Apa kamu sudah pernah merasakan rasanya seperti apa menjadi hatiku? Jika belum pernah duduklah disampingku sebentar saja dan aku kan mulai menceritakan padamu bagaimana rasanya seperti ini. Hatiku..
Aku ini salah satu sahabat terbaikmu. Seorang pria biasa yang selalu saja tenang bersamamu,mendengarkan segala ceritamu mengenai dosen dikampusmu,teman-teman segengmu,keluargamu semua kau ceritakan kepadaku,termasuk dia
(laki-laki) itu yang selalu bahkan sering kau ceritakan berulang-ulang kali kepadaku. Katamu dia baik,mencintaimu,menyayangimu,menjagamu,dan selalu bisa mengabulkan segala keinginan yang kau mau
(hmm.. sayangnya aku tak bisa seperti dia yang bisa memberimu segala yang kau mau tapi coba kau adu antara cintaku dan cintanya siapa yang lebih?).
kau lagi bercerita tentang dia yang katamu dia anak seorang pengacara kondang dinegeri ini, kakaknya seorang dokter yang bekerja di aussie dan adiknya sedang berbisnis batu bara dan berlian, sementara dia katamu seorang pembisnis hebat yang bergerak di bidang industri dan perusahaan minyak. Luar biasa bukan? Kau menceritakannya seolah aku ini sangat jauh berbeda darinya. Apalagi mengenai fisiknya tentu demikian, dia memiliki tubuh yang tegap dan tampang yang gagah. Pakaiannya pun semuanya bermerk dan harga mobil yang biasa digunakannya untuk menjemputmu dikampus tentu bisa lebih dari 1M. Astaga..harus butuh kerja berapa puluh tahun bagiku untuk bisa membelikan kau mobil dan barang-barang bermerk seperti itu?
Ohh..aku menarik nafas panjang ternyata cintamu sungguh mahal harganya tapi it’s ok dengan menjadi sahabatmu seperti ini saja aku sudah bahagia lebih daripada cukup,dengan harus duduk berapa jam dihadapanmu saja mendengarkan segala ceritamu saja itu sudah termasuk hal termahal bagiku. Bagaimana tidak? Karena saat bersamamu aku selalu merasa lebih beruntung dari pada priamu itu yang tak bisa berikanmu waktu lebih untuk mendengarkan segala ceritanya. Dia bisa memberimu segalanya tapi apa dia bisa memberimu waktu berapa jam untuk duduk tenang mendengarkan ceritamu seperti yang kulakukan sekarang?
TIDAK kan?
Aku ingat kapan aku mulai mencintaimu. Waktu itu pertama kalinya aku sedang melihatmu tertawa nyaring di cafe dekat kampus bersama teman-temanmu,kau menggenakan kaos berwarna cokelat dan syals biru muda berbatik merah kambu,membiarkan rambut hitam panjangmu tergurai begitu saja dan saat itu setahuku kau masih berpacaran dengan pria lain dan moment itu terjadi 2 tahun yang lalu. Aku ingat kan? Bahkan tanggalnya pun saat aku jatuh hati padamu masih kuingat karena aku menulisnya dinotes akun facebookku dan sampai sekarang kau belum membacanya kan? Yang kau perhatikan saat online hanyalah akun profil teman-temanmu saja dan sejuta tulisan cintamu untuk pria-pria itu saja. Lalu aku dibalik laptop ini hanya menjadi pembaca setiamu yang terus memberimu coment terbanyak sebagai bentuk semangatku untuk kebahagiaanmu. Lagi pula notes yang kubuat itu sudah tertutup dengan 153 notes lainya yang kebanyakan notes itu juga tulisannya terinspirasi dari dirimu yang selama ini betah bermain di pikiranku.
Nyeri rasanya membiarkan perasaanku terus seperti ini tapi apa kau punya cara untuk memintaku menyerah saja? Sampai saat ini juga kau masih seperti ini kan? Mencariku untuk menemanimu saat pria-pria itu mengkhianatimu, lalu aku membujukmu dan setelah suasana kembali kondusif kau tertawa dan tersenyum kembali dan seperti biasanya aku kehilanganmu lagi dengan kau yang bersenang-senang kembali dengan mereka sehingga lupa mengabariku lagi bagaimana kabar hatimu hari ini. Aku hanya bisa mengetahui kabar updatemu lewat fb dan twitter saja, itupun sering kali coment,wall dan mentionku pun sering kau pending untuk dibalas cepat.
Hey.. aku sedang menagis sekarang. Menangis karenamu. Apa pernah kau melihat seorang pria rockers sepertiku menagis hanya untuk cinta seperti ini? Rasanya nyeri apalagi bila harus membayangkan kembali masa dimana aku selalu bisa menyempatkan waktuku untuk menemanimu ke toko buku jika pacarmu itu sibuk,aku bisa menemanimu makan diemperan jalan saat kekasihmu itu menolak melakukan hal itu bersamamu dan masih banyak hal lagi yang kulakukan untukmu saat kekasihmu itu tak bisa mengerti susahnya menjadimu. Hey.. apa kau punya waktu senggang untuk bisa rasakan seperti apanya menjadi aku?
Sekarang aku sudah mencoba untuk melupakanmu. Menghapus semua nomor handphonemu di ponselku.menganti nomor ponsel juga kulakukan agar tak ada lagi sms atau telephonemu lagi. aku juga sudah memblockir nama akun fb dan twittermu didaftar pertemananku.
Ini minggu ke 2 aku tanpa cerita-ceritamu lagi,rasanya rindu ini menusuk dan rasanya ternyata lebih sakit tapi sudahlah bukankah aku harus melupakanmu dan menyerah sampai disini saja? Ini untuk kebaikanku dengan melupakanmu TAPI apa jadinya perasaanku bila tahu tubuh mungilmu itu terbaring dirumah sakit sekarang ini.
Yah..aku mengetahui kabar ini dari teman terdekatmu yang mencariku dikostan baruku. Katanya kau sempat ingin melakukan tindakan bunuh diri karena depresi dengan perceraian kedua orang tuamu ditambah lagi dengan kabar hal itu membuat gerakanku semakin cepat untuk bisa tiba disana dan melihatmu tanpa memperdulikan kalo jam 10 nanti ada sidang skripsiku yang kedua.
Aku menemuimu pagi ini. Tangan kananmu dipasang selang infus dan pergelangan tangan kirimu dibalut perban untuk menutupi luka goresan dinadimu. Kau bangun saat melihatku datang. Aku duduk disampingmu dan pelukanmu langsung berhamburan ditubuhku
(ini untuk yang pertama kalinya aku merasakan pelukanmu..tolong untuk lepaskan sebentar. Aku takut kau bisa merasakan detakan jantungku ini yang melaju segitu cepatnya).
Tangismu memecah saat itu. ya..aku bisa merasakan perasaanmu sekarang karena baru kali ini aku melihatmu sesedih ini. Aku hanya mengusap pelan kepalamu berbisik sedikit kata ditelingamu agar kau bisa tenang dan menceritakan apa yang terjadi padamu. Kali ini aku kan duduk disini,berapa puluh jam kau kan bercerita aku siap untuk mendengarkannya sampai semua emosimu lepas dan kau bisa tenang kembali,tertawa dan tersenyum lepas lagi. katakanlah apa yang ingin kau katakan padaku aku akan berupaya mendengarkannya dengan baik dan tak akan ada kalimat protes disana saat kau selesai bercerita.
Katakanlah.. ada apa?
Matamu membengkak,tangismu pun masih terdengar walau volumenya sudah lumayan mengecil. Kau diam sejenak lalu setelah itu berbicara beberapa kata
“aku hamil ji..” dan kembali meneteskan air matamu. Aku tidak bertanya siapa yang menghamilimu,aku hanya berupaya mengusap pelan dadaku agar tak terasa begitu sakit mendengar kabar ini. Kau melanjutkannya dengan berbicara lagi bahwa pria kaya itu menghamilimu dan tak ada keterangan lebih darinya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya itu dan melarikan diri keluar negeri dengan alasan dia kan segera menikah dengan wanita lain pilihan keluarganya. Dia pun mengelak dengan berupaya menyakinkanmu bahwa bayi yang ada dikandunganmu sekarang bukan bayinya. Kau pun sudah membicarakan hal ini pada keluarganya namun bukan pertanggung jawabanan yang kau terima tapi hanya cacian makian yang kau dengar dari mulut keluarga kaya itu.
Aku memelukmu. Kali ini aku yang memelukmu lebih lama. Aku mengus airmataku yang jatuh dan cepat-cepat aku menghapusnya agar kau tak melihatnya, agar kau tahu semuanya akan baik-baik saja. Hanya temanmu itu yang melihat air mataku ini dan segera keluar ruangan ini sambil mengusap mata kirinya.
KAMU.. tenanglah. Aku tidak akan lagi perg i jauh dan menghilang dari duniamu. Tenanglah..aku bukan seperti pria-pria itu yang tak mencintaimu dan mengkhianatimu berulang-ulang kali. Tenanglah.. aku kan terus disini menemani segala suka dan dukamu. Maukah kau menikah denganku? Aku tidak peduli dengan hal ini. Aku tidak risih dengan kehamilanmu ini. Aku tidak mengeluh dengan dirimu yang sudah begini..
TIDAK SAMA SEKALI ! aku mencintaimu sudah dari lama dan apapun yang terjadi sekarang aku masih ingin bersyukur menerimamu sekarang untuk menyatu dengan hidupku. Anakmu anakku juga kan? Tapi sayang.. aku tidak sekaya pria itu,aku tidak setampan pria itu.. aku hanya punya sepeda motor butut saja dan tinggal dikostan murah yang ruangannya hanya kecil dan tak seperti megahnya tempat tinggal priamu itu.
BAGAIMANA?
Tapi tenanglah..aku kan terus berupaya keras menyelesaikan kuliahku dan bekerja untuk masa depanmu dan anak kita ini. Aku kan membuat rumah yang layak untuk kita tinggali bersama,aku juga kan membahagiakanmu dengan terus menemanimu. Maukah kau menikah denganku? Tapi ada syaratnya. Syaratnya setelah kita menikah nanti bisakah jangan ada airmata yang jatuh lagi dari mata indahmu itu?