Jumat, 26 April 2013

Kata Mereka.. [dan aku melepaskanmu]



Kata mereka agar bisa melupakanmu, yang harus kulakukan ialah berbahagia lagi tanpa harus mengingat setiap sudut cerita tentang kita dulu. Iya, mereka begitu memperhatikanku pada saat ini karena mungkin merasa sangat kasihan karena kepergianmu yang menyulitkan pagi hingga malamku. Aku mencoba menuruti apa yang menjadi saran mereka. Ya, aku berbahagia lagi. Tapi sayangnya tingkat bahagiaku sekarang hanya sampai batas dimana suasana disekitarku terasa ramai. Tidak seperti pada waktu itu saat masih bersamamu, aku selalu saja merasa lebih bahagia mesti suasana sunyi senyap seperti ini.  Kali ini gagal ! Apa yang menjadi saran mereka tak mampu membendung luka dalam dihatiku yang sudah bernana bekas irisan pengkhianatanmu.

Kata mereka juga agar bisa dengan  mudah melupakanmu yang harus kulakukan sekarang ialah mencoba menyibukan diriku sendiri agar tak ada spasi di 24 jam hariku yang bisa saja terisi bayangmu lagi ketika aku jedah.  Aku melakukannya. Kembali mengikuti saran baik mereka demi kebaikanku. Aku mencoba sesibuk mungkin, mempadatkan jadwal kerjaku tapi pada akhirnya aku meresa jedah juga dan ahh.. sial aku malah lagi-lagi membiarkan isi otakku berputar dan kembali membayangkanmu disini. Disisiku. Ahh.. ini sakit sekali rasanya.
Kali ini apa yang menjadi saran baik mereka  gagal kulakukan. Maaf. Untuk setiap usahaku untuk melupakanmu selalu saja diliputi rasa susah yang jika dilakukannya sungguh sangat melelahkan.

Kata mereka lagi jika ingin melupakanmu yang harus kulakukan ialah membuang jauh-jauh kebiasaan yang biasa kulakukan bersamamu dulu. Ya, dengan sedikit berusaha keras lagi-lagi aku menuruti saran baik mereka. Aku melakukannya dengan membuang beberapa barang yang pernah kita beli bersama. Beberapa album yang memajang wajahmu juga ikut kumasukan di salah satu kardus besar. Beberapa rekaman suara-suara indahmu juga sudah kuhapus. Video yang juga kurekam saat di acara wisudamu juga sudah terdelete. Ternyata mudah ya caranya untuk menghapus segala kebiasaan bersamamu. Iya.. mudah menghapusnya saja ternyata, tapi pada akhirnya setelah beberapa hal itu musnah batinku seperti ikut diporak porandakan. Lagi-lagi aku gagal melakukannya. Ahh.. bodoh !

Kali ini aku berhenti beristirahat sebentar, tanpa mendengarkan kembali apa yang menjadi saran mereka. Kali ini aku mencobanya sendiri perlahan demi perlahan kembali untuk membiasakan diri tanpamu sama sekali. 
Hingga pada akhirnya Tuhan memberiku jalan dengan mempertemukanku dengan sosok wanita. Dia memang tak secantik dirimu, yang jika dirimu berjalan saja semua mata pria pasti tertujuh padamu.
Dia tak sesexy dirimu yang pria mana saja biasa kamu pikat dengan tempo waktu yang cepat. Dia tak sekaya kamu yang apa saja biasa kamu beli sesuka hatimu. Tapi dia lebih memposona darimu

Dia mengajarkanku untuk biasa dengan ikhlas menghapus sakit hati yang ada pada waktu itu. Dia mengajarkanku untuk bisa selalu memaafkan. Dia mengajarkanku bahwa jatuh cintalah pada sosok yang tepat yang mampu menyayangiku meski dalam situasi tersulit pun. Dia juga mengajariku bagaimana caranya agar bisa Move On dan berhenti mengaharapkanmu yang tak mengharapkanku. Bahwa ternyata katanya tingkat tertinggi suatu keikhlasan itu letaknya bukan pada saat kita harus merusaha keras untuk melupakan tapi bagaimana kita bisa mecoba menerima situasi yang ada, mendoakan keadaan yang ada dan tetap menyakini bahwa Tuhan sedang menyingkirkan kita dari seorang pengkhianat yang tidak bersedia menua bersama kita.

Dia menemaniku sekarang, meneduhkan setiap hari-hariku tanpa paksaan, tanpa sogokan tapi karena cinta dan Tuhanlah yang membawakannya hadir dan menemuiku hingga menjadi sekarang seperti saat ini. Ya, dia pendamping hidupku juga Ibu untuk anak-anakku. Dia istriku. Sekarang hingga selamanya.