Kata mereka agar bisa melupakanmu, yang harus
kulakukan ialah berbahagia lagi tanpa harus mengingat setiap sudut cerita
tentang kita dulu. Iya, mereka begitu memperhatikanku pada saat ini karena
mungkin merasa sangat kasihan karena kepergianmu yang menyulitkan pagi hingga
malamku. Aku mencoba menuruti apa yang menjadi saran mereka. Ya, aku berbahagia
lagi. Tapi sayangnya tingkat bahagiaku sekarang hanya sampai batas dimana
suasana disekitarku terasa ramai. Tidak seperti pada waktu itu saat masih bersamamu,
aku selalu saja merasa lebih bahagia mesti suasana sunyi senyap seperti
ini. Kali ini gagal ! Apa yang menjadi
saran mereka tak mampu membendung luka dalam dihatiku yang sudah bernana bekas
irisan pengkhianatanmu.
Kata mereka juga agar bisa dengan mudah melupakanmu yang harus kulakukan
sekarang ialah mencoba menyibukan diriku sendiri agar tak ada spasi di 24 jam
hariku yang bisa saja terisi bayangmu lagi ketika aku jedah. Aku melakukannya. Kembali mengikuti saran
baik mereka demi kebaikanku. Aku mencoba sesibuk mungkin, mempadatkan jadwal
kerjaku tapi pada akhirnya aku meresa jedah juga dan ahh.. sial aku malah
lagi-lagi membiarkan isi otakku berputar dan kembali membayangkanmu disini.
Disisiku. Ahh.. ini sakit sekali rasanya.
Kali ini apa yang menjadi saran baik mereka gagal kulakukan. Maaf. Untuk setiap usahaku
untuk melupakanmu selalu saja diliputi rasa susah yang jika dilakukannya
sungguh sangat melelahkan.
Kata mereka lagi jika ingin melupakanmu yang harus
kulakukan ialah membuang jauh-jauh kebiasaan yang biasa kulakukan bersamamu
dulu. Ya, dengan sedikit berusaha keras lagi-lagi aku menuruti saran baik
mereka. Aku melakukannya dengan membuang beberapa barang yang pernah kita beli
bersama. Beberapa album yang memajang wajahmu juga ikut kumasukan di salah satu
kardus besar. Beberapa rekaman suara-suara indahmu juga sudah kuhapus. Video yang juga kurekam saat di acara wisudamu juga sudah terdelete. Ternyata mudah ya
caranya untuk menghapus segala kebiasaan bersamamu. Iya.. mudah menghapusnya
saja ternyata, tapi pada akhirnya setelah beberapa hal itu musnah batinku
seperti ikut diporak porandakan. Lagi-lagi aku gagal melakukannya. Ahh.. bodoh
!
Kali ini aku berhenti beristirahat sebentar, tanpa
mendengarkan kembali apa yang menjadi saran mereka. Kali ini aku mencobanya
sendiri perlahan demi perlahan kembali untuk membiasakan diri tanpamu sama
sekali.
Hingga pada akhirnya Tuhan memberiku jalan dengan mempertemukanku
dengan sosok wanita. Dia memang tak secantik dirimu, yang jika dirimu berjalan
saja semua mata pria pasti tertujuh padamu.
Dia tak sesexy dirimu yang pria mana saja biasa kamu
pikat dengan tempo waktu yang cepat. Dia tak sekaya kamu yang apa saja biasa kamu
beli sesuka hatimu. Tapi dia lebih memposona darimu.
Dia mengajarkanku untuk biasa
dengan ikhlas menghapus sakit hati yang ada pada waktu itu. Dia mengajarkanku
untuk bisa selalu memaafkan. Dia mengajarkanku bahwa jatuh cintalah pada sosok
yang tepat yang mampu menyayangiku meski dalam situasi tersulit pun. Dia juga
mengajariku bagaimana caranya agar bisa Move On dan berhenti mengaharapkanmu
yang tak mengharapkanku. Bahwa ternyata katanya tingkat tertinggi suatu
keikhlasan itu letaknya bukan pada saat kita harus merusaha keras untuk
melupakan tapi bagaimana kita bisa mecoba menerima situasi yang ada, mendoakan
keadaan yang ada dan tetap menyakini bahwa Tuhan sedang menyingkirkan kita dari
seorang pengkhianat yang tidak bersedia menua bersama kita.
Dia menemaniku sekarang, meneduhkan setiap
hari-hariku tanpa paksaan, tanpa sogokan tapi karena cinta dan Tuhanlah yang
membawakannya hadir dan menemuiku hingga menjadi sekarang seperti saat ini. Ya, dia pendamping hidupku juga Ibu
untuk anak-anakku. Dia istriku. Sekarang hingga selamanya.