Rabu, 14 November 2012

Kamu tak pernah tahu..


Kamu tak pernah tahu bagaimana bentuk rinduku padamu. Ya, bagaimana bisa kamu mengetahuinya jika aku sendiri saja enggan untuk menyatakannya langsung padamu.
Aku merindukanmu tapi kamu tak pernah mengetahuinya kan ? bahkan pada titik tersulit saat aku merindukanmu itu, ialah saat aku harus menahan tangis, menunggu kabarmu yang tak pasti kapan akan mengabariku. Aku ini bodoh ! mahir merindukanmu, tapi untuk mengatakannya saja “aku merindukanmu”  aku merasa dilanda kesulitan yang amat teramat menakutkan dan pada akhirnya hingga sekarang kamu tak pernah tahu bahwa aku merindukanmu. sangat !

Aku ini rindu padamu. Sungguh. Aku rindu setiap panggilan masukmu kehandphoneku, dengan cukup kamu berkata “Haloo” itu rasa-rasanya sudah mampu membayar rasa rinduku padamu. Sungguh.
Aku ini rindu padamu. Aku rindu setiap pesan singkatmu yang masuk kehandphoneku walau hanya tertulis tiga huruf saja “Hai..” sungguh tak apa. Itu saja sudah mampu membuat jantungku berdebar tak baik.

Kamu juga tak pernah tahu, bahwa aku diam-diam suka memperhatikan cara bicaramu. Aku kecanduan memperhatikan senyummu, aku setiap saat mengawasi gerak-gerikmu, cara makanmu, caramu mengetik SMS dan yang lebih menarik lagi karena hobbyku memperhatikanmu aku mulai bisa tahu kalau kamu itu tak suka makan sayur. Iya kan ? hahaha.. aku selalu melihatmu makan siang diresto samping kantor kita bekerja bersama, aku selalu memperhatikanmu menyisikan beberapa sayur yang tersaji diatas piringmu dan sampai makan siang selesai kamu tak juga menghabiskan sayurnya karena alasannya itu “kamu, tak suka mengkomsumsi sayur”.

Kamu juga tak pernah tahu bahwa diam-diam aku merasa kecanduan bila harus melihatmu berngomel lama didepanku karena aku yang kehobbyan menunda laporan untuk diserahkan padamu. Saat kamu marah, aku juga akan memaksa agar terlihat marah atau berpura-pura cuek dihadapanmu. Alasannya simple, aku hanya tak ingin kamu menebak dengan cepat sebelah mana hatiku yang berdebar kencang saat kedua bola mataku harus menatap kedua bola matamu yang tajam itu. jadi untuk menyelamatkan hatiku, aku hanya mampu melakukan cara seperti itu. cara yang menurutmu sungguh menjengkelkan dan tak punya sopan santun. Tapi tenanglah.. aku selalu punya banyak alasan untuk membujukmu kembali agar akan selalu ada sapaan ringgan ditelephone dan di kotak masuk. Yang pada akhirnya kamu sendiri tak juga mengetahuinya bahwa aku ini selalu merindukanmu.

Kadang aku juga bisa tampak begitu kesal dan cemburu bila harus melihatmu dikelilingi pria-pria tampan itu, meski yang kamu lakukan hanya berdiskusi soal kerjaan dan cerita ringan lainnya tetap saja yang ada dipikiranku ialah aku cemburu ! tapi tetap saja, walau tingkat kecemburuanku sudah mencapai diatas rata-rata kamu takan pernah tahu bahwa aku diam-diam sedang menyembunyikan setumpuk cemburu yang beralamatkan kamu. Kamu tak pernah tahu perasaanku dan itu awal kesalahan terbesarku yang kesulitan untuk memberitahukannya padamu.

Hari ini ulang tahunmu. Aku sudah menelphonemu beberapa kali dijam 12 malam tapi nomormu sibuk. Hmm.. mungkin saja teman-temanmu sedang menghubungimu atau mungkin saja para pria-pria itu ? hmm.. mungkin saja. Jika iya benar begitu, itu sudah mutlak salahku yang sejak siang tadi tak memberitahukanmu untuk jangan mengangkat telephone dari siapa pun sebelum aku menghubungimu. Hahaha.. tapi mana bisa aku mengatakan hal seperti itu didepanmu ha ? untuk menegur kamu saja kadang aku harus menahan ekspresi jatuh cinta padamu. Ya, jatuh cinta dan sialnya kamu tak pernah tahu.

Akhirnya aku hanya bisa mengirimkanmu satu SMS saja hanya untuk mengucapkan “Selamat Ulang Tahun Syilah”. Dan paginya aku memberanikan diriku juga untuk mampir ketoko bunga sebentar hanya untuk membelikanmu setangkai bunga mawar putih. Ya, kamu menyukai bunga ini dan aku tahu soal ini.
Oia.. disampingku sekarang ada seorang pria gagah yang sedang memesan 25 tangkai mawar putih dan saat aku tanya itu untuk siapa? Dia hanya tersenyum, memandangi 25 tangkai mawar itu lalu tersenyum lagi dan berkata,

“kamu hari ini membeli setangkai mawar putih itu berarti ada maksud mengapa kamu membelinya. Sama denganku juga, aku pagi-pagi datang kesini hanya untuk membeli 25 tangkai mawar putih dengan maksud yang sama sepertimu. Hanya mungkin seseorang yang akan kita berikan bunga ini tentu berbeda, tentu berbeda”.

Pria itu tersenyum aku juga demikian dan semakin menambah kepercayaan diriku sekarang untuk menemuimu, memberikan bunga ini dan jika hari ini kamu bersedia mendengarkan keluhan perasaanku aku pasti akan mengatakannya. Hmm.. walau juga kamu tidak bersedia mendengarkannya aku akan tetap memaksamu untuk mendengarkannya. Bila perlu hari ini juga aku akan berteriak sekeras-kerasnya bahwa aku mencintaimu, Karena menahan perasaan seperti ini rasanya memperlambat dirimu untuk menjadi milikku. (hahaha.. sial aku tertawa lagi saat membayangkan hal yang harus aku lakukan hari ini).

Setiba dikantor aku melihatmu yang sedang duduk tertawa lepas bersama teman-temanmu dan itu cantik sekali. Apa? Senyumanmu.
Aku menyiapkan diriku sebaik-baik mungkin untuk menemuimu dan memberikanmu setangkai mawar putih ini dan semoga saja kamu menyukainya.

“Syilaahh..”

Aku memanggilmu dengan jarak kira-kira 5 meter dari tempatmu duduk. Seketika obrolan kalian itu terhenti begitu saja dan semua mata tertujuh padaku termasuk kamu. Aku tersenyum. Menyembunyikan bunga itu dibalik tubuhku agar kamu tak melihatnya. (ahh.. caraku ini nampak seperti sinetron ya? Hmm.. sudahlah fokus, fokus!)

Kamu tersenyum. Ini pertama kalinya kamu tersenyum secara langsung padaku. Jantungku mulai berdetak tak baik, ada rasa sesak didadaku karena kesulitan menahan detakan jantung yang rasanya mulai tak normal. Ahh.. kamu. Apa yang harus aku lakukan disini ?
Aku lalu mencoba menenangkan hatiku, mengambil selangkah kedepan dan... aku tiba-tiba mendengar kalimat itu...

“Syilaahh.. pacarmu, mas bima bawakan kamu 25 tangkai mawar putih...”

Saat mendengar kalimat itu kedua pasang bola mataku bertemu dengan matamu, dalam hatiku serasa ini mimpi atau apa, ntalah ! pacarmu itu mendekatimu, mencium keningmu lalu mengucapkan beberapa kata romantis yang seharusnya kalimat itu yang hari ini akan aku katakan padamu. Pacarmu itu ternyata pria gagah yang bertemu denganku tadi ditoko bunga. Ternyata tujuanku dengannya sama, membelikan bunga untuk seorang wanita yang sama, hanya saja kali ini dia yang berhak memberikanmu bunga. Bukan aku. Jelas bukan aku.

Dalam hatiku rasanya sesak sekali. Apalagi saat kamu berkata lagi apa yang ingin aku katakan ? dan disusul pertanyaan pacarmu itu yang menanyakan kelanjutan untuk siapa bunga itu kubeli tadi? Aku hanya berupaya tersenyum. Menutupi sesak batinku agar kamu tak tahu bahwa dalam hatiku ini sedang porak poranda. Hanya saja kamu sampai sekarang tak pernah mengetahuinya dan itu salahku kan ? iya kesalahan terbesarku. Bodoh !

Aku berjalan mendekatimu yang sedang berdiri disamping kekasihmu itu. Dengan sedikit menenangkan hati, aku lalu mengulurkan tanganku dan memberikanmu setangkai bunga mawar putih itu dan berkata;

“Tadinya aku membeli bunga ini dengan maksud untuk keberikan pada seorang wanita cantik yang selama ini mencuri hatiku, mengilakan otakku dan mampu menyemangati hariku. Tadinya aku membeli bunga ini dengan maksud agar dia bisa tahu bahwa selama ini, sejauh ini aku diam-diam menyimpan rasa yang tak mungkin dan pernah diketahuinya. Ya, tadinya aku berpikir aku bisa memberikan bunga ini secepatnya tanpa diduluankan siapa pun itu. tapi ternyata aku salah, karena ternyata ada yang lebih berhak memberikan wanita itu beberapa tangkai bunga yang lebih banyak daripada punyaku ini. Ahh.. sudahlah abaikan saja. Aku tak bermaksud untuk merebutmu. Aku sudah baik-baik saja sekarang karena dengan melihatmu bahagia seperti ini saja itu sudah mampu membuatku lebih bahagia dari apapun”

Kekasihmu diam saat melihatku berbicara seperti itu, dia sepertinya seorang pria yang hebat yang juga mengerti bagaimana besar dalamnya hatiku terhadapmu. Kamu juga diam dan semua orang yang menyaksikan hal ini hanya bisa diam, memandangiku dengan raut yang menyedihkan. Akupun membalikan tubuhku, berjalan menuju meja kerjaku, mengambil tasku lalu berjalan keluar ketempat mana saja yang bisa menghentikan air mataku ini. Ya, hari ini aku menangis, tampil sebagai seorang pria cengeng dengan menggenakan dasi dan stelan jas yang mahal. Hanya untuk kamu. Menangisimu. Dan itu sakit. Sungguh. Tapi ini kesalahanku bukan kesalahanmu yang tak pernah tahu dengan kondisi hatiku.

Sabtu, 10 November 2012

Aku pernah mencintaimu (dulu).


Aku pernah mencintaimu. Dulu ! Waktu itu hatiku masih sangat polos bahkan masih sangat mudah dipermainkanmu. Waktu itu juga kamu sering membohongiku dengan berkata beberapa hal dengan raut yang serius agar aku mudah mempercayainya tapi nyatanya, semuanya rekayasa. Bodoh kan aku ? ya, aku bodoh pada saat itu dan memang sangat bodoh.

Aku pernah merindukanmu. Dulu ! Bahkan rinduku padamu bukan pada batas main-main saja tapi sudah diluar jangkauan yang ditentukan. Ya, saat itu lagi-lagi aku masih sangat polos dan terlalu kekanak-kanakan. Merindukanmu dengan cara yang ‘sangat’ sementara kamu sendiri sibuk dengan merindukan sosok Pria yang lain. Hm, luar biasa !

Aku pernah membanggakanmu di depan teman-temanku juga di depan keluargaku. Dulu ! Saat itu aku memberitahukan pada mereka bahwa aku mencintai seorang Wanita cantik, pintar, setia dan baik hatinya. Ya, saat itu juga aku benar-benar dilanda rasa jatuh cinta yang teramat untukmu hingga tanpa sepengatahuanku sendiri dibelakangku kamu tak tampil seperti Wanita baik yang kuceritakan pada mereka. Dan aku baru menyesalinya. Ah bodoh !

Dulu, aku pernah melakukan hal bodoh apa saja untukmu dengan harapan agar kamu bisa tetap merasa nyaman dan bahagia saat bersamaku. Bayangkan dengan melakukan hal terbodoh saja aku mau, lalu apa itu masih terasa amat kurang untukmu ?
Dulu, aku pernah menangis memohon dihadapanmu agar kamu tak harus memilihnya dan tetap bersamaku tapi yang kamu lakukan saat itu hanyalah memaksaku untuk segera bergegas pergi dari hidupmu dan bersegera memilih Wanita lain yang lebih bisa mencintaiku dengan cara tertulusnya. Ya, aku ingat dengan jelas kamu menyuruhku agar berbahagia kembali tanpa harus menahanmu.

Sebulan, dua bulan, setengah tahun, delapan bulan aku masih terus memikirkanmu hingga dibulan ke sembilan aku memutuskan untuk tak ingin terlalu lama menganaktirikan perasaanku dengan terus mengingatmu dan mengharapkanmu kembali.
Bulan kesembilan aku memutuskan untuk berbahagia kembali. Aku bertemu dengannya. Siapa ? seorang Wanita cantik yang tentunya lebih cantik dari pada parasmu itu. Senyumnya ahh.. aku kecanduan melihatnya. Cara menatapnya, cara berbicara, ahh.. ya Tuhan Wanita itu indah sekali.

Kamu tahu, saat aku menceritakan satu hal saja padanya dia akan tersenyum lalu tertawa. Saat aku mengeluh kelelahan padanya dia akan duduk tenang disampingku, mengusap bahuku lalu menyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia seperti malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk mengobati lukaku yang pernah perih karena tertusuk pisau pengkhianatanmu.
Lihatlah.. aku mulai bisa tersenyum sekarang, aku mulai bisa kembali berkata “Aku mencintaimu” padanya dan aku mulai bisa kembali mendengarkan kalimat balasan yang keluar dari bibirnya yang manis itu.. “Aku juga mencintaimu”.
Aku sudah bisa bahagia sekarang. Sungguh. Bahkan bahagia yang kurasa sekarang lebih dari pada dulu saat aku lama bersamamu.

Kini, kamu datang menemuiku hanya untuk mengatakan hal yang tak penting lagi kudengar: “Dia mengkhianatiku” katamu.

Lalu jika dia mengkhianatimu aku harus apa ? apa aku harus memelukmu, memintamu bersamaku lagi dan kita akan bahagia ? begitu ? hmm telat sayang !
Jika kamu memintaku kembali kepadamu beberapa bulan yang lalu mungkin masih sangat bisa ketika aku masih mengharapkanmu dan belum bertemu dengan dengannya (wanitaku ini). Tapi saat ini aku tak bisa, bahkan jika kamu memaksa tetap saja jawabannya tidak !
Ingatlah dulu aku pernah berjuang memberikan kesempatan ini padamu tapi kamu malah yakin bahwa Pria itu adalah jodohmu yang sekarang menyakitimu. Ingatlah dulu aku pernah memohon padamu tapi sayangnya kamu mengacuhkan permohonanku itu. jadi sekarang siapa yang harus kamu salahkan ?

Hmm, sudahlah pergi saja. Jangan mengharapkan sesuatu yang bukan milikmu lagi dan tak bisa kamu ambil kembali. Sekarang yang menjadi bahagia dan masa depanku adalah dia, bukan kamu atau siapa tapi dia, Wanita cantik yang hatinya seperti Ibuku.