Dulu aku selalu melakukannya, memelukmu seerat-eratnya
ketika amarahmu meledak dan memintaku
agar sesegera mungkin mengakhiri
saja hubungan kita. Ya, aku selalu mempertahankanmu dengan tidak peduli masalah
yang kita hadapi itu karena keegoisanmu atau karena kelemahanku yang tidak pernah
sadar dengan kebohongan dan perlakuanmu. Kita tak jadi berpisah. Tetap bersama Cuma
mungkin bedanya saja sekarang aku yang ketakutan kehilanganmu dan kamu yang
mulai berkurang rasa terhadapku. Hmm.. biarkan saja asalkan kamu tetap disisiku
(pada waktu itu) perubahan bagiku tak
mengapa, nanti juga aku sendiri yang kan berjuang keras untuk membuatmu baik
seperti semula.
Dulu aku selalu melakukannya, mengabaikan segala urusan
pekerjaan kantorku hanya karena memenuhi keinginanmu untuk menemanimu
kesana-kesini, seperti tak mengenal lelah. Ya, itulah aku pada waktu itu yang
mengira-ngira bahwa untuk membahagiakanmu aku harus selalu menuruti kemauanmu
tanpa berpikir rugi atau untungnya aku. Tapi sudahlah.. bukankah pada waktu itu
aku berniat untuk selalu membahagiakanmu ? jadi pada waktu itu, berbahagialah
kamu sayang...
Dulu aku selalu melakukannya, berpura-pura memasang ekspresi
baik-baik saja dihadapanmu saat melihatmu berjalan bergandengan tangan dengan
beberapa teman-teman priamu yang katamu itu teman baikmu. Ya, aku mempercayaimu
pada saat itu. sesekali menahan dadaku yang nyerinya mulai terasa ngilu. Tak apa,
aku juga tak mau membatasi pergaulanmu. Asalkan itu baik dan kamu bahagia itu
tak apa-apa buatku sekarang. Tapi sayang.. ah.. sudahlah tak apa. Aku baik-baik
saja pada wakt itu, sungguh!
Dulu juga aku selalu melakukannya untukmu, duduk
berlama-lama disampingmu mendengarkan kamu bercerita ini dan itu. bukan
bercerita tentang hubungan kita yang sudah berjalan tiga tahun ini, bukan! Tapi
sejam, dua jam bahkan beberapa jam aku duduk bersamamu yang kudengar hanya
cerita-ceritamu tentang mereka. Tentang kekasihnya temanmu yang kaya raya,
tentang mantan pacarmu yang sekarang sudah menjadi pengusaha hebat, tentang
teman baik priamu itu yang sekarang sering menghubungimu dan lain sebagainya. Saat
mendengarmu bercerita yang kulakukan hanya terus tersenyum saja, berusaha agar
kamu tak cepat menebak soal sebelah mana hatiku yang perih duluan.
Ah... sudahlah
sayang.. teruslah seperti ini, bukankah aku sudah berjanji bahwa apa yang
membuatmu bahagia itu juga bahagia untukku ? tapi sepertinya tidak dengan
hal-hal yang kamu ceritakan padaku itu sayang. Bagaimana bisa aku
membahagiakanmu dengan terus berada disampingmu jika yang membuatmu bahagia
bukan disini, sisiku. Tapi disamping orang-orang itu. bagaimana bisa nanti aku
memilihmu menjadi satu-satunya Wanita untuk anak-anak kita nanti jika untuk
menganggapku sebagai lelaki satu-satunya untukmu jarang untuk kamu lakukan.
L.E.L.A.H !!! Itu
saja yang kutahu sekarang. Bukan lagi cinta atau perasaan ingin
membahagiakanmu, bukan lagi tentang itu. bukan. Jadi sayang.. bisakah aku
beristirahat sekarang ? bukan ingin meminjam pahamu untuk menyandarkan kepalaku
disana, bukan. Tapi aku ingin berjalan jauh saja. Sejauh mungkin.. kalau bisa
tanpa melihatmu lagi. ya seperti itu mungkin akan jauh lebih membuatku baik. Aku pergi...
Sedih ya mbak :(
BalasHapusMasih ada lanjutannya ya?
udah ngk ada syg :)
Hapus:'( aku share yah mbak..
BalasHapussilakan syg :)
Hapusapakah dia merasakan kalau kamu lelah?
BalasHapusSepertinya mbak :D
HapusYaaaaah baru muncul kok pergi lagi ai ??? :D
BalasHapusNanti balik lg kok :))
Hapusdimana2 klw cewek lagi galau ceritanya bisa panjang banget yak . :)
BalasHapusHihihi.. Lg ngk galau mbak. Ini fiksi :))
Hapuskatanya nay dari amrik ea, ai?
BalasHapusOya? Kata siape? Krg tau aku sak.
HapusBagus, dek Ai. :)
BalasHapusWah guru besar coment. Mksh kakak :))
HapusAaahhhh *Lap ingus*
BalasHapusFiksi kah ini???
iya sayang :))
HapusWow, masih fokus dengan keahlian lo nulis fiksi beginian ya Nis. hehe
BalasHapushahaha.. begitulah mas... apa kbr ?
Hapus