Selasa, 23 Oktober 2012

Mereka hanya sedang tak tahu..


Mereka hanya sedang tak tahu sayang tentang bagaimana cinta kita, bagaimana pertahanan kita dan bagaimana kuatnya kita untuk tetap seperti ini meski kadang keadaan mengoyakan segalanya.
Mereka hanya sedang tak tahu, tak mengerti dan tak merasa bagaimana bahagianya hati kita saat memiliki cinta sehebat dan sekuat ini. Ya, mereka tak tahu tapi kita mengetahuinya.

Awal tahun 2009 aku menikahimu, saat itu juga awal pernikahan kita diselimuti kebahagiaan yang orang lain pun tak sanggup melawan kebahagiaan kita. Kita sangat bahagia pada saat itu. Acara pernikahan kita pun dilaksanakan 4 hari berturut-turut dan tamu yang diundang hampir sepuluh ribu orang. Bayangkan seberapa banyaknya orang yang datang saat itu bahkan aku bisa melihat raut kelelahanmu itu yang harus berdiri berjam-jam menyalami setiap tamu yang datang membawakan doa restu untuk kita. Kamu tetap tersenyum saat itu, kita sama-sama tersenyum dihari bahagia kita.
 Tak terasa sudah tiga tahun kita hidup seatap, merasakan bagaimana enaknya masakanmu, menikmati aroma coffee yang tiap paginya kamu tuangkan dicangkirku dan aku bisa lebih banyak waktu melihatmu kapan saja aku mau.
Aku juga sering membantumu membersihkan rumah. Kadang aku membantumu memotong sayur, membersihkan ikan juga aku keseringan membantumu mencuci pakaian. Kamu sering melarangku untuk membantumu karena kamu juga tahu sendiri masa mudaku tak pernah aku luangkan untuk mengurusi hal-hal seperti ini tapi tenanglah.. aku hanya ingin menjadi suami yang merasakan suka duka, lelah dan bahagia bersamamu. Bila kamu melarangku untuk menyewakan pembantu untukmu, kamu juga tak boleh melarangku untuk membantumu. Sekarang kita sudah menjadi satu darah, satu jiwa, satu rasa dan satu cinta. Cukup.

Akhir tahun 2012 dokter memberitahukan kabar buruk mengenai kondisimu yang sampai sekarang tak kunjung hamil juga. (dan ini awal kebahagian kita yang diuji Tuhan).
Terjadi pembengkakan didalam rahimmu hingga kamu kesulitan untuk bisa hamil dan memiliki bayi, dokter menyarankan juga untuk segera dilakukan operasi pengangkatan rahim dalam waktu terdekat ini bila tak ingin kondisimu bertambah buruk lagi.

Aku menyetujui hal ini dengan sedikit melapangkan hatiku bahwa kita masih punya cara lain agar bisa memiliki anak tapi kamu ? saat mendengar perkataan dokter itu, yang kamu lakukan saat itu hanyalah terus menangis. Sesekali kamu berkata maaf padaku dan memohon agar aku tak meninggalkanmu meski kamu tak bisa memberikanku keturunan.
Hatiku sesak saat itu juga batinku lirih saat itu juga melihatmu menangis dan memohon sesedih ini. Ini sesak bukan karena perkataan dokter itu, bukan. Bukan soal itu. Tapi ini rasanya sesak sekali bila harus melihat kamu sesedih ini, selemah ini.

Dengarkan aku, aku mencintaimu. Itu kalimat aktif yang kutahu hingga sekarang saat bersamamu dan mungkin sampai kita menua pun tetap saja kalimat itu akan aktif kukatakan padamu tanpa lelah dan jenuh sedikitpun.
Aku mencintaimu. Aku tak peduli dengan bagaimana kondisimu sekarang. Aku tak peduli dengan kita yang akan diberikan keturunan atau tidak. Aku tidak peduli dengan perkataan mereka yang membicarakan masalah rumah tangga kita, sungguh aku tidak memperdulikannya. Yang aku pedulikan itu kamu. Bukan mereka atau siapa tapi ini tentang kamu, tentang cinta kita.

Mereka membicarakan lagi soal megahnya pernikahan kita dan kata mereka sayangnya rezeki kita untuk memiliki keturunan tak semegah resepsi pernikahan kita ditahun 2009, tiga tahun yang lalu. Tak apa, itu komentar mereka kita iyakan saja agar mereka tak banyak berkomentar lagi.

Pihak keluarga kita juga berkomentar hal yang sama tapi kali ini komentar mereka lebih menusuk hatiku dan bukan hatimu saja. Mereka menyarankanku untuk menikah lagi, perpoligami agar bisa mendapatkan keturunan untuk keluarga ini. Oh Tuhan.. apa-apaan ini ? apa mereka pikir cintaku ini seperti cinta disinetron yang on off tak beraturan ? hei.. kita dalam masalah batin mohon untuk jangan memberatkannya dengan menyarankan hal yang sungguh tak mengtenangkan hati.

Dia istriku. Memang benar dia tak bisa memberikanku seorang anak juga putri, tapi ketahuilah dia mampu memberikanku kebahagiaan yang luar biasa lewat cara tersederhananya yang Wanita lain pun belum tentu bisa menciptakannya untukku.

Mereka hanya sedang tidak tahu sayang, bagaimana dulu sebelum kita menikah dan kamu menyadarkanku untuk berhenti mengkomsumsi alkohol dan obat-obat terlarang itu. Mereka hanya sedang tak tahu bahwa dulu aku pernah berniat untuk mengakhiri hidupku dengan caraku sendiri dan kamu yang menghalanginya. Mereka hanya sedang tidak tahu sayang bagaimana dulu, sesabarnya kamu mengajariku untuk mengaji juga sholat. Mereka juga tak tahu kan saat itu beberapa kali aku sakit dan yang datang mengurusiku itu kamu, bukan mereka atau siapa pun.
Itulah sebabnya mereka tak tahu mereka tak tahu bagaimana hebatnya kamu, bagaimana berharganya kamu untukku dan bagaimana besarnya aku mencintaimu. Mereka tak tahu...

Tapi aku juga kamu kita sama-sama saling mengetahuinya. Kita sama-sama saling tahu tentang besarnya cinta kita. Jadi tenanglah.. aku akan selalu setia menemani hari-harimu ini. Aku akan selalu seperti ini, mencintaimu tanpa mengunakan batas waktu.

Dan jangan takut soal kabar yang mengatakan aku akan meninggalkanmu, itu omong kosong ! aku yang akan merasa rugi teramat besar bila harus meninggalkan sosok wanita sehebatmu, jadi tenanglah.. karena aku masih memiliki ruang cinta yang teramat besar yang hanya dapat menambung namamu saja.

Dan bukan mereka yang tak tahu apa-apa tentang kita. Bahagianya kita.

3 komentar:

  1. lelaki setia harusnya begitu, melindungi istrinya ya disaat masa-masa sulit bukannya meninggalkan karena masalah ini. hiks jadi teringat temanku yang punya masalah seperti ini tapi bedanya suaminya memilih menikah lagi dan menceraikan istrinya

    BalasHapus
  2. saya juga blum punya anak mba..sabar aja..;)

    BalasHapus
  3. blog km sudah ak follow, gantian follow back y :)

    BalasHapus

selesai membaca, ayo tinggalkan kritik dan saran teman-teman :)