keterlaluan menyalahkan sahabatku itu dengan berkata padanya hal-hal yang seharusnya tak kukatakan.

Lagi aku mempercayaimu. Ini yang ketiga kalinya yang kudengar kamu bersama Pria lain tapi yang kulakukan sekarang hanya diam seperti ini saja. Untuk mengklarifikasi kabar ini padamu saja aku enggan untuk bertanya padamu. Alasannya, aku hanya tak ingin menyakiti hatimu jika berita itu tidak benar dan hanya gosip semata. Karena setiap melihatmu lagi serasa tak ada tanda diwajahmu yang menggambarkan kamu mengkhianatiku. Semuanya nampak baik-baik saja. Bahkan dalam sehari kamu masih bisa mengingatkanku untuk makan dan istirahat yang teratur. Kamu masih bisa mengangkat dengan cepat telephoneku dan tak pernah tidak membalas SMS ku. Jadi aku punya kekuatan apa untuk mecurigaimu ?

Sudahlah, aku memutuskan untuk tak pernah lagi ingin mendengar komentar ini dan itu, tentang bagaimana kamu dan apa saja yang kamu lakukan saat sedang tak bersamaku. Aku tetap mempercayaimu seperti sebelumnya bahkan sekarang aku semakin mempercayaimu jadi tenanglah aku masih tetap mempercayaimu. Sungguh.

Empat hari kemudian, aku melihatmu. Aku melihatmu bukan lagi dari kasat mata mereka, bukan! Tapi aku melihatmu dengan jelas, berdiri dihadapanku dengan ekspresi wajah yang bahagia tapi ekspresimu seperti bukan Wanita yang selama ini aku cintai. Wajahmu dilapisi make up yang tebal, bibirmu dipolesi lipstik merah, busana yang kamu kenakan juga tampak seperti ini bukan kamu yang ku kenal.
Seluruh tubuhku rasanya mulai mati rasa ketika yang kulihat keluar dari kamar 204 adalah kamu. Jantungku berdetak tak baik, kedua bola mataku mulai memanas, rasanya seperti air mataku ingin tumpah ketika melihatmu bersama Pria asing itu.

Ada apa denganmu sayang? Ada apa? Kamu terus menatapku tanpa sedikitpun bergerak untuk menjelaskan padaku tentang apa yang sebenarnya terjadi. Karena dipikiranmu sekarang aku sudah bisa paham apa yang terjadi tanpa perlu kamu menjelaskannya lagi.
Ini yang pertama kalinya aku menangis dihadapanmu, duduk berlutut dihadapanmu separuh menyesal dan kecewa dengan apa yang kamu lakukan sekarang. Pria yang bersamamu dikamar itu tiba-tiba saja keluar dan berkata “Nanti akan segera ku transfer ke rekeningmu”.
Amarahku tiba-tiba saja memuncak, seperti kerasukan roh jahat dan... satu pukulanku melayang dengan bebas kearah pipi Pria itu. kamu histeris, memintaku untuk berhenti dan tanpa perlawanan Pria itu berjalan begitu saja meninggalkan kita berdua yang sedang duduk putus asa didepan kamar 204 ini.

Kamu, merangkul tanganku tapi sayangnya rasanya tak sehangat dulu dan aku melepaskan tanganmu. Kamu, mencoba ingin memelukku tapi sayangnya rasanya tak senyaman dulu pelukanmu dan aku melepaskannya lagi. aku terus saja menangis, sesekali menahan dadaku yang nyerinya mulai terasa sangat sakit. Sungguh ini sakit sekali. Pelan-pelan aku berjalan selangkah demi selangkah meninggalkanmu yang terus saja menangis dan pada akhirnya aku meninggalkanmu sendiri didepan kamar itu.

Ahh.. ini sakit sekali, bahkan aku sama sekali tak bisa mendengar kamu berkata “maaf”. Ahh.. ini nyeri sekali, bahkan aku tak bisa merasa sangat kasihan dengan air matamu itu. Ini sakitnya bukan karena kebohonganmu sayang, tapi ini sakitnya karena aku yang merasa bersalah karena tak bisa menjagamu dan mengawasimu dengan begitu baiknya.

Aku pergi dulu. Sebentar saja. Aku ingin menghilangkan lelah dan kecewa sebentar saja. Kamu jangan kemana-mana, aku tetap kan mengambilmu lagi dan tak akan mencapakanmu seperti bagaimana Pria-pria berengsek itu melakukannya padamu. Kamu, tenanglah. Aku masih bisa mempercayaimu lagi.

10 komentar:

  1. wihh ternyata enggak nyangka juga
    kalau sakit pastinya sakit sekali dan kalau pribadi sih mengerti begitu yah sudah akhiri saja tapi tanpa merusak silaturahmi

    ohhh nice~

    BalasHapus
  2. ini fiksi ya? sudut pandangnya hebat bener...

    beneran ini keren lho

    BalasHapus
  3. baik sekali pria itu, semoga bisa membawa perempuan itu kejalan yg benar

    BalasHapus
  4. keren... tak banyak yg bisa kembali menerima seperti itu..

    BalasHapus
  5. Murni Cinta ini mah.....
    27 jempol buat anda.... 4 dari saya, sisanya minjem dl jempol org lain....
    :D

    BalasHapus
  6. masyaallah, terbuat dari apa hati lelaki yang ada dalam crita ini mbak?
    sebegitu sakitnya dan dia masih punya begitu banyak rasa percaya buat wanitanya itu?

    btw, ceritanya bagus bangeeeeeettttt :D

    BalasHapus
  7. saya jatuh cinta akan karya anda!

    BalasHapus
  8. Mantab cerpennya, hehehe
    mencoba menghayati ternyata keren :)

    BalasHapus

selesai membaca, ayo tinggalkan kritik dan saran teman-teman :)