Kamis, 19 Juli 2012

Penerbangan Terakhir

“Bisakah bertemu denganku sekarang ?”

Satu SMS yang baru saja masuk ke handphoneku. Pesan ini dari ‘Jie’ seorang pria berusia 23 tahun yang hampir 3 tahun lebih ini ku kenal dan sama-sama hidup seorang diri di kota pelajar ini.

“Bisa. Dimana ?”

Aku membalas SMS nya dengan mengeluarkan senyuman tipis dengan detakan jantung yang mulai terasa asing detakannya. Jujur saja, aku selalu merasa lebih bahagia bila harus bertemu denganmu walau yang sering terjadi saat kita bertemu hanyalah pertanyaan biasa-biasa saja yang kamu lontarkan padaku (tak mengapa) itu sudah lebih dari indah.

“Airport. Aku sekarang berada di waiting room, segeralah ke sini”

Kamu membalasnya dengan sedikit menimbulkan pertanyaan tersendiri di pikiranku. Airport? Waiting room? Apa dia akan berpamitan untuk pergi dari kota ini? Ahh.. sudahlah sekarang aku tak punya waktu untuk memikirkan hal itu, yang harus ku lakukan sekarang ialah bersegera bersiap dan segera menemuimu.

Pukul 07:50 PM

Aku tiba juga di tempat dimana kamu sedang duduk seorang diri dengan coper berukuran besar yang berada di samping tempatmu duduk. Aku mencoba mendekatimu dan..

“Jie..”

Aku menegurmu. Kamu membalikan wajahmu ke arahku, melihatku lalu tersenyum dan ahh.. (aku sepertinya sedang merasa rindu yang teramat sangat dengan senyumanmu itu).

“Duduklah..”

Dengan gerakan yang terlihat lambat aku pun menaruh tubuhku untuk duduk di sebelahmu dan sepertinya aku harus menarik dengan pelan nafasku agar kosentrasinya kembali baik kembali bila harus duduk berdekatan dengan jarak kira-kira 40 cm seperti ini.
Kamu diam. Aku juga demikian. Dan lebih tepatnya kita sama-sama saling berdiam diri seperti biasanya. Aku juga sudah bisa menebak sepertinya kamu akan meninggalkan beberapa saat kota ini, hanya saja kamu sekarang sedang memikirkan beberapa kata terbaikmu untuk menjelaskan hal ini.

“Beberapa menit lagi aku akan berangkat menuju Kairo. Pihak kampus memberikanku kesempatan untuk melanjutkan study disana selama setahun setengah. Bagaimana menurutmu ?”

Kamu akhirnya mengatakan hal itu yang tiba-tiba saja membuat kedua bola mataku memanas dan mulai terasa berair tapi tenanglah.. aku belum akan menangis dan aku pastikan aku akan menangis saat kamu sudah tak duduk di sampingku seperti sekarang.

“Bagaimana menurutku? Bukankah itu hal yang sangat baik Jie? Kamu juga menginginkannya bukan? Jadi pergilah Jie, aku akan menyemangatimu dan mendoakan keberhasilanmu di sana”

Aku menjawabnya dengan berupaya tersenyum penuh bahagia di hadapanmu agar kamu tidak bisa cepat menebak kalau sebelah mana hatiku yang terasa nyeri duluan.
Kamu lalu diam, beberapa kali tersenyum lalu memintaku untuk bisa berphoto bersamamu agar kapan saja kamu mengingatku photo itu bisa sebagai penganti diriku. (hahaha.. kamu melihatnya saat sedang mengingatku saja katamu, tapi bagiku aku melihatnya karena memang tiap saat akan merindukanmu)

Ahh.. ini sungguh mustahil, bagaimana bisa selama setahun setengah aku menenangkan hatiku disini, sendiri dan tanpa sosok sahabat sepertimu. Bagaimana bisa aku melakukannya berpura-pura mengatakan baik-baik saja dan kesulitan mengungkapkan perasaan sendiri yang sulit membiarkanmu pergi. Bagaimana bisa? Aku sendiri belum yakin bisa melakukannya.
Menit ke 30, kamu berdiri juga dari tempat dudukmu. Bersiap-siap memegang copermu untuk segera bergegas ke pesawat di penerbangan terakhir hari ini. Aku terus menunduhkan kepala dengan hati yang bercampur lirih, ingin menangis tapi tidak. Belum saatnya.
Kamu mengulurkan tanganmu, menyalamiku lalu tersenyum membasuh kepalaku dan saatnya kamu meninggalkan tempat duduk ini. Aku terus menunduhkan kepala berusaha tak melihat langkahmu itu dan suaramu itu...

“Aniza...”

Aku mengangkat wajahku, melihatmu yang berdiri dengan jarak jarak kira-kira 7 meter dari posisiku berdiri..

“Ada apa ?”

“Bisakah aku memanggilmu dengan sebutan cinta ?”

Aku tertawa  mendengarnya dengan mengeluarkan air mata dengan terus menatapmu yang berjalan kembali ke arahku.

“Tunggulah aku pulang kembali. Setahun setengah akan terasa cepat bila kamu bisa mempercayaiku. Aku akan bersegera pulang bila semuanya sudah selesai. Bisa kamu menungguku ?”

Aku hanya mengganggukan kepala mewakili kata ‘iya’ lalu menyandarkan kepala di dadamu yang sedang berdetak laju. Aku menagis, kamu juga dan kita sama-sama mengeluarkan air mata untuk perpisahan sementara ini.
Dipenerbangan terakhir malam ini aku membiarkanmu pergi. Perlahan pesawat itu mulai tak nampak dengan kedua bola mataku, sayapnya mulai tertutup dengan gelapnya awan malam ini. Kabari aku saat kamu sudah tiba di Kairo ya..

Kamu, pergilah. Aku akan menunggu disini sampai kamu pulang kembali dan menemuiku.

23 komentar:

  1. buat saya, satu setengah tahun itu lama sekali lho Mbak rasanya, kalo bener-bener dia itu orang yang paling kita sayangi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. apalagi untuk saya pak?? sebulan saja saya a keram nunggunya tapi untunglah ini fiksi :)

      Hapus
  2. hiks..menunggu itu menjemukan..
    Tapi untuk orang yang tersayang,jangankan 1.5 tahun 10 tahun pun akan ku tunggu ..CIyee..

    BalasHapus
  3. eciyey... tetapi menunggu itu menyebalkan loh ai...
    ohya, maaf lahir batin ya ai, maafin aku atas semua salahku, selamt berpuasa ya ai...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha sangat kebangetan ocha :D
      iaa.. aku juga maaf lahir batin yah cha.. selamat berpuasa dan moga puasa qt berjalan dengan baik :)

      Hapus
  4. Hehehe unyuuu...
    Nunggu 1.5 tahun, lama gak ya itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1,5 tahun itu gak lama kuk...beneran deh...hehhehehe..

      Hapus
    2. hahaha.. asal jangan lihat kalender trs mbak una, karena itu akan terasa amat lama :D

      Hapus
  5. Jarak hanya hitungan dan angka di atas kertas utk era sekarang, jd 1,5 tahun tak akan lama selama saling percaya..

    mohon maaf lahir dan bathin "selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan"

    BalasHapus
  6. salam kenal :)
    BW dan follow..

    salam hangat dari The Ocean

    BalasHapus
  7. daleeeeem niz,,
    tapi ditengah-tengah manis sekali..

    BalasHapus
  8. Aii..2jam aja babeh blom pulang kerja udh kliyengan mimi nya heeeeee

    BalasHapus
  9. 6 bulan.. ? hmm..

    saya sudah meninggalkannya semala 4,5 tahun.. :D

    BalasHapus
  10. Hai, aku mau minta maaf ya kalau ada salah. Dramanya bagus, cuma kalau boleh ngasih kripik, itu dialog yang dari sms ama dialog yang diucapin langsung dibedain, jadi yang pesan sms cukup dibikin miring tanpa kutip atau gimana lah biar beda. Salam super xD

    BalasHapus
  11. kalimat terakhir yang mbah dukun suka, jadi teringat dialognya spongebob

    Spongebob: "Patrick, apa yang kamu lakukan jika aku pergi?"
    Patrick : "aku menunggu sampai kamu pulang"

    BalasHapus
  12. kisah mengharukan. Kalau nanti dia menemukan kekasihnya disana gimana ya ? ah pastinya ada rasa kecewa jika menunggunya.

    BalasHapus

selesai membaca, ayo tinggalkan kritik dan saran teman-teman :)