Ini tentang seorang Pria yang hatinya kupinjam kemarin dulu.
Ini tentang seorang Pria yang tiba-tiba saja hadir, tanpa sebelumnya aku meminta
kepada Tuhan untuk menghadirkannya. Ini tentang
seorang Pria yang hadir begitu saja yang keyakinannya berbeda denganku. Ya, Dia seorang Pria Khatolik dan aku seorang
Wanita muslim. Dia seorang anak pendeta dan aku seorang anak Imam disalah satu
mesjid yang tak jauh dari tempat beribadahnya bersama keluarganya.
Kita sama-sama bertemu tanpa ada alasan lebih bahwa akan
saling jatuh cinta seperti sekarang ini. Aku mencintainya, sungguh. Begitu juga
dengannya dan lebih tepatnya kita sama-sama saling merasa jatuh cinta yang
dipandangan mereka cinta kita ini salah.
Ini tentang seorang Pria yang hatinya kupinjam kemarin dulu.
Sebelumnya aku tak pernah merasa jatuh cinta sebahagia ini rasanya, sebelumnya
juga aku tak pernah merasa bahwa mencintai seseorang itu seperti ini rasanya. Kita
selalu tetap bersama meski keadaan secara perlahan memaksa kita untuk segera
mengakhirinya saja. Tapi jika aku melepaskanmu apa mereka akan menjamin bahwa
aku bisa menemukan cinta yang seperti kamu berikan untukku? Jika aku menyerah
pada pertahanan kita apakah mereka bisa menjamin aku juga kamu akan tetap
bahagia? Apa iya?
Aku mencintaimu. Itu saja kalimat aktif yang kuketahui
sampai sejauh ini. Perbedaan kita, status kita, latar belakang kita itu
dipermasalahkan mereka bukan? Lalu apa mereka tak pernah memandang bagaimana
isi hati kita? Perasaan kita?
Tuhan.. ini tentang seorang Pria yang hatinya kupinjam
kemarin dulu. Apa perbedaan itu begitu buruknya hingga aku juga dia tak bisa
saling memiliki ? Tuhan.. percayalah jauh dilubuk hati doanya dia juga
menyelipkan namamu untuk merestui hubungan ini. Aku pun juga demikian, yang
kupanjatkan sekarang hanya meminta restuMU juga restuNya.
Mbak, siapa yang dimaksud "MU dan "NYA" di baris terakhir? ini kisah nyatakah?
BalasHapus'MU' dan 'NYA' ini sy mksudkan pak antar agama yang berbeda.
HapusIni nulisnya fiksi pak :)
Entah yah sedemikian peliknya kalau sudah berbicara cinta. Namun alangkah indahnya ketika pengembalian cinta itu kepada sang pencipta cinta. Karena ia menciptakan dan memberikan pastinya dia juga bertanggung jawab atas apa yang ia kehendaki.
BalasHapus:) kemarin dulu == dulu kala kah?
:D
seperti ada sebuah lesson dari fiksi yg Sarnisa buat ,...
BalasHapusTuhan tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangNYA, entah itu pada yg beriman ataupun para pendosa.. maka terlalu picik rasanya bila masalah keyakinan harus melahirkan perpecahan !
nice fiction :)
hati kok dipinjam :D
BalasHapusperbedaan... hem
Ini seperti fatamorgana cinta mbak... hehe ^.^
BalasHapussalam dari www.kopikoplak.com
*blogwalking*
Siapa tuh yang di maksud mbak nisa ini ?
BalasHapus