Jumat, 28 Desember 2012

Nora..


Nora, itu namamu. Kita saling mengenal setahun yang lalu lewat jejaring sosial twitter. Awalnya hanya sekedar follow dan follow back biasa, saling mention mengajak berteman dan pada akhirnya kita sama-sama sepakat untuk melanjutkan hubungan pertemanan kita didunia nyata. Ya, kamu seorang wanita yang dewasa, lucu dan yang paling penting saat bertatap wajah langsung denganmu ialah saat bisa memandang langsung bagaimana ekspresi wajahmu saat sedang tersenyum seperti itu. Cantik juga manis pastinya.

Aku menyukaimu Nora. Ah, bukan hanya suka saja tapi aku sudah jatuh cinta padamu lebih dari kata sangat! Lalu mengapa sampai saat ini tidak menyatakannya langsung padamu? Hahaha.. menyatakan langsung katamu? Tidak! Aku belum bisa seberani itu berbicara hal berbau perasaan padamu. Aku belum berani untuk berlutut memohon dihadapanmu agar menerima cintaku. Aku juga belum berani mengusik hatimu dengan bercerita tentang perasaanku yang selama ini diam-diam kupendam dan itu rasanya amat sesak sekali. Ya, aku belum bisa mengatakan secara langsung padamu. Aku belum bisa seberani Pria lain diluar sana karena sialnya sekarang kamu sedang jatuh hati pada sosok Pria yang katamu sangat baik itu kan?

Pria itu katamu, sangat memperhatikanmu. Bahkan katamu ini yang pertama kalinya bagimu bertemu dengan Pria yang baiknya melebihi pria-pria yang sebelumnya kamu kenali. Berarti selama ini aku apa? Tidak, aku bukan siapa-siapa. Aku hanya salah satu sahabatmu dan bukan termasuk dideretan pria-pria yang kamu sebutkan itu. aku hanya sahabatmu kan? Ya, seorang sahabat saja yang diam-diam menunda kebahagiaannya dengan terus berpura-pura dihadapanmu seperti sedang tak terjadi apa-apa, dengan hatiku. Tapi tak apa, selagi masih bisa diberikan kesempatan untuk selalu bisa dekat denganmu aku masih sanggup untuk tetap bertingkah tenang dihadapanmu. Seperti sekarang ini misalnya.

Pria itu juga katamu, sangat menyayangimu. Dia rela menemanimu seharian menghabiskan weekand, lalu menemanimu berbelanja, kesalon dan ketempat-tempat mahal yang kamu sukai. Iya, Pria itu punya segalanya jadi aku juga tak heran mengapa kamu bisa sebahagia ini saat bersamanya. Tapi ketika Senin hingga Jumat apa dia ada waktu untukmu ? apa dia mengangkat telephonemu saat kamu memerlukan bantuannya untuk menjemputmu dan menemanimu? Apa hari-hari seperti itu dia bisa menjadi sepertiku? Yang terus meluangkan waktu untukmu ? tidak kan? 

Tapi sudahlah.. itu tak perlu dibahas panjang lebar seperti ini. Aku juga masih menjaga perasaanmu, jadi tak apa aku masih sanggup menemanimu meski Priamu itu tak bisa menemanimu.

Kamis, 06 Desember 2012

Aku masih bisa mempercayaimu lagi


Kata mereka, tiga hari yang lalu mereka melihatmu. Berjalan bergandengan tangan bersama seorang Pria gagah yang sudah jelas itu bukan aku. Tentu pada saat itu aku tidak langsung mempercayai mereka, aku tetap membelahmu dengan menekan bahwa itu pasti bukan dirimu! Ya, saat itu yang kutahu kamu sedang pergi menemani Ibumu berbelanja jadi sungguh sangat tidak mungkin kan diwaktu yang bersamaan kamu bersama sosok yang lain ? aku mempercayaimu.

Seminggu kemudian kata mereka, kamu sedang masuk ke salah satu salon mahal disalah satu mall di Ibu Kota dengan ditemani seorang Pria yang usianya tak muda lagi. ahh.. aku jelas tak mempercayai hal itu. aku membelahmu lagi dengan berkata, bahwa itu mungkin keluargamu. Tapi kata mereka tidak seperti itu! Pria itu beberapa kali memelukmu, mengusap-usap rambutmu dan yang lebih mengejutkan lagi kata mereka ada kalimat “sayang” yang keluar dari bibirmu saat kamu menyapa Pria itu.
Kali ini aku tetap mempercayaimu, karena setahuku hari ini ada lembur dikantormu jadi mana mungkin kamu berada didua tempat dijam yang sama dengan dua hal yang berbeda? Aku berhasil melupakan perkataan mereka itu dan kembali mempercayaimu, lagi.

Sebulan kemudian aku berniat mengajakmu bertemu dengan keluarga besarku tapi pada saat itu kamu tak bisa menerima ajakanku karena dihari yang sama juga ada acara keluarga dirumah tantemu. Hm.. tak apa. Kali ini aku bisa memahamimu lagi dengan akhirnya membatalkan keinginan terbesarku untuk mempertemukanmu dengan keluargaku. Tak sampai disitu, sejam kemudian salah seorang sahabat terdekatku menelphoneku dan memberitahukanku hal yang sulit untuk dipercaya. Katanya, kamu sedang berada disalah satu cafe yang tempatnya tak jauh dari rumahmu. Disana juga kamu sedang tak bersama dengan keluargamu tapi lagi-lagi yang kedengar ini, kamu bersama dengan seorang Pria. Saling bergandengan tangan dan beberapa kali dia melihatmu berciuman dengan Pria asing itu.

Aku masih sanggup bersabar dan tetap tenang dengan segala berita-berita ini dan hanya karena untuk mempercayaimu saja aku sampai-sampai keterlaluan menyalahkan sahabatku itu dengan berkata padanya hal-hal yang seharusnya tak kukatakan.

Lagi aku mempercayaimu. Ini yang ketiga kalinya yang kudengar kamu bersama Pria lain tapi yang kulakukan sekarang hanya diam seperti ini saja. Untuk mengklarifikasi kabar ini padamu saja aku enggan untuk bertanya padamu. Alasannya, aku hanya tak ingin menyakiti hatimu jika berita itu tidak benar dan hanya gosip semata. Karena setiap melihatmu lagi serasa tak ada tanda diwajahmu yang menggambarkan kamu mengkhianatiku. Semuanya nampak baik-baik saja. Bahkan dalam sehari kamu masih bisa mengingatkanku untuk makan dan istirahat yang teratur. Kamu masih bisa mengangkat dengan cepat telephoneku dan tak pernah tidak membalas SMS ku. Jadi aku punya kekuatan apa untuk mecurigaimu ?

Sudahlah, aku memutuskan untuk tak pernah lagi ingin mendengar komentar ini dan itu, tentang bagaimana kamu dan apa saja yang kamu lakukan saat sedang tak bersamaku. Aku tetap mempercayaimu seperti sebelumnya bahkan sekarang aku semakin mempercayaimu jadi tenanglah aku masih tetap mempercayaimu. Sungguh.

Empat hari kemudian, aku melihatmu. Aku melihatmu bukan lagi dari kasat mata mereka, bukan! Tapi aku melihatmu dengan jelas, berdiri dihadapanku dengan ekspresi wajah yang bahagia tapi ekspresimu seperti bukan Wanita yang selama ini aku cintai. Wajahmu dilapisi make up yang tebal, bibirmu dipolesi lipstik merah, busana yang kamu kenakan juga tampak seperti ini bukan kamu yang ku kenal.
Seluruh tubuhku rasanya mulai mati rasa ketika yang kulihat keluar dari kamar 204 adalah kamu. Jantungku berdetak tak baik, kedua bola mataku mulai memanas, rasanya seperti air mataku ingin tumpah ketika melihatmu bersama Pria asing itu.

Ada apa denganmu sayang? Ada apa? Kamu terus menatapku tanpa sedikitpun bergerak untuk menjelaskan padaku tentang apa yang sebenarnya terjadi. Karena dipikiranmu sekarang aku sudah bisa paham apa yang terjadi tanpa perlu kamu menjelaskannya lagi.
Ini yang pertama kalinya aku menangis dihadapanmu, duduk berlutut dihadapanmu separuh menyesal dan kecewa dengan apa yang kamu lakukan sekarang. Pria yang bersamamu dikamar itu tiba-tiba saja keluar dan berkata “Nanti akan segera ku transfer ke rekeningmu”.
Amarahku tiba-tiba saja memuncak, seperti kerasukan roh jahat dan... satu pukulanku melayang dengan bebas kearah pipi Pria itu. kamu histeris, memintaku untuk berhenti dan tanpa perlawanan Pria itu berjalan begitu saja meninggalkan kita berdua yang sedang duduk putus asa didepan kamar 204 ini.

Kamu, merangkul tanganku tapi sayangnya rasanya tak sehangat dulu dan aku melepaskan tanganmu. Kamu, mencoba ingin memelukku tapi sayangnya rasanya tak senyaman dulu pelukanmu dan aku melepaskannya lagi. aku terus saja menangis, sesekali menahan dadaku yang nyerinya mulai terasa sangat sakit. Sungguh ini sakit sekali. Pelan-pelan aku berjalan selangkah demi selangkah meninggalkanmu yang terus saja menangis dan pada akhirnya aku meninggalkanmu sendiri didepan kamar itu.

Ahh.. ini sakit sekali, bahkan aku sama sekali tak bisa mendengar kamu berkata “maaf”. Ahh.. ini nyeri sekali, bahkan aku tak bisa merasa sangat kasihan dengan air matamu itu. Ini sakitnya bukan karena kebohonganmu sayang, tapi ini sakitnya karena aku yang merasa bersalah karena tak bisa menjagamu dan mengawasimu dengan begitu baiknya.

Aku pergi dulu. Sebentar saja. Aku ingin menghilangkan lelah dan kecewa sebentar saja. Kamu jangan kemana-mana, aku tetap kan mengambilmu lagi dan tak akan mencapakanmu seperti bagaimana Pria-pria berengsek itu melakukannya padamu. Kamu, tenanglah. Aku masih bisa mempercayaimu lagi.

Selasa, 04 Desember 2012


Ini aku sedang merindukanmu sekarang. Diam-diam aku merindukan  setiap detail tentangmu. Diam-diam aku memendam beribu rasa padamu yang pada akhirnya semua terasa amat basi untuk kamu mempercayainya (lagi).

Ini aku sedang merindukanmu sekarang. Diam-diam yang kulakukan sekarang ialah pura-pura sengaja mencari nama akunmu di followers twitterku lalu memperhatikan setiap twit yang kamu tulis dan sayangnya tak ada satupun disana tentangku. Untukku. Yang kamu tulis disana hanya tentang kebahagiaanmu, kebahagian tentangnya yang jelas bukan tentangku. Bukan.

Lalu sudahkah kamu melihat setiap twit yang kutulis ? hampir semuanya tentangmu, bukan hampir tapi sudah pasti alamatnya untukmu. Tapi sudahlah bukankah kamu tak pernah meringankan matamu untuk membaca segala tulisanku kan ?
Hm, dihalaman blogku juga, setiap postingan yang kutulis semuanya tentangmu bahkan baiknya para pembaca selalu menyemangatiku agar bisa segera memilikimu. Mereka hebat kan ? tapi sayangnya kamu tak pernah mau mengetahuinya.

Ini, akun facebookku. Apa kamu sudah lihat ava facebookku sekarang ? sudah hampir 2 minggu aku mempublikasikan wajahmu di ava ini. ini Photo kita setahun yang lalu, saat kita sama-sama menghadiri acara pernikahan sepupumu dan setelah acara selesai kamu mengajakku untuk berphoto bersama. lalu setelah itu kamu kamu berpura-pura bercanda dengan berkata, “Setelah pernikahan sepupuku, setahun kemudian kamu harus segera melamarku”.
Ya, pada saat itu omonganmu terlihat bercanda dan parahnya aku mengganggapnya serius lalu hingga sekarang masih mengharapkanmu untuk segera menjadi membelai wanitaku. Ah.. sial!

Lalu sekarang apa lagi yang harus kulakukan untukmu ? apa menunggumu selama ini, mengerti segala tentangmu dan mengikuti apa kemauanmu itu masih saja tak cukup ?

Dan ini apa? Undangan putih ini yang bertuliskan namamu dan nama seorang pria dibawah tulisan “Yang Berbahagia” ini maksudnya apa ? tadinya aku berpikir namamu juga namaku yang akan tertulis dibawah kata yang berbahagia tapi sialnya bukan kata yang berbahagia yang kudapat tapi hanya kata kepada “Yang Diundang”. 

Jika sudah seperti ini, apa kamu bisa menjamin bahwa aku bisa berbahagia lagi ? jika ia, aku akan berusaha perlahan pergi darimu. Secepat mungkin. Sesegera mungkin. Cukup.

______
*ini fiksi yang aku sendiri belum memberinya judul karena kebigungan cocoknya judulnya apa*

Minggu, 02 Desember 2012

Ini Pria yang hatinya ku pinjam kemarin dulu!


Ini tentang seorang Pria yang hatinya kupinjam kemarin dulu. Ini tentang seorang Pria yang tiba-tiba saja hadir, tanpa sebelumnya aku meminta kepada Tuhan untuk menghadirkannya.  Ini tentang seorang Pria yang hadir begitu saja yang keyakinannya berbeda denganku. Ya,  Dia seorang Pria Khatolik dan aku seorang Wanita muslim. Dia seorang anak pendeta dan aku seorang anak Imam disalah satu mesjid yang tak jauh dari tempat beribadahnya bersama keluarganya.
Kita sama-sama bertemu tanpa ada alasan lebih bahwa akan saling jatuh cinta seperti sekarang ini. Aku mencintainya, sungguh. Begitu juga dengannya dan lebih tepatnya kita sama-sama saling merasa jatuh cinta yang dipandangan mereka cinta kita ini salah.

Ini tentang seorang Pria yang hatinya kupinjam kemarin dulu. Sebelumnya aku tak pernah merasa jatuh cinta sebahagia ini rasanya, sebelumnya juga aku tak pernah merasa bahwa mencintai seseorang itu seperti ini rasanya. Kita selalu tetap bersama meski keadaan secara perlahan memaksa kita untuk segera mengakhirinya saja. Tapi jika aku melepaskanmu apa mereka akan menjamin bahwa aku bisa menemukan cinta yang seperti kamu berikan untukku? Jika aku menyerah pada pertahanan kita apakah mereka bisa menjamin aku juga kamu akan tetap bahagia? Apa iya?
Aku mencintaimu. Itu saja kalimat aktif yang kuketahui sampai sejauh ini. Perbedaan kita, status kita, latar belakang kita itu dipermasalahkan mereka bukan? Lalu apa mereka tak pernah memandang bagaimana isi hati kita? Perasaan kita?

Tuhan.. ini tentang seorang Pria yang hatinya kupinjam kemarin dulu. Apa perbedaan itu begitu buruknya hingga aku juga dia tak bisa saling memiliki ? Tuhan.. percayalah jauh dilubuk hati doanya dia juga menyelipkan namamu untuk merestui hubungan ini. Aku pun juga demikian, yang kupanjatkan sekarang hanya meminta restuMU juga restuNya.

Rabu, 14 November 2012

Kamu tak pernah tahu..


Kamu tak pernah tahu bagaimana bentuk rinduku padamu. Ya, bagaimana bisa kamu mengetahuinya jika aku sendiri saja enggan untuk menyatakannya langsung padamu.
Aku merindukanmu tapi kamu tak pernah mengetahuinya kan ? bahkan pada titik tersulit saat aku merindukanmu itu, ialah saat aku harus menahan tangis, menunggu kabarmu yang tak pasti kapan akan mengabariku. Aku ini bodoh ! mahir merindukanmu, tapi untuk mengatakannya saja “aku merindukanmu”  aku merasa dilanda kesulitan yang amat teramat menakutkan dan pada akhirnya hingga sekarang kamu tak pernah tahu bahwa aku merindukanmu. sangat !

Aku ini rindu padamu. Sungguh. Aku rindu setiap panggilan masukmu kehandphoneku, dengan cukup kamu berkata “Haloo” itu rasa-rasanya sudah mampu membayar rasa rinduku padamu. Sungguh.
Aku ini rindu padamu. Aku rindu setiap pesan singkatmu yang masuk kehandphoneku walau hanya tertulis tiga huruf saja “Hai..” sungguh tak apa. Itu saja sudah mampu membuat jantungku berdebar tak baik.

Kamu juga tak pernah tahu, bahwa aku diam-diam suka memperhatikan cara bicaramu. Aku kecanduan memperhatikan senyummu, aku setiap saat mengawasi gerak-gerikmu, cara makanmu, caramu mengetik SMS dan yang lebih menarik lagi karena hobbyku memperhatikanmu aku mulai bisa tahu kalau kamu itu tak suka makan sayur. Iya kan ? hahaha.. aku selalu melihatmu makan siang diresto samping kantor kita bekerja bersama, aku selalu memperhatikanmu menyisikan beberapa sayur yang tersaji diatas piringmu dan sampai makan siang selesai kamu tak juga menghabiskan sayurnya karena alasannya itu “kamu, tak suka mengkomsumsi sayur”.

Kamu juga tak pernah tahu bahwa diam-diam aku merasa kecanduan bila harus melihatmu berngomel lama didepanku karena aku yang kehobbyan menunda laporan untuk diserahkan padamu. Saat kamu marah, aku juga akan memaksa agar terlihat marah atau berpura-pura cuek dihadapanmu. Alasannya simple, aku hanya tak ingin kamu menebak dengan cepat sebelah mana hatiku yang berdebar kencang saat kedua bola mataku harus menatap kedua bola matamu yang tajam itu. jadi untuk menyelamatkan hatiku, aku hanya mampu melakukan cara seperti itu. cara yang menurutmu sungguh menjengkelkan dan tak punya sopan santun. Tapi tenanglah.. aku selalu punya banyak alasan untuk membujukmu kembali agar akan selalu ada sapaan ringgan ditelephone dan di kotak masuk. Yang pada akhirnya kamu sendiri tak juga mengetahuinya bahwa aku ini selalu merindukanmu.

Kadang aku juga bisa tampak begitu kesal dan cemburu bila harus melihatmu dikelilingi pria-pria tampan itu, meski yang kamu lakukan hanya berdiskusi soal kerjaan dan cerita ringan lainnya tetap saja yang ada dipikiranku ialah aku cemburu ! tapi tetap saja, walau tingkat kecemburuanku sudah mencapai diatas rata-rata kamu takan pernah tahu bahwa aku diam-diam sedang menyembunyikan setumpuk cemburu yang beralamatkan kamu. Kamu tak pernah tahu perasaanku dan itu awal kesalahan terbesarku yang kesulitan untuk memberitahukannya padamu.

Hari ini ulang tahunmu. Aku sudah menelphonemu beberapa kali dijam 12 malam tapi nomormu sibuk. Hmm.. mungkin saja teman-temanmu sedang menghubungimu atau mungkin saja para pria-pria itu ? hmm.. mungkin saja. Jika iya benar begitu, itu sudah mutlak salahku yang sejak siang tadi tak memberitahukanmu untuk jangan mengangkat telephone dari siapa pun sebelum aku menghubungimu. Hahaha.. tapi mana bisa aku mengatakan hal seperti itu didepanmu ha ? untuk menegur kamu saja kadang aku harus menahan ekspresi jatuh cinta padamu. Ya, jatuh cinta dan sialnya kamu tak pernah tahu.

Akhirnya aku hanya bisa mengirimkanmu satu SMS saja hanya untuk mengucapkan “Selamat Ulang Tahun Syilah”. Dan paginya aku memberanikan diriku juga untuk mampir ketoko bunga sebentar hanya untuk membelikanmu setangkai bunga mawar putih. Ya, kamu menyukai bunga ini dan aku tahu soal ini.
Oia.. disampingku sekarang ada seorang pria gagah yang sedang memesan 25 tangkai mawar putih dan saat aku tanya itu untuk siapa? Dia hanya tersenyum, memandangi 25 tangkai mawar itu lalu tersenyum lagi dan berkata,

“kamu hari ini membeli setangkai mawar putih itu berarti ada maksud mengapa kamu membelinya. Sama denganku juga, aku pagi-pagi datang kesini hanya untuk membeli 25 tangkai mawar putih dengan maksud yang sama sepertimu. Hanya mungkin seseorang yang akan kita berikan bunga ini tentu berbeda, tentu berbeda”.

Pria itu tersenyum aku juga demikian dan semakin menambah kepercayaan diriku sekarang untuk menemuimu, memberikan bunga ini dan jika hari ini kamu bersedia mendengarkan keluhan perasaanku aku pasti akan mengatakannya. Hmm.. walau juga kamu tidak bersedia mendengarkannya aku akan tetap memaksamu untuk mendengarkannya. Bila perlu hari ini juga aku akan berteriak sekeras-kerasnya bahwa aku mencintaimu, Karena menahan perasaan seperti ini rasanya memperlambat dirimu untuk menjadi milikku. (hahaha.. sial aku tertawa lagi saat membayangkan hal yang harus aku lakukan hari ini).

Setiba dikantor aku melihatmu yang sedang duduk tertawa lepas bersama teman-temanmu dan itu cantik sekali. Apa? Senyumanmu.
Aku menyiapkan diriku sebaik-baik mungkin untuk menemuimu dan memberikanmu setangkai mawar putih ini dan semoga saja kamu menyukainya.

“Syilaahh..”

Aku memanggilmu dengan jarak kira-kira 5 meter dari tempatmu duduk. Seketika obrolan kalian itu terhenti begitu saja dan semua mata tertujuh padaku termasuk kamu. Aku tersenyum. Menyembunyikan bunga itu dibalik tubuhku agar kamu tak melihatnya. (ahh.. caraku ini nampak seperti sinetron ya? Hmm.. sudahlah fokus, fokus!)

Kamu tersenyum. Ini pertama kalinya kamu tersenyum secara langsung padaku. Jantungku mulai berdetak tak baik, ada rasa sesak didadaku karena kesulitan menahan detakan jantung yang rasanya mulai tak normal. Ahh.. kamu. Apa yang harus aku lakukan disini ?
Aku lalu mencoba menenangkan hatiku, mengambil selangkah kedepan dan... aku tiba-tiba mendengar kalimat itu...

“Syilaahh.. pacarmu, mas bima bawakan kamu 25 tangkai mawar putih...”

Saat mendengar kalimat itu kedua pasang bola mataku bertemu dengan matamu, dalam hatiku serasa ini mimpi atau apa, ntalah ! pacarmu itu mendekatimu, mencium keningmu lalu mengucapkan beberapa kata romantis yang seharusnya kalimat itu yang hari ini akan aku katakan padamu. Pacarmu itu ternyata pria gagah yang bertemu denganku tadi ditoko bunga. Ternyata tujuanku dengannya sama, membelikan bunga untuk seorang wanita yang sama, hanya saja kali ini dia yang berhak memberikanmu bunga. Bukan aku. Jelas bukan aku.

Dalam hatiku rasanya sesak sekali. Apalagi saat kamu berkata lagi apa yang ingin aku katakan ? dan disusul pertanyaan pacarmu itu yang menanyakan kelanjutan untuk siapa bunga itu kubeli tadi? Aku hanya berupaya tersenyum. Menutupi sesak batinku agar kamu tak tahu bahwa dalam hatiku ini sedang porak poranda. Hanya saja kamu sampai sekarang tak pernah mengetahuinya dan itu salahku kan ? iya kesalahan terbesarku. Bodoh !

Aku berjalan mendekatimu yang sedang berdiri disamping kekasihmu itu. Dengan sedikit menenangkan hati, aku lalu mengulurkan tanganku dan memberikanmu setangkai bunga mawar putih itu dan berkata;

“Tadinya aku membeli bunga ini dengan maksud untuk keberikan pada seorang wanita cantik yang selama ini mencuri hatiku, mengilakan otakku dan mampu menyemangati hariku. Tadinya aku membeli bunga ini dengan maksud agar dia bisa tahu bahwa selama ini, sejauh ini aku diam-diam menyimpan rasa yang tak mungkin dan pernah diketahuinya. Ya, tadinya aku berpikir aku bisa memberikan bunga ini secepatnya tanpa diduluankan siapa pun itu. tapi ternyata aku salah, karena ternyata ada yang lebih berhak memberikan wanita itu beberapa tangkai bunga yang lebih banyak daripada punyaku ini. Ahh.. sudahlah abaikan saja. Aku tak bermaksud untuk merebutmu. Aku sudah baik-baik saja sekarang karena dengan melihatmu bahagia seperti ini saja itu sudah mampu membuatku lebih bahagia dari apapun”

Kekasihmu diam saat melihatku berbicara seperti itu, dia sepertinya seorang pria yang hebat yang juga mengerti bagaimana besar dalamnya hatiku terhadapmu. Kamu juga diam dan semua orang yang menyaksikan hal ini hanya bisa diam, memandangiku dengan raut yang menyedihkan. Akupun membalikan tubuhku, berjalan menuju meja kerjaku, mengambil tasku lalu berjalan keluar ketempat mana saja yang bisa menghentikan air mataku ini. Ya, hari ini aku menangis, tampil sebagai seorang pria cengeng dengan menggenakan dasi dan stelan jas yang mahal. Hanya untuk kamu. Menangisimu. Dan itu sakit. Sungguh. Tapi ini kesalahanku bukan kesalahanmu yang tak pernah tahu dengan kondisi hatiku.

Sabtu, 10 November 2012

Aku pernah mencintaimu (dulu).


Aku pernah mencintaimu. Dulu ! Waktu itu hatiku masih sangat polos bahkan masih sangat mudah dipermainkanmu. Waktu itu juga kamu sering membohongiku dengan berkata beberapa hal dengan raut yang serius agar aku mudah mempercayainya tapi nyatanya, semuanya rekayasa. Bodoh kan aku ? ya, aku bodoh pada saat itu dan memang sangat bodoh.

Aku pernah merindukanmu. Dulu ! Bahkan rinduku padamu bukan pada batas main-main saja tapi sudah diluar jangkauan yang ditentukan. Ya, saat itu lagi-lagi aku masih sangat polos dan terlalu kekanak-kanakan. Merindukanmu dengan cara yang ‘sangat’ sementara kamu sendiri sibuk dengan merindukan sosok Pria yang lain. Hm, luar biasa !

Aku pernah membanggakanmu di depan teman-temanku juga di depan keluargaku. Dulu ! Saat itu aku memberitahukan pada mereka bahwa aku mencintai seorang Wanita cantik, pintar, setia dan baik hatinya. Ya, saat itu juga aku benar-benar dilanda rasa jatuh cinta yang teramat untukmu hingga tanpa sepengatahuanku sendiri dibelakangku kamu tak tampil seperti Wanita baik yang kuceritakan pada mereka. Dan aku baru menyesalinya. Ah bodoh !

Dulu, aku pernah melakukan hal bodoh apa saja untukmu dengan harapan agar kamu bisa tetap merasa nyaman dan bahagia saat bersamaku. Bayangkan dengan melakukan hal terbodoh saja aku mau, lalu apa itu masih terasa amat kurang untukmu ?
Dulu, aku pernah menangis memohon dihadapanmu agar kamu tak harus memilihnya dan tetap bersamaku tapi yang kamu lakukan saat itu hanyalah memaksaku untuk segera bergegas pergi dari hidupmu dan bersegera memilih Wanita lain yang lebih bisa mencintaiku dengan cara tertulusnya. Ya, aku ingat dengan jelas kamu menyuruhku agar berbahagia kembali tanpa harus menahanmu.

Sebulan, dua bulan, setengah tahun, delapan bulan aku masih terus memikirkanmu hingga dibulan ke sembilan aku memutuskan untuk tak ingin terlalu lama menganaktirikan perasaanku dengan terus mengingatmu dan mengharapkanmu kembali.
Bulan kesembilan aku memutuskan untuk berbahagia kembali. Aku bertemu dengannya. Siapa ? seorang Wanita cantik yang tentunya lebih cantik dari pada parasmu itu. Senyumnya ahh.. aku kecanduan melihatnya. Cara menatapnya, cara berbicara, ahh.. ya Tuhan Wanita itu indah sekali.

Kamu tahu, saat aku menceritakan satu hal saja padanya dia akan tersenyum lalu tertawa. Saat aku mengeluh kelelahan padanya dia akan duduk tenang disampingku, mengusap bahuku lalu menyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia seperti malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk mengobati lukaku yang pernah perih karena tertusuk pisau pengkhianatanmu.
Lihatlah.. aku mulai bisa tersenyum sekarang, aku mulai bisa kembali berkata “Aku mencintaimu” padanya dan aku mulai bisa kembali mendengarkan kalimat balasan yang keluar dari bibirnya yang manis itu.. “Aku juga mencintaimu”.
Aku sudah bisa bahagia sekarang. Sungguh. Bahkan bahagia yang kurasa sekarang lebih dari pada dulu saat aku lama bersamamu.

Kini, kamu datang menemuiku hanya untuk mengatakan hal yang tak penting lagi kudengar: “Dia mengkhianatiku” katamu.

Lalu jika dia mengkhianatimu aku harus apa ? apa aku harus memelukmu, memintamu bersamaku lagi dan kita akan bahagia ? begitu ? hmm telat sayang !
Jika kamu memintaku kembali kepadamu beberapa bulan yang lalu mungkin masih sangat bisa ketika aku masih mengharapkanmu dan belum bertemu dengan dengannya (wanitaku ini). Tapi saat ini aku tak bisa, bahkan jika kamu memaksa tetap saja jawabannya tidak !
Ingatlah dulu aku pernah berjuang memberikan kesempatan ini padamu tapi kamu malah yakin bahwa Pria itu adalah jodohmu yang sekarang menyakitimu. Ingatlah dulu aku pernah memohon padamu tapi sayangnya kamu mengacuhkan permohonanku itu. jadi sekarang siapa yang harus kamu salahkan ?

Hmm, sudahlah pergi saja. Jangan mengharapkan sesuatu yang bukan milikmu lagi dan tak bisa kamu ambil kembali. Sekarang yang menjadi bahagia dan masa depanku adalah dia, bukan kamu atau siapa tapi dia, Wanita cantik yang hatinya seperti Ibuku.

Kamis, 25 Oktober 2012

Ini bukan tentangku (tapi tentangnya)


227 hari aku bersamamu dan sudah lebih dari 227 hari aku merasakan cinta yang lebih kepadamu. Ini anugerah, saat pria se-be-re-ng-sek-ku bisa jatuh cinta sedalam ini padamu. Tapi apa ini masih bisa dikatakan anugerah saat aku harus terus saja berdiam diri mendengarkan bagaimana baiknya kamu bercerita tentang dia ? ya, hampir setiap hari kamu bersajak indah tentangnya. Seakan kamu tak pernah tahu kan bagaimana kondisi hatiku saat itu juga ? jangankan tahu, untuk bertanya apa aku baik-baik saja tak pernah kamu lakukan. Miris bukan ? sudahlah tak apa, aku menikmatinya anggap saja ini pembalasan dendam wanita-wanita itu yang pernah kusakiti hatinya dan sekarang giliranmu mewakili kekecewaan mereka. Terima kasih sayang.

24 oktober hari kelahiranku. Aku sudah merasa sangat bahagia dengan hari ini, kamu datang menemuiku membawakan cake rainbow yang diatasnya dihiasi lilin lucu. Kamu menyuruhku meniupi lilin itu dan sebelumnya yang kulakukan adalah berdoa hal tersederhana agar kamu bisa terus bersamaku (amin).
Aku bahagia saat ini, sungguh tapi sialnya lagi-lagi dihari yang kuharapkan penuh kamu tak membahas siapa dan siapa akhirnya kamu membahasnya lagi. kamu melakuannya lagi,  bercerita tentangnya (sosok pri a yang dulu pernah menjadi bagian dari masa lalumu). Aku diam saat itu juga, berusaha tetap tenang mendengarkan setiap kalimat yang kamu katakan, sambil sesekali mengeluskan tangan kananku ke arah dadaku yang nyerinya mulai terasa. (Sakit).

Hei.. aku sedang dihadapanmu sekarang. Baru 5 menit yang lalu kamu mewarkanku kebahagiaan yang nyata lalu sekarang kenapa kamu menukarnya lagi dengan cerita seperih ini ? tapi sudahlah tak apa.. lanjutkan saja lagi ceritamu, bukankah aku sudah terbiasa mendengarkan kamu bercerita sedetail ini tentang mereka dan bukan tentang kita ? jadi teruskan saja bercerita aku masih sanggup menahan nyeri yang ada, aku sanggup sayang asalkan kamu bisa merasa legah saat menceritakannya.

Katamu dia pria yang baik, sudah berpisah lama denganmu tapi masih saja mau menghubungimu untuk mengingatkanmu jangan lupa makan, istirahat yang cukup dan dijaga kondisimu.
Lalu aku ini apa ? apa tak cukup perhatianku padamu selama ini yang sehari bisa sampai sepuluh kali menelephonemu hanya untuk berkata hal yang sama ‘jaga kesehatanmu sayang, jangan lupa makan dan bla,bla,bla...’ apa baikku kurang untukmu ? atau bodohnya aku saja yang tak bisa sebaik pria masa lalumu itu ?

Katamu dia itu pria yang keren. Mau bergaya sebagaimana rupa tetap saja keren. Cara bicaranya tegas dan jika sekali memandang matanya itu mempesona bahkan wanita-wanita diluar sana yang bisa melihat dengan jelas dirinya pasti kesulitan mengedipkan mata hanya karena terpaku dengan pesonanya (dan kamu salah satunya).
Lalu aku ini apa ? iya memang sudah jelas aku tak sekeren pria itu, cara bicaraku juga tak setegas pria itu. mataku juga biasa-biasa saja bahkan kamu jarang sekali memandang kedua bola mataku dengan tempo yang lama,  pasti hanya 2 detik lalu memalingkan wajah ke arah lain.
Jika aku seburuk ini untukmu kenapa kamu masih bertahan sayang ?

Katamu juga pria itu memiliki otak yang cerdas dan wawasannya luas. Dia menguasai empat bahasa negara lain dan sekarang pekerjaannya juga sebanding dengan kecerdasannya. Dia juga berasal dari keluarga yang baik kan ? uangnya banyak, jabatannya ternama dan dia banyak dikenal oleh kalangan elite diluar sana.
Lalu aku ini apa ? aku hanya seorang pria biasa yang mencintai seorang Wanita luar biasa. Otakku juga biasa-biasa saja. Bahasa yang ku kuasai hanya bahasa Indonesia diluar dari itu aku tak tahu apa-apa. Aku juga hanya seoarang pengawai biasa, punya jabatan yang biasa dan tentu tidak sekaya raya pria masa lalumu itu.
Aku hanya memiliki sepeda motor biasa yang kadang kugunakan untuk mengantarmu, menjemputmu di suasana yang mendesak karena jika tidak mendesak kamu tentu tak pernah mengiyakan tawaranku untuk mengantar dan menjemputmu kan ? sementara dia katamu, dia memiliki mobil mewah yang harganya entah berapa puluh ratus kali lipat dengan harga motorku ini. Ahh... sesak sekali hatiku ini, lebih sesaknya saat kamu yang selalu saja membandingkan kekuranganku dengan kelebihannya.

Aku masih menjadi kekasihmu kan ? seharusnya dalam keadaan seperti ini kamu sesekali melihat dalam mataku. Lihat kedua bola mataku ini yang selalu saja berpura-pura menyimpan air mata darimu. Coba sesekali kamu mau bersedia merasakan bagaimana rasanya menjadi hatiku, yang harus pura-pura tetap tenang dihadapanmu, menahan perih lalu berpura-pura lagi menundukan kepala mencari alasan untuk menghapus air mataku yang mulai tak tahan untuk kusimpan terlalu lama.

Apa aku masih bisa memanggilmu dengan panggilan sayang ? apa aku masih bisa sekali saja mengecup keningmu, mengatakan sekali lagi bahwa aku benar mencintaimu agar kamu bisa menyakininya dan bisa lebih menghargaiku? Cintaku? Bisa ?

24 oktober kamu menyakini hatiku bahwa aku tak pantas berada lama dihatimu. Ya, kamu mengatakannya. Mengatakan hal yang dari dulu kutakuti jika kamu berani mengatakannya dan sekarang aku mendengarkannya langsung dari ucapanmu sendiri.

“Kita putus !”

Itu saja yang kudengar diakhir cerita kita hari ini. Kamu menyelesaikan semuanya tanpa berpikir panjang bahwa aku bisa saja lebih terluka lagi dengan keputusanmu ini. Aku segaja tak menanyakan apa alasanmu membubarkan hubungan kita ini karena pasti jawabannya sama, karena “dia”.
Ini sesak didadaku makin terasa dampaknya, serasa seperti ada atom yang meledak disini. Mematikan itu yang kurasakan sekarang bahkan air mataku tak kunjung berhenti juga. Sial ! kenapa aku bisa seperih ini ? mungkin karena takaran cintaku padamu yang sudah diluar batas jadinya seperti ini rasanya.

Kamu, aku tak tahu apa pria itu bisa sama seperti hatiku yang masih saja bisa bersabar, bertahan dan terus mencintai  bila kamu menyakiti hatinya. Aku tak tahu apa dia bisa sepertiku atau lebih dariku, aku tak tahu. Tapi yang pasti jika kelak pria itu menyakiti hatimu (lagi) kumohon jangan mencariku dan memberitahukan hal itu padaku karena sebelumnya aku sudah pernah menahanmu untuk jatuh cinta saja padaku. Jika nanti juga kamu merasakan sakit karenanya jangan juga mencariku untuk menghiburmu dan mendengarkanmu bercerita tentangnya lagi, jangan. Itu percuma karena yang ada sekarang aku sudah begitu sangat membencimu, terlalu sangat sayang. Sangat.

Selasa, 23 Oktober 2012

Mereka hanya sedang tak tahu..


Mereka hanya sedang tak tahu sayang tentang bagaimana cinta kita, bagaimana pertahanan kita dan bagaimana kuatnya kita untuk tetap seperti ini meski kadang keadaan mengoyakan segalanya.
Mereka hanya sedang tak tahu, tak mengerti dan tak merasa bagaimana bahagianya hati kita saat memiliki cinta sehebat dan sekuat ini. Ya, mereka tak tahu tapi kita mengetahuinya.

Awal tahun 2009 aku menikahimu, saat itu juga awal pernikahan kita diselimuti kebahagiaan yang orang lain pun tak sanggup melawan kebahagiaan kita. Kita sangat bahagia pada saat itu. Acara pernikahan kita pun dilaksanakan 4 hari berturut-turut dan tamu yang diundang hampir sepuluh ribu orang. Bayangkan seberapa banyaknya orang yang datang saat itu bahkan aku bisa melihat raut kelelahanmu itu yang harus berdiri berjam-jam menyalami setiap tamu yang datang membawakan doa restu untuk kita. Kamu tetap tersenyum saat itu, kita sama-sama tersenyum dihari bahagia kita.
 Tak terasa sudah tiga tahun kita hidup seatap, merasakan bagaimana enaknya masakanmu, menikmati aroma coffee yang tiap paginya kamu tuangkan dicangkirku dan aku bisa lebih banyak waktu melihatmu kapan saja aku mau.
Aku juga sering membantumu membersihkan rumah. Kadang aku membantumu memotong sayur, membersihkan ikan juga aku keseringan membantumu mencuci pakaian. Kamu sering melarangku untuk membantumu karena kamu juga tahu sendiri masa mudaku tak pernah aku luangkan untuk mengurusi hal-hal seperti ini tapi tenanglah.. aku hanya ingin menjadi suami yang merasakan suka duka, lelah dan bahagia bersamamu. Bila kamu melarangku untuk menyewakan pembantu untukmu, kamu juga tak boleh melarangku untuk membantumu. Sekarang kita sudah menjadi satu darah, satu jiwa, satu rasa dan satu cinta. Cukup.

Akhir tahun 2012 dokter memberitahukan kabar buruk mengenai kondisimu yang sampai sekarang tak kunjung hamil juga. (dan ini awal kebahagian kita yang diuji Tuhan).
Terjadi pembengkakan didalam rahimmu hingga kamu kesulitan untuk bisa hamil dan memiliki bayi, dokter menyarankan juga untuk segera dilakukan operasi pengangkatan rahim dalam waktu terdekat ini bila tak ingin kondisimu bertambah buruk lagi.

Aku menyetujui hal ini dengan sedikit melapangkan hatiku bahwa kita masih punya cara lain agar bisa memiliki anak tapi kamu ? saat mendengar perkataan dokter itu, yang kamu lakukan saat itu hanyalah terus menangis. Sesekali kamu berkata maaf padaku dan memohon agar aku tak meninggalkanmu meski kamu tak bisa memberikanku keturunan.
Hatiku sesak saat itu juga batinku lirih saat itu juga melihatmu menangis dan memohon sesedih ini. Ini sesak bukan karena perkataan dokter itu, bukan. Bukan soal itu. Tapi ini rasanya sesak sekali bila harus melihat kamu sesedih ini, selemah ini.

Dengarkan aku, aku mencintaimu. Itu kalimat aktif yang kutahu hingga sekarang saat bersamamu dan mungkin sampai kita menua pun tetap saja kalimat itu akan aktif kukatakan padamu tanpa lelah dan jenuh sedikitpun.
Aku mencintaimu. Aku tak peduli dengan bagaimana kondisimu sekarang. Aku tak peduli dengan kita yang akan diberikan keturunan atau tidak. Aku tidak peduli dengan perkataan mereka yang membicarakan masalah rumah tangga kita, sungguh aku tidak memperdulikannya. Yang aku pedulikan itu kamu. Bukan mereka atau siapa tapi ini tentang kamu, tentang cinta kita.

Mereka membicarakan lagi soal megahnya pernikahan kita dan kata mereka sayangnya rezeki kita untuk memiliki keturunan tak semegah resepsi pernikahan kita ditahun 2009, tiga tahun yang lalu. Tak apa, itu komentar mereka kita iyakan saja agar mereka tak banyak berkomentar lagi.

Pihak keluarga kita juga berkomentar hal yang sama tapi kali ini komentar mereka lebih menusuk hatiku dan bukan hatimu saja. Mereka menyarankanku untuk menikah lagi, perpoligami agar bisa mendapatkan keturunan untuk keluarga ini. Oh Tuhan.. apa-apaan ini ? apa mereka pikir cintaku ini seperti cinta disinetron yang on off tak beraturan ? hei.. kita dalam masalah batin mohon untuk jangan memberatkannya dengan menyarankan hal yang sungguh tak mengtenangkan hati.

Dia istriku. Memang benar dia tak bisa memberikanku seorang anak juga putri, tapi ketahuilah dia mampu memberikanku kebahagiaan yang luar biasa lewat cara tersederhananya yang Wanita lain pun belum tentu bisa menciptakannya untukku.

Mereka hanya sedang tidak tahu sayang, bagaimana dulu sebelum kita menikah dan kamu menyadarkanku untuk berhenti mengkomsumsi alkohol dan obat-obat terlarang itu. Mereka hanya sedang tak tahu bahwa dulu aku pernah berniat untuk mengakhiri hidupku dengan caraku sendiri dan kamu yang menghalanginya. Mereka hanya sedang tidak tahu sayang bagaimana dulu, sesabarnya kamu mengajariku untuk mengaji juga sholat. Mereka juga tak tahu kan saat itu beberapa kali aku sakit dan yang datang mengurusiku itu kamu, bukan mereka atau siapa pun.
Itulah sebabnya mereka tak tahu mereka tak tahu bagaimana hebatnya kamu, bagaimana berharganya kamu untukku dan bagaimana besarnya aku mencintaimu. Mereka tak tahu...

Tapi aku juga kamu kita sama-sama saling mengetahuinya. Kita sama-sama saling tahu tentang besarnya cinta kita. Jadi tenanglah.. aku akan selalu setia menemani hari-harimu ini. Aku akan selalu seperti ini, mencintaimu tanpa mengunakan batas waktu.

Dan jangan takut soal kabar yang mengatakan aku akan meninggalkanmu, itu omong kosong ! aku yang akan merasa rugi teramat besar bila harus meninggalkan sosok wanita sehebatmu, jadi tenanglah.. karena aku masih memiliki ruang cinta yang teramat besar yang hanya dapat menambung namamu saja.

Dan bukan mereka yang tak tahu apa-apa tentang kita. Bahagianya kita.

Senin, 22 Oktober 2012

Bahagia itu kita..


Bahagia itu kita. Mereka hanyalah taburan keju diatas roti cokelat. Bahagia itu kita. Mereka hanyalah figuran dalam sebuah film dan kitalah peran utamanya. Bahagia itu juga kita. Bukan mereka ataupun dia tapi ini tentang kita, kebahagian kita yang awalnya hanya sebuah kata aku dan kamu yang kemudian menyatu menjadi kata kita.

Kita pasti akan bahagia, itu sudah pasti. Yang kita berdua lakukan sekarang ialah saling menguatkan saat salah satu diantara kita merasa lelah. Kita harus saling bertahan saat salah satu diantara kita ingin menyerah dan kita berdua harus tetap mengingatkan bahwa bahagia itu ada saat kita bersama bukan saat kita sama-sama memutuskan untuk berpisah.

Aku mencintaimu, sungguh. Aku menemukanmu melalui jiwaku dan bukan memilih lewat mataku. Tidak, tidak demikian. Aku juga tak tahu apa isi pikiranmu yang mengambarkan bagaimana sosokku ini untukmu, tapi ketahuilah dipikiranku sampai sekarang ini kamu ialah sosok Wanita yang lebih dari kata baik (bahkan sampai nanti pun tetap seperti itu).

Aku mencintaimu, sungguh. Aku mencintaimu dibawah balutan keterbatasanku yang berlapis dengan kekuranganku, tapi ini terasa amat sangat sempurna saat kamu menyakinkanku bahwa cinta kita kuat, cinta kita hebat dan kita akan tetap bahagia bagaimanapun kondisi hidup kita kedepan.

Hei kamu ! Tuhan begitu baik, memberikanku sosok Wanita hebat sepertimu. Bahkan bidadari juga pasti akan iri padamu karena wajahmu melebihi dari pada kecantikannya. Hahahaha... tapi ini bukan omong kosong saja sayang. Sungguh. Bagaimanapun pandangan mereka tentang dirimu, tutup saja telingamu karena ada aku yang akan selalu memandangmu dengan cara terbaikku.

Kita pasti akan bahagia dan itu sudah pasti. Kita akan saling tertawa bersama saat melihat rambut dikepala kita berubah menjadi putih, kita akan saling tersenyum bersama saat satu demi satu gigi kita sama-sama terlepas dan yang paling penting aku dan cintaku akan sama-sama tetap mencintaimu meski kulit wajahmu nanti sudah berubah menjadi keriput.

Kita akan bahagia sayang dan suatu saat nanti, namaku juga namamu akan tertulis rapi dibawah kata; ‘Yang Berbahagia’...

Percayalah.. aku mencintaimu.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Aku Melepaskanmu.


Aku Melepaskanmu. Ini kalimat pertama kukatakan padamu yang menurutmu sangat kejam, setelah keseringan kamu menyakitiku dan aku masih sanggup untuk menetap dihatimu.

Ini kali pertamanya aku bertindak kasar dihadapanmu, bukan memukulimu atau memakimu. Tidak. Dan mungkin lebih tepatnya ini bukan tindakan kasar tapi aku yang mulai tegas dan dimatamu ini adalah hal terkasar yang kulakukan untukmu. Ya, aku berkata lagi ‘Aku melepaskanmu’.

Bagimu dulu aku kesulitan mengatakan hal ini kan ? dikarenakan cintaku padamu yang diluar batas kewajaran tapi sekarang akhirnya kamu terkejut juga saat aku mengatakannya. Surprize !
Aku mencintaimu. Sungguh. Tapi tidak lagi untuk sekarang. Tiap saat aku pasti merindukan moment kebersamaan kita bila kamu harus menjahuiku dan memilih mereka sebagai kesenanganmu, tapi sekarang jangan dipaksa lagi untuk aku merindukanmu karena sekarang yang ada niatku sudah tepat untuk aku melepaskanmu.

Kejam kan ? menurutmu. Tapi pada saat hari-hari itu kamu menyakiti hatiku, cintaku, dan apa pernah kamu berpikir apa yang kamu lakukan itu kejam untukku ? tidak kan? Jadi sekarang nikmatilah hal ini. Ini bukan pembalasan dendam, bukan. Tidak seperti itu.Ini hanya aku yang mulai lelah mencintaimu, ini hanya aku yang kelelahan berharap menunggumu agar kamu bersedia menjadi mempelai Wanitaku, ini juga hanya aku yang kecewa setengah mati karena kamu.. iya kamu.

Kamu pernah berhenti dulu dan aku terus memaksamu untuk berjalan lagi. Kamu pernah merasa jenuh waktu itu dan aku menyakinkanmu lagi bahwa kita akan bahagia bila tetap bersama. Kamu juga dulu pernah menghapus mimpi kita kan ? tapi aku selalu mengukir lagi, memaksamu untuk saling bersama dan pada akhirnya aku tak mampu lagi untuk menciptakannya. Maaf.

Sesaat kamu melumpuhkan logikaku, mematikan mimpiku juga rasaku dan pada akhirnya aku berniat untuk berhenti saja. Aku tak bisa mencintai Wanita yang cintanya tak sepenuhnya untukku dan masih saja menyimpan sosok nama Pria lain dihatinya setelah namaku. Aku tak bisa bersama dan menuakan hidupku untuk Wanita yang tak bisa membahagiakanku. Dan aku juga tak bisa memilihkan Ibu untuk anak-anakku yang cara mencintai dan menyayangi saja kamu tak tahu.

Jadi, aku memutuskan untuk berhenti saja dari permainanmu ini. Aku juga merasa jenuh bila terlalu lama diasingkan seperti ini.
Kamu jangan lagi menahanku, (ini sudah terlambat)  karena jika beberapa saat yang lalu kamu menahanku itu sudah pasti aku akan tetap bertahan. Sekarang jangan lagi karena hasilnya percuma. Tangisanmu juga sekarang bukan lagi jadi kelemahanku untuk memaafkanmu lagi, lagi dan lagi. tawamu juga sekarang sudah bukan lagi menjadi bagian dari semangatku. Jadi pergilah.. jangan menahanku.

Karena ini sudah pasti, Aku melepaskanmu..

Kamis, 18 Oktober 2012

Kita, pernah...


Kita pernah saling mencintai dan itu bukan pernah tapi ‘masih saling mencintai’ hanya mungkin bedanya sekarang ada dan tak nampaknya dirimu disampingku.
Kita pernah saling berjanji bersama seperti saling berucap, bahwa tak akan ada kata saling ‘meninggalkan’ untuk selamanya. Hahaha... pada saat itu kita berdua sungguh sangat teramat lucu kan ? berkata seolah-olah kehilangan itu tak akan nyata jadinya. Kita saling berkata seakan-akan perpisahaan itu tak benar adanya. Ya, kita memulai kesalahan besar dari janji-janji itu dan pada akhirnya kalimat yang sudah kita kutuk bersama terjadi juga. Kita berpisah. Dan kuberitahukan padamu sekarang, bahwa hal itu sungguh sangat tak baik untuk jiwaku, fisikku, hatiku. Sungguh.

Lihatlah aku sekarang, yang kulakukan saat ini hanyalah terus mengelilingi ruangan ini yang pernah kita tinggali bersama. kita pernah seatap disini, kita pernah makan bersama diruang yang letaknya bersebelahan dengan kamar tidur kita. Kamu pernah menyuapiku bahkan itu selalu saja terjadi disepanjang 15 tahun perjalanan kita.

Lihatlah.. aku sekarang sedang memandangi foto pernikahan kita. Kamu disini terlihat begitu sangat cantik sayang. Sungguh. Senyummu ahh.. aku merindukannya.
Hei.. aku sedang menangis sekarang dan ini bukan pertama kalinya aku seperti ini tapi setiap hari. Bayangkan s.e.t.i.a.p h.a.r.i aku melakukan hal yang sama yaitu menangisimu, merindukanmu.

Sekarang bisakah kamu membuatku secangkir coffee hangat dengan takaran gula satu sendok makan ? aku haus sekarang karena sejak kemarin-kemarin terlalu banyak mengeluarkan airmata untukmu. Aku ingin kamu yang membuatkannya untukku. Aku ingin kamu yang mencampurkan air, coffee dan gula itu hingga tercampur jadi satu dan aku juga ingin kamu yang menemaniku menghabiskan secangkir cofee itu sambil mendengarkan kamu bercerita ini, itu, apa saja ceritakan. Aku akan mendengarkannya sejam, dua jam, tiga jam atau berhari-hari pun tak masalah asalkan itu nyata. Bisa sayang ?

Masakanmu. Ya, masakanmu aku merindukannya juga. Sekarang badanku tampak terlihat kurus, ini karena kamu yang tak pulang-pulang rumah lagi dan memasakku masakan kesukaanku. Kata mereka aku harus lebih banyak beristirahat, mengkomsumsi vitamin, berolaraga, makan secara teratur dan tak banyak pikiran. Tapi ahh... aku tak perlu itu ! yang ku butuhkan sekarang kamu, itu saja tak lebih.

Mereka tidak pernah tahu, mereka tidak pernah rasa bukan bagaimana menjadi hatiku yang perih saat ditinggal pergimu ? jadi kumohon, kamu jangan memaksaku untuk harus mendengarkan mereka dan berhenti menunggumu. Kumohon jangan. Ini sudah sakit, akan terasa amat sakit lagi bila kamu tak mengizinkanku untuk menunggumu.
Teras rumah. Kamu mengingatnya ? ini tempat favorit kita saat sore datang bertamu dan menyajikan senja yang indah warnanya. Disini, aku selalu menggenggam tanganmu. Sesekali mencium keningmu dan sebagai balasannya yang akan kamu katakan padaku ‘aku mencintaimu’ dan itu lebih dari cukup.

Aku sedang memandangi kursi yang selalu menjadi santai kita. Aku membayangimu sedang duduk disampingku dan kembali berjanji bahwa tak akan ada kata meninggalkan diantara kita. Itu hal terpedih sayang, saat aku sadar sekarang bahwa kehilangan itu jaraknya benar-benar dekat dengan hidup kita.
Jadi sekarang, izinkan aku tetap seperti ini saja dulu. Menunggumu menjemputku, mencintaimu, merindukanmu, lagi, lagi dan lagi.

Aku juga akan tetap seperti ini, menghayati tiap sudut-sudut rumah kita ini yang pernah kita namakan kenangan. Dan pada akhirnya nanti disuatu titik letih nanti aku akan kelelahan menunggumu lalu memintamu untuk berbisik pada Tuhan untuk sesegera mungkin mengambilku saja agar jarakku juga jarakmu tak sejauh ini. Ya?

Tawuran yang sehat yuk guys !

Tawuran, satu kata aktif yang sampai sekarang dipandang buruk oleh masyarakat luas. Mengapa tidak? Akhir-akhir ini Masyarakat dalam negeri disodorkan tontonan tawuran pelajar SMA juga para  Mahasiswa. Bahkan yang lebih mengerikan sekali, tawuran antar pelajar SMP pun sudah terjadi didunia pendidikan. Mirin kan guys ? dan yang lebih memiriskan lagi dari tawuran itu tidak menghasilkan keuntungan apa-apa melainkan KERUGIAN BESAR !

Lalu apa si yang ngebuat para pelajar-pelajar di Indonesia ketagihan akan tawuran ? apa karena kesalahan didikan sekolahnya, pergaulannya atau mungkin ruang lingkup keluarganya yang kurang menerapkan ilmu anti anarkis ?

Para pendidik dimasing-masing sekolah berperan aktif juga membantu para orang tua untuk menanamkan pola pikir baik terhadap anak. Maka dari itu disekolah disediakan ruangan konseling antara guru juga murid, dimana saat ada masalah atau keluhan yang terjadi pada murid itu bisa diceritakan langsung pada guru disekolahnya.

Pergaulan, dengan siapa dia bergaul itu juga merupakan penunjang untuk masa depannya karena saat dia bisa berpikir dengan baik bahwa pergaulan yang baik bisa membaikan masa depannya dan sebaliknya begitu.

Dan orang tua. Orang tua tentu mempunyai peranan lebih penting untuk kestabilan ruang lingkup perkembangan anaknya. Dengan siapa anaknya bergaul orang tua diharuskan untuk tahu. Segala macam kegiatan didalam sekolah dan diluar sekolah yang dia ikuti, orang tua juga perlu tahu karena dengan begitu komunikasi antara anak juga orang tua tak ada keganjalan sama sekali.

Tawuran sungguh sangat tak ada keuntungannya untuk kehidupan kita, yang ada nanti kita hanya akan mendapat kerugian besar. Seperti dikeluarkan dri sekolah, berurusan dengan pihak polisi, mengalami luka fisik dan yang lebih merugikan ialah nyawa kita sebagai taruhannya. Jadi apa masih tertarik untuk tawuran terus ?

Jaman sekarang ialah jamannya demokrasi, bukan lagi jaman anarkis untuk menyuarakan apa yang sedang dipikirkan. Jadilah pelajar juga manusia yang dianggap hebat akal dan fisiknya. Jadinya pelajar dan punya misi dan visi yang hebat. Jadilah pelajar yang lebih bisa memaknai bahwa ada juga tawuran dengan gaya yang sehat.

TAWURAN SEHAT ? seperti apa tawuran sehat ? seperti bagaiamana kamu bisa bersaing dengan sehat didalam organisasi belajarmu untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Seperti bagaimana kamu bisa menjadi anak yang membanggakan untuk keluargamu karena bebas dari tawuran yang anarkis.
Jadi untuk bisa menjadi gaul tak perlu menjadi Follower Tawuran, cukup dengan kamu menjadi dirimu sendiri, dengan pemikiran terbaikmu kamu sudah bisa menjadi lebih daripada yang terbaik. Apa jadinya negara ini bila masa depannya ada ditangan para pelajar yang hobbynya tawuran ? sangat disayangkan kan ?

Jadi guys, mulai dari sekarang hiduplah dengan pemikiran yang sehat, dengan gaya tawuran yang lebih sehat dan tidak membahayakan hidup anda dan lingkungan sekitar anda. Jadilah pelajar terbaik untuk dirimu juga negerimu.

________
6th Blogger's Shout Out Campaign Project ! Yuk mari bergabung dengan organisasi kami guys dengan mengklik ini -> BSO, anda sudah bisa terhubung dengan kami tapi sebelumnya yuk like facebook BSO dan follow twitter BSO.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Aku Lelah (Mencintaimu lagi)


Akhir tahun 2010 hubungan kita berakhir begitu saja. Ini bukan kesalahanku melepaskanmu tapi kamu saja yang ingin melepaskan tanganmu dari genggamanku dan memilih tangan Pria itu untuk kamu genggami. Miris kan ? sesak pula tapi sudahlah, tak apa. Ini sakitku belum berasa penuh juga karena takaran cintaku padamu masih pada taraf diatas rata-rata.

2 bulan kemudian, awal tahun 2011 kamu memintaku untuk memaafkanmu. Ya, dengan cepatnya aku memaafkanmu dan yang lebih mengejutkan lagi aku masih sanggup menerima cintamu lagi saat Pria yang kamu pacari itu mengkhianatimu lalu meninggalkanmu dan kamu kembali padaku. Ini masih dalam tahap aku mencintaimu, hingga komentar mereka saja yang melarangku untuk menerimamu kembali tak ku hiraukan karena alasannya masih sama. Taraf cintaku masih diatas rata-rata bahkan diluar kewarasanku. Aneh kan ? ya saat itu sangat teramat menganehkan karena alasannya tetap begitu saja, aku masih mencintaimu. Sangat.

Awal tahun 2011 kita bersama lagi. aku membahagiakanmu lagi, menemanimu kemana saja kamu pergi. Aku menemanimu ke salon, berbelanja, bertemu dengan teman-temanmu dan apa saja aku lakukan dengan harapan asalkan kamu bisa bahagia saat bersamaku dan ya kamu bahagia. Aku bisa melihat setiap garis senyuman yang keluar dari bibirmu itu, aku bisa saja mendengar suara tawamu itu tiap kali aku menceritakan cerita lucu padamu meski aku dalam keadaan lelah sekalipun. Kamu bahagia sekarang saat bersamaku, meski kata mereka adanya aku ini hanya sebagai alat transportasi dan mesin ATM mu saja biarlah.. aku tak mempercayainya. Cukup dengan kamu mengatakan kamu mencintaiku setiap harinya itu sudah mampu menambah tenagaku untuk terus menemanimu.

Akhir  tahun 2011 bulan Desember. Apa kamu mengingatnya ? ya, aku lagi-lagi dibodohi lagi. kasihan sekali aku pada waktu itu. Kamu membohongiku dengan berkata seminggu kedepan akan keluar kota bersama keluarga besarmu tapi kenyataannya aku jelas-jelas melihatmu diacara pameran itu. Kamu sedang tersenyum lepas saat sedang menggandeng Pria gagah itu. Aku saja yang sudah lama bersamamu tak pernah mendapatkan kesempatan melihat senyumanmu saat aku menggenggam tanganmu. Kamu hanya tersenyum dan tertawa jika saja aku menceritakan cerita lucu padamu lebih dari itu semuanya kembali menjadi biasa-biasa saja. Jadi aku ini apa untukmu ?

Kita tak sempat putus waktu itu, kamu meminta maaf padaku sambil menangis dan berkata Pria itu hanya teman kampusmu saja. Ah.. tolong jangan menangis didepanku ! kamu tahu air matamu itu sungguh tak baik untuk hatiku. Jika sudah seperti ini kamu sama saja membangkitkan kelemahanku untuk mencintaimu sekali lagi.
Aku memaafkanmu (lagi). Entah apa yang ada dalam cintaku ini hingga aku saja kesulitan mencari jalan untuk menghadapimu. Aku masih bersamamu sekarang dan lagi-lagi alasannya sama aku mencintaimu. Bodoh !

Kita berbahagia lagi, hanya saja kali ini aku merasa sedikit lebih menurun waktumu untukku. Serasa lebih ada spasi diantara kita. Tapi bukankah sejak dulu sudah ada spasi diantara kita ? hanya saja, aku saja yang selalu saja telat menyadarinya. Kasihan.

Menjelang akhir tahun 2012 bulan Oktober, kamu M.E.N.Y.A.K.I.T.I hatiku lagi ! bayangkan ini yang ketiga kalinya kamu menyakiti hatiku ini. Tiga kali, tiga kali kamu melakukannya. Membohongiku, mengkhianatiku dan pada akhirnya sekarang giliranku menitihkan air didepanmu, memaksamu untuk meninggalkanku saja. Sungguh.

Lihat hatiku, lihat cintaku dan coba kamu renungkan ada berapa banyak Pria hebat diluar sana yang rela menunggumu, bersabar atas tingkahmu yang terus seperti ini ? coba kamu jadi hatiku, apa kamu bisa setabah dan sesabar hatiku untuk terus memaafkanmu, menerimamu, memaafkan lagi dan menerima lagi ? apa kamu bisa menjadi separuh dari hatiku saja ? bisa !
Jangan. Karena aku rasa kamu tak bisa sesabar hatiku, yang ada nanti organ dalam tubuhmu satu persatu rusak hanya karena terlalu lama memendam perih seperti ini.

Apalagi jika kamu merasakan ini, menjadi diriku yang tiba-tiba saja mengetahui bahwa beberapa hari yang lalu seharian penuh kamu bersamanya diapartemen mewahnya itu. ahh.. aku saja tak pernah seperti itu, mengajakmu menginap dirumahku karena aku begitu menghargaimu, melihatmu seperti Ibuku juga adik Wanitaku jadi aku tak punya alasan jahat untuk melukai hatimu.

Hei.. aku lelah sekarang. Sungguh. Kali ini rasanya teramat sangat lelah hatiku. Lelah kali ini sungguh terasa lebih sesak dari tahun-tahun kemarin. Lelah kali ini rasanya lebih terasa nyeri bahkan rasanya lebih dari pada nyeri luka bakar yang dialami.
Aku lelah bila harus membayangkan wajahmu juga wajah Priamu itu, aku lelah bila harus mengingat hari dimana kalian bersama seharian penuh itu meski katamu tak terjadi apa-apa diantara kalian berdua tapi sungguh kali ini jangan memaksaku untuk memaafkanmu karena aku sekarang benar-benar lelah. Sangat lelah.

Aku lelah mencintaimu lagi. jadi aku memutuskan untuk selangkah lebih mundur dari hidupmu, walau mungkin berat tapi setidaknya aku punya alasan sekarang untuk melepaskanmu karena aku juga ingin bahagia, hatiku.

Kamis, 04 Oktober 2012

'Aku Mencintaimu' itu kalimat aktif sayang..

Ini tentang kamu, aku ingin membahasnya sampai berjuta-juta. Sampai jari-jemariku lelah mengetik mendeskripsikan tentangmu.
Ini tentangmu, tentang bagaimana sampai sejauh ini diam-diam aku memendam rasa terhebat untukmu. Seperti merahasiakan. Ya, begitulah kira-kira. Tapi sial ! Aku tak cukup kuat untuk memendamnya sendiri, aku tak cukup kuat untuk menahan bibirku untuk tak dulu mengatakan ’Aku Mencintaimu’. Aku tak cukup kuat dalam hal berakting seperti itu.

Lihatlah sosokmu, kamu hadir didepan penglihatanku dengan sosok jiwa yang membuatku merasa nyaman lebih dari biasanya. Diam-diam kamu hadir dan diam-diamnya juga menjadikan perasaanku padamu serahasia ini. Hei.. aku menginginkanmu. Sungguh. Tapi jika memilikimu adalah hal yang tak mungkin, bisakah aku hanya mengatakannya sekarang tanpa menginginkan dirimu ada? Untukku? Bisa ?

Aku sudah teramat bosan seperti ini. Hari-hari hanya bisa melihat wajah cantikmu itu, memperhatikan bagaimana kamu bercerita, tersenyum, tertawa dan ahh... semuanya sungguh tak baik untuk hatiku yang baru saja bertumbuh akan namamu.

Aku juga bosan, bila terlalu lama mendengar lagu itu. Aku bosan akan setiap liriknya yang memaksaku untuk segera menemuimu dan mengatakannya padamu, sesegera mungkin. Aku bosan pada diriku saat itu yang kesulitan mengatakan kalimat singkat, sederhana itu padamu. Sungguh aku bosan. Bahkan lebih paranya lagi aku tak bisa jujur padamu tentang apa yang membuatku kembali baik-baik saja.

Sekarang batinku mulai tak tahan lagi sayang. Mungkin aku akan melakukannya sekarang. Hm, bukan mungkin lagi tapi harus ! ya, seperti itu.

Berdiri dihadapanmu, mengelus sebentar dadaku yang mulai terasa ngilu lalu mengatakannya.. “Aku mencintaimu. Itu kalimat aktif yang aku ketahui setelah kata, ‘Aku merindukanmu’ “

Dan setelah itu, biarlah kamu yang menjawab selanjutnya apa yang harus aku lakukan. Yang paling terpenting sekarang, aku sudah berani mengungkapkannya kepadamu. Aku sudah bisa menjadi bagian dari diriku sendiri yang berani jujur untuk menemuimu dan mengatakannya itu.

“Ya. Itu kalimat aktif. Akan menjadi non aktif bila kamu gagal menyadarinya sayang..”

Selasa, 02 Oktober 2012

kembalilah

Ini Soal Hatiku


Apa kabar hatimu ? Sangat baik. Ya, itu jawaban tersingkat yang pertama kali kamu katakan padaku setelah kata, aku mencintaimu sayang. Aku mengerti hal itu bahkan tanpa sekalipun aku bertanya langsung padamu, tetap saja tebakanku sama bahwa kamu baik-baik saja (hatimu).

Lalu bagaimana dengan hatimu ? Katamu. Hatiku ? hatiku, sepertinya tak harus kujelaskan secara detail bagaimana kondisinya  saat ini padamu karena itu justru tak baik untuk jiwa malangku ini. Jika aku menceritakannya sekarang padamu, yang ada nanti dalam mataku mulai kan terasa memanas. Nyeri di jantungku mulai kan terasa dan lebih gilanya lagi mungkin aku bisa saja tiba-tiba meneteskan air mata didepanmu hanya karena terlalu lirih menceritakan bagaimana perihnya hatiku saat kamu pergi dan memilihya menjadi tujuanmu.

2 minggu lalu aku melihatmu, tersenyum begitu bahagianya dihari lamaranmu. Dulu juga saat bersamaku senyumanmu selalu seperti ini kan ? bahkan bisa saja lebih dari ini dan setahu pengingatanku kamu pernah berkata bahwa hanya diriku saja yang mampu membuatmu bisa sebahagia itu, hanya sayangnya sekarang semuanya berubah menjadi lain. Ternyata aku juga punya saingan berat  yang mampu membuatmu tertawa, tersenyum dan sebahagia sekarang ini. Ya, tak mengapa. Mungkin Dia jodohmu kan ? dan aku hanya bagian masa lalumu. Cukup.

Tapi ini soal hatiku, soal keadaan jiwaku. Apa kamu tahu itu ? setahun yang lalu aku memberikanmu sebuah cincin dengan uang hasil jerih payahku selama sebulan penuh bekerja dan sebagai balasannya 2 minggu yang lalu kamu seenaknya saja menerima cincin yang harganya lebih mahal lagi untuk kamu kenakan dijari halusmu itu. Ini bukan bicara soal uang sayang, ini juga bukan bicara soal kerugianku yang mungkin saja Pria kayamu itu bisa menganti kerugianku. Bukan, bukan itu. Tapi ini masalah soal hatiku. B.A.Y.A.N.G.K.A.N ini soal hatiku !

Apa kamu bisa setenang diriku yang bisa saja mengikuti kemauanmu untuk melepaskanmu ditengah hubungan kita sedang baik-baik saja ? apa kamu bisa sesabar hatiku yang rela datang keacara lamaranmu dengan membawa senyuman sandiwara agar kamu tahu aku sudah ikhlas ? coba kamu bayangkan sendiri dan aku rasa kamu tak sanggup untuk melakukannya bila aku harus mengkhianatimu !

Hanya saja semua sudah terjadi bukan ? aku juga tak mungkin terus mengharapkanmu agar kembali padaku untuk menjadikanmu  membelai Wanitaku. Aku juga tak mungkin mencurimu lalu membawamu pergi jauh dari kota atau negeri ini agar aku tak bisa melihatmu menikah dengan Pria lain selain diriku. Aku juga tak mungkin lagi memaksamu kembali dan menceritakan kembali bagaimana 3 tahun yang lalu kita mengarungi suka duka hubungan kita. Ya, semua tidak mungkin. Mungkin akan menjadi bisa saja, jika kamu memberikan siknal untuk mengambilmu kembali tapi sepertinya tidak. Jiwamu lebih memilihnya yang masa depannya sudah pasti terjamin. Jiwamu sudah memilihnya yang sudah pasti bisa mencintaimu lebih dari pada aku mencintaimu. Hanya aku sendiri tak tahu apa hatimu juga ikut tulus memilihnya atau hanya pandanganmu saja. Entahlah.. aku tak pernah tahu.

Hanya saja nanti, jika dia menyakiti hatimu tolong jangan menghubungiku lalu memberitahukannya. Karena pasti dalam hatiku akan terasa jauh lebih sakit dibandingkan saat kamu mengkhianati kepercayaanku.
Aku juga akan bersegera pergi dari kehidupanmu, menghilang sejauh mungkin dan seperti katamu sendiri;

"Obat untuk mengobati rasa sakit dan nyeri adalah saat kita bisa berdamai dengan sakit dan nyeri itu sendiri".

Ya, aku akan melakukannya. Kapan ? secepat mungkin. Sesegera mungkin.

Sabtu, 29 September 2012

Sebentar saja aku memikirkanmu, Bisa ?


Hei kamu, iya kamu. Bisakah sebentar saja aku memikirkanmu ? aku ingin berpikir banyak tentangmu meski waktu yang diberi hanya sebentar saja, tak apa. Asal tujuan utamaku untuk memikirkanmu (lagi) bisa terpenuhi dan sekarang aku ingin melakukannya. Bisa kan ?

Jadi begini, anggaplah beberapa saat ini kamu adalah kekasihku (lagi) . Jika kamu keberatan aku hanya akan berkhayal saja, seolah-olah kamu itu milikku. Tapi bukankah itu sama saja? Hm, yasudahlah aku pinjam sosokmu sebentar saja untuk diingat-ingat kembali  mengapa jarakku denganmu terlampau spasi  sejauh  ini.

Kamu menyukai coffee kan ? katamu coffee itu bisa membuat perasaanmu jauh lebih baik bahkan yang lebih parahnya saat menikmati coffee buatanku (waktu itu) kamu bisa menambah volume untuk bisa jatuh cinta padaku secara berkali-kali. Hebat bukan ?
Tapi jika sekarang aku menyodorkan secangkir coffee panas untukmu, apa kamu akan kembali mencintaiku seperti waktu itu ?

I love you but it’s not so easy to make you here with me. Ini lirik awal di lagu When You Love Someone kan ? iya aku tahu karena kamu menyukai lagu ini. Sehari bisa 5 sampai 6 kali kamu menyanyikannya. Katamu lagu ini sangat berarti saat pertama kali kamu merasakan hal yang luar biasa, yaitu saat jatuh cinta padaku tapi ketakutan untuk mengungkapkannya. Hingga pada akhirnya aku juga menembakmu dan kamu menerimanya. Tapi jika sekarang aku melakukan hal yang sama lagi apa masih bisa ?

Kamu  menyukai hujan.  Lihat.. sekarang aku sedang memperhatikannya, hujan. Aku serasa sedang melihatmu sekarang. Bermain penuh irama dibawah rintikan butiran air ini, rambutmu yang panjang dibiarkan basah begitu saja. Jika sudah seperti ini, kamu selalu merasa seperti tak akan kenal apa itu sakit dan sebagai hadiahnya, keesokan harinya kamu akan menemuiku dengan wajah yang lembab karena flu menyerangmu. Aku pasti akan memarahimu karena tak bisa menjaga kesehatanmu dan sebagai balasannya yang kamu lakukan hanya tersenyum, meminta maaf, tersenyum, lalu meminta maaf lagi dan begitu seterusnya.. hingga aku menyerah dan memaafkanmu.
Kamu tahu, senyummu itu sungguh tak baik untuk hatiku. Seperti kecanduan yang saat melihatnya sekali saja sudah mampu membuatku lemah begitu saja. Kalau sudah seperti itu, aku bisa apa untuk melepaskanmu haaa?

Kamu juga menyukai senja kan ? iya aku tahu, aku masih mengingatnya. Sungguh. Aku masih ingat bagaimana caraku saat menggenggam jari-jari halusmu itu dibawah awan yang kemerahan. Aku masih ingat saat bagaimana cara kita berjanji pada matahari yang ingin tenggelam. Aku masih ingat bagaimana cara bahagiamu itu terpancar saat berkali-kali aku mengatakan bahwa aku mencintaimu. I.N.G.AT, saat itu aku mengatakannya berkali-kali, bayangkan berkali-kali ? dan sekarang aku ingin mengatakannya lagi meski kamu pun muak untuk mendengarkannya. Maaf.

Aku juga sedang mengingat hal ini sekarang. Aku membayangkan kembali bagaimana ekspresimu saat itu, yang menangis memohon padaku untuk tak meninggalkanmu. Aku membayangkan kembali bagaimana kata-katamu waktu itu yang berkata ‘Dia tak mencintaimu !’ tapi saat itu pikiranku tertutup dengan cinta palsu Wanita itu dan berjalan terus, tanpa memikirkanmu dan sialnya saat itu juga aku memutuskanmu.

Aku bodoh bukan ? bahkan sungguh sangat bodoh ! Mencintaimu tapi melepaskanmu !

Dia tak sama sepertimu, sungguh. Dia tak pernah mengabariku dengan siapa dia pergi dan apa yang dia lakukan seharian.
Dia tak sama sepertimu, yang bisa selalu menceritakan cerita lucu meski aku kadang merasa tak terhibur dengan cerita-ceritamu itu. Namun sekarang aku merindukannya, aku merindukan cerita lucu kakek dan nenek itu yang pernah kamu ceritakan saat aku kelelahan dengan pekerjaan kantorku. Aku merindukan cerita lucu lainya seperti sekolah SD, guru olaragamu, dosenmu.. pokoknya apa saja yang kamu ceritakan saat itu aku merindukannya sekarang. Aku akan mendengarkannya kembali, dengan duduk tenang disampingmu. Sejam,dua jam, berjam-jam, berhari-hari pun tak masalah asal aku bisa diberikan kesempatan sekali lagi menatapmu berbicara lebih dekat, lagi dan lagi. bisa ?

Kamu, aku rindu. Aku sudah berupaya keras untuk menenangkan hatiku, mengrefresh kembali perasaanku tapi sialnya itu tak bisa kulakukan. Aku merindukanmu. Apa sulit untuk kembali sekarang lalu memaafkanku ? apa sulit sekarang untuk datang lagi dan berkata lagi kamu mencintaiku ?

Hei kamu, iya kamu. Ini apa ini ? kertas putih apa ini yang melayang hadir didepan mataku ha ? Kamu akan menikah juga ternyata.. bukan bersamaku, tapi bersama Pria lain yang jelas tak menyakiti hatimu. Jika sudah seperti ini aku bisa apa ?

Sepertinya cukup sampai disini dulu aku memikirkanmu karena rasa-rasanya dalam mataku mulai tak tahan untuk melanjutkannya lagi. dalam dadaku saja nyerinya mulai berasa tak baik, seperti sesak, nyeri. Ya, seperti begitulah rasanya. Sakit itu jelas tapi sakitku ini belum sebanding dengan sakit hatimu saat aku menyakitimu. Jadi untuk menebus kesalahaku padamu, aku mungkin akan tetap menjadi Pria terbodoh seperti ini, yang melepaskanmu untuk sosok yang cintanya sudah jelas palsu.

Kamu berbahagialah... cukup dulu aku memikirkanmu. Aku ingin kebelakang sebentar, membersihkan wajahku, mataku yang mulai basah dan perih.

Selasa, 18 September 2012

Cintamu Dan Beribu Kebohonganku. (Maaf)


Ini tentang kebohongan-kebohonganku padamu. Entahlah sudah berapa banyak kali aku membohongimu tapi yang pasti seberapa banyak aku membohongimu, sebanyak itulah kamu bersabar untukku. Miris bukan ? Ya, untukmu. Dan aku selalu saja terlambat menyadarinya.

1      Setahun yang lalu kamu memintaku agar bisa menghadiri acara wisuda S2 mu dan setelah acara itu selesai,  kamu berencana untuk mengajakku  pergi ke restorant mahal sekaligus merayakan 1th Anniversarry hubungan kita. Apa aku datang saat itu ? Tidak. Aku tidak datang sampai malam berganti pagi pun aku tak kunjung datang menemuimu atau saat itu juga memberikan alasan padamu kenapa aku tak bisa datang. Dua hari kemudian aku baru bisa menghubungimu, menelponmu lalu seenaknya saja berkata ‘maaf’ padamu dan yang kamu jawab saat itu bukan kalimat kecewa dan amarah yang menggebuh tapi,  ‘Tak mengapa. Nanti malam sebagai gantinya kita dinner ya sayang ?’

Ha? Sebaik itukah hatimu ? Hei, dua hari yang lalu itu aku keluar kota bersama Pria lain dan teman-temanku tanpa sepengatahuanmu dan seenaknya saja tak memberitahukanmu apa alasanku tak bisa hadir ke acara wisudmu. Apa kamu tak sedang curiga bahwa  aku sedang membohongimu ? sepertinya tidak. Kamu masih saja seperti ini, terus berbaik hati padaku, mencintaiku, menyayangiku dan terus mempercayaiku.

2.       7 bulan yang lalu saat hari ulang tahunmu, aku lupa mengucapkan kata ‘Selamat Ulang Tahun Sayang’. Aku lupa membawakan surprise berupa cake coklat dipukul 12 malam yang biasa diberikan para wanita untuk kekasihnya. Aku lupa mengucapkannya, hingga nanti keesokan harinya aku mengingatnya saat tak segaja melihat background note book yang terpasang tanggal lahirmu.

Saat itu aku kemana ? aku sedang tak ada disisimu, tapi yang kulakukan seharian menghilang darimu dengan alasan hari itu ada rapat dikantor dan setumpuk kerjaan menanti dimeja kerjaanku. Dan hal benarnya aku sedang tak sibuk sama sekali, yang kulakukan ialah berlama-lama  disalon bersama teman-temanku. Aku memilih untuk makan siang dan malam bersama mereka tanpa mengingat sama sekali hari ini ulang tahunmu dan tanpa mengiyakan tawaranmu agar siang itu kita bisa bertemu dan makan siang bersama.

Aku membohongimu (lagi) dan kamu masih mampu mempercayainya.

3.       Hari ulang tahunku, 2 bulan yang lalu. Kamu memberikanku surprize dengan membawa cake rainbow kesukaanku dipukul 12 malam. Saat itu hujan turun dengan volume yang deras, sebagian kemejamu basah karena payung yang kamu gunakan tak cukup untuk melindungimu dan cake itu. Jadi yang kamu lakukan lebih mementingkan agar cake itu tak basah dan membiarkan kemejamu yang basah sebagian.

Aku jelas terkejut dengan surprizemu ini. Bukan karena kamu membawakanku cake dan datang disaat hujan yang deras seperti waktu itu, bukan. Tapi dalam hatiku sedang dilanda bigung karena seorang Pria yang diam-diam menjalani hubungan denganku beberapa menit lagi akan datang kerumahku bersama teman-temanku.
Dan (lagi) aku harus membohongimu. Aku memberikan alasan yang mustahil padamu bahwa tiba-tiba saja badanku terasa lelah dan butuh istirahat karena besok harus berangkat ke kantor kepagian dan menyuruhmu agar segera pulang saja.
Mendengarku berkata demikian, yang kamu lakukan hanya tersenyum saja, memelukku, lalu mencium keningku dan segera beranjak pergi dari rumahku padahal diluar sana hujan belum berhenti juga.

4.       Tepatnya tanggal 30 Agustus. Kamu memintaku agar sebentar bisa menungguku dirumahku bahwa ada hal penting yang ingin kamu bicarakan padaku juga kedua orang tuaku. Aku lagi-lagi mengabaikannya dengan beralasan lagi bahwa sore hingga malam ada kegiatan sosial yang harus aku ikuti padahal nyatanya malam itu juga aku harus menemani Pria itu pergi keacara keluarganya yang mengharuskan aku untuk hadir agar bisa dikenalkan langsung pada kedua orang tua dan keluarganya. (Dan ini adalah kebohongan terbesarku padamu)

Kamu terus memaksaku untuk jangan kemana-mana saat pulang kantor dan aku bersi keras tak bisa menunggumu dirumah. Ini pertama kalinya kamu seperti ini, memaksa ingin bertemu denganku dan tak seperti biasanya melarangku untuk jangan keman-mana. Aku mengabaikan permintaanmu. Kita bertengkar hebat ditelephone siang itu dan kamu tetap memaksa malam itu juga akan datang ke rumahku. Ah.. terserahlah yang pasti aku sedang tak berada dirumah jika kamu ingin menemuiku !

Malam pun tiba. sebelum aku berangkat menuju kediaman Pria itu, aku tiba-tiba mengingatmu. Aku mengingat kata-katamu ditelephone yang memaksa bahwa malam ini kamu akan datang kerumahku, menemuiku, juga menemui kedua orang tuaku. Sebenarnya ada apa ? ah.. sudahlah.. pikiran itu tiba-tiba lenyap begitu saja saat mobil Pria itu sudah terparkir didepan halaman rumahku. Aku pergi bersamanya dan lupa dengan dirimu. (maaf aku lagi-lagi membohongimu).

***

2 jam kemudian, Ibumu menelphoneku saat aku sedang merasakan jenuh yang luar biasa ketika keluarga Pria ini sama sekali tak memperdulikanku dan juga menanyakan hal-hal tentangku dengan anak mereka.
Kamu tahu apa yang Ibumu katakan saat itu ? ‘Jo meninggal’.
Kadua bola mataku tiba-tiba rasanya mulai memanas. Isi dadaku terasa sesak. Kedua tanganku bergetar dan... sungguh ini yang pertama kalinya aku menitihkan air mata untukmu.

Aku segera berlari keluar tanpa perpamitan juga tanpa memberitahukan alasan pada Pria itu mengapa aku sepanik dan sesedih ini. Entahlah. Yang ada sekarang aku hanya ingin cepat tib dirumah sakit, menemuimu dan jika bisa aku akan menyerahkan seluruh nyawaku padamu asalkan kamu bisa hidup kembali.
Dan semuanya mustahil. Aku mendapati dirimu, tubuhmu sudah tergeletak lemah tak berdaya diatas ranjang itu. Ada apa denganmu Jo ? cob saja siang tadi sekali saja aku tak berbohong padamu pasti kamu tak akan seperti ini jadinya.
Aku terus menangis disamping wajahmu, berkali-kali menciummu, memelukmu dan berteriak seperti orang gila agar kamu bisa sadar kembali. Ibu, juga Ayah menenangkanku sambil berkata,

‘Hari ini Jo berniat ingin melamarmu nak’

Aku terus saja mempunyai beribu-ribu alasan untuk membohongimu, tapi lihatlah sedikitpun rasamu padaku tak pernah berkurang. Kamu tetap menjadi seorang Pria yang mempunyai setumpuk ketulusan cinta yang abadi dan aku terlambat menyadarinya. Aku terlambat untuk mengatakan padamu bahwa, aku juga mencintaimu, aku merindukanmu dan aku ingin menikah denganmu.

Sekarang yang tertinggal hanyalah sepasang cincin emas yang masih utuh tersimpan di kotaknya dan selembar surat singkat yang kamu tujuhkan untukku.

Aku mencintaimu. Cukup.
Aku tahu kamu sering membohongiku saat kamu tak bisa mengabulkan apa yang menjadi permintaan hatiku.
Tapi sayang... kali ini saja bisakah kamu jangan lagi beralasan untuk tak mengabulkan permintaanku ?
Untuk kali ini saja, dengarkan aku.. Menikahlah dan Menulah bersamaku. Kumohon.


SITUS PORNO ?

SITUS PORNO, dua kata yang sudah tak asing dan tabu lagi dipendengaran kita. Jaman sekarang mana ada satu pihak yang tak tahu dengan nama ini, bahkan sangat dan sungguh disayangkan juga para anak dibawah umur sudah bukan cuma tahu tapi sudah dan sering menonton adengan yang tak berpendidikan ini. Situs Porno tersebut jug sudah sangat banyak beredar didunia maya, dan juga bahkan banyak para penguna Blog yang tak bertanggung jawab memasang situs tak baik ini sebagai tontonan umum. Entah para pemerintah yang lambat bergerak memblokir situs-situs yang ada atau krena segaj tak ingin diblokir semua, entahlah. Yng pasti sarana tak berpendidikan ini sungguh merusak perkembangan otak anak kecil dibawah umur dewasa.

Bahkan lebih parahnya lagi dampak negaatif dari situs ini ialah untuk orang dewasa, kita menjumpai beberapa berita ditelevisi yang memberitakan karena situs ini menyebabkan banyaknya terjadi pelecehan terhadap wanita.
Juga Para anak dibawah umur yang mulai terlibat dengan hal-hal negatif yang diluar pengetahun mereka, bagaimana dengan nasib masa depan mereka nanti ?

Jika sudah seperti ini, bagaimana nanti dengan nasib dunia pendidikan anak dibawah umur ? Sungguh sangat disayangkan bila dalam tahap umur mereka dibawah 17th dan harus menyaksikan hal seperti itu dan yang harus dipertanyakan sekarang dimana peranan orang Tua ?

Orang Tua mempunyai nilai jual yang tinggi untuk mengalihkan pemikiran anaknya ketahap yang baik atau sebaliknya. Tugas orang tua bila tak ingin anaknya termasuk pada golongan diatas, seharusnya para orang tua membiasakan anaknya dari dini untuk tahu hal yang pantas dia contohi dan tak layak untuk contohi.
Juga, para orang tua harus menanamkan ilmu agama yang baik untuk anak-anak mereka agar hal seburuk itu tak mudah mempengaruhi isi pikiran mereka.

Selanjutnya awasi tingkat pergaulan mereka, karena terkadang salah memilih teman untuk seorang ank bis saja berdampak baik untuk pertumbuhan otaknya. Dan yang paling terpenting jika ingin mengajarkan anak pendidikan IT para orang tu harus selalu mengawasi anak-anaknya agar kita bisa tahu apa yang sedang dilihat anak didunia maya.

Jadi jika ingin mengurangi situs-situs seperti itu diputar didunia maya, seharusnya dimulai dari diri kita sendiri untuk merendahkan kemauan kita yang memaksa mendidik otak kita dengan hal yang tak baik.

Sabtu, 15 September 2012

Tentang Perbedaan Kita


Kau tahu apa yang membuatku bahagia dan bertahan hingga saat ini ? Kamu. Cukup.
Aku membutuhkanmu, demikian juga kamu dan lebih tepatnya kita sama-sama saling membutuhkan.

Tapi tidak dengan mereka kan ? mereka serasa asing dengan hubungan kita ini. Kata mereka kita tak berjodoh, kata mereka kita bukan pasangan yang serasi, kata mereka juga kita berbeda dan sangat tak mungkin untuk bersatu hingga bisa hidup menua seperti kakek dan nenek kita.

Ya, itu kata mereka dan sangat berbeda dengan perkataan hati kita berdua. Aku mencintaimu, kamu mencintaiku. Kita sama-sama saling mencintai, menjadikan setiap kekurangan sebagai alasan terkuat kita untuk jangan menyerah sampai disini saja.
 Jelas mereka berkata kita nanti tak’an berjodoh tapi kita belum menemukan jawaban dari sang Kuasa bukan ? jadi kumohon padamu jangan dengarkan mereka...

Hingga sekarang lihatlah.. kita hidup bersama, dibawah atap sederhana dengan hubungan pernikahan yang di Ridhoi sang Kuasa.
Tapi tetap saja mereka berkata kita tak serasi, tetap saja kata mereka kita menentang ajaran agama kita dengan tetap menikah dan mempertahankan keyakinan kita masing-masing.

 Ya, kamu seorang Wanita  Muslim dan aku seorang Pria Kristiani.

Saat ingin makan bersama, kamu berdoa menyebut nama Tuhanmu dan aku pula demikian menyebut nama Tuhanku setelah kamu mengaminkan doamu.

Saat perayaan hari besar agama juga pasti kamu kan membantuku menghiasi pohon natal, menungguku dirumah saat aku beribadah dan saat aku pulang kamu sudah memasakan masakan natal yang tak kalah enaknya.
Begitu juga saat masuk bulan Ramadhan, aku juga pasti ikut berpuasa bersama denganmu. Kita akan sahur bersama lalu berbuka puasa bersama disaat azan magrib mulai dikumandangkan.

Kamu selalu mengingatkanku untuk jangan lupa menyediakan waktu untuk berdoa dan begitu sebaliknya aku selalu mengingatkanmu di jam-jam tertentu untuk sholat dan mengaji. Bahkan disaat shubuh, aku membangunkanmu, menemanimu sholat lalu setelah itu kita berbicara berdua tentang hal apa saja, hingga kamu tertidur (lagi) dihadapanku dan Tuhan.. demi apapun aku mencintai wanita ini. Sungguh.

Kita berdua tak pernah mengenal wajah perbedaan itu sepert apai. Kita berdua tak pernah tahu saling membenci itu seperti apa. Yang hanya kita berdua tahu ialah rasa saling menghargai, menghormati dan tetap saling percaya bahwa perbedaan bukanlah jarak untuk orang saling membatasi rasa untuk tak bisa menyayangi.

Jadi sayang.. mereka bisa berkata apa saja tentang kita, mereka bisa saja membenci kita tapi ketahuilah.. kita bukan sedang menjalani hubungan tentang mereka, kita bukan sedang menjalani hubungan yang nanti akan menentukan rezeki mereka, kita bukan sedang menjalani hubungan yang nanti akan menjamin mereka masuk surga. bukan, bukan itu ! Tapi kita sedang berdiri dibawah komitmen kita berdua. Bukan mereka !
 
Apapun nanti yang terjadi, itu sudah menjadi tanggung jawab kita diakhir hidup kita nanti, soal kepercayaan, keyakinan itu menyangkut hati kita bukan hati mereka.
Dan kita akan tetap seperti ini, hidup bahagia bersama, mempunyai keturunan yang bahagia, saling menghormati dan yang terpenting sekarang, Aku mencintaimu. Cukup.