227 hari aku bersamamu dan sudah lebih dari 227 hari aku
merasakan cinta yang lebih kepadamu. Ini anugerah, saat pria se-be-re-ng-sek-ku bisa jatuh cinta
sedalam ini padamu. Tapi apa ini masih bisa dikatakan anugerah saat aku harus
terus saja berdiam diri mendengarkan bagaimana baiknya kamu bercerita tentang
dia ? ya, hampir setiap hari kamu bersajak indah tentangnya. Seakan kamu tak
pernah tahu kan bagaimana kondisi hatiku saat itu juga ? jangankan tahu, untuk
bertanya apa aku baik-baik saja tak pernah kamu lakukan. Miris bukan ? sudahlah
tak apa, aku menikmatinya anggap saja ini pembalasan dendam wanita-wanita itu
yang pernah kusakiti hatinya dan sekarang giliranmu mewakili kekecewaan mereka.
Terima kasih sayang.
24 oktober hari kelahiranku. Aku sudah merasa sangat bahagia
dengan hari ini, kamu datang menemuiku membawakan cake rainbow yang diatasnya
dihiasi lilin lucu. Kamu menyuruhku meniupi lilin itu dan sebelumnya yang
kulakukan adalah berdoa hal tersederhana agar kamu bisa terus bersamaku (amin).
Aku bahagia saat ini, sungguh tapi sialnya lagi-lagi dihari
yang kuharapkan penuh kamu tak membahas siapa dan siapa akhirnya kamu
membahasnya lagi. kamu melakuannya lagi, bercerita tentangnya (sosok pri a yang dulu pernah menjadi bagian dari masa lalumu). Aku
diam saat itu juga, berusaha tetap tenang mendengarkan setiap kalimat yang kamu
katakan, sambil sesekali mengeluskan tangan kananku ke arah dadaku yang
nyerinya mulai terasa. (Sakit).
Hei.. aku sedang
dihadapanmu sekarang. Baru 5 menit yang lalu kamu mewarkanku kebahagiaan yang
nyata lalu sekarang kenapa kamu menukarnya lagi dengan cerita seperih ini ?
tapi sudahlah tak apa.. lanjutkan saja lagi ceritamu, bukankah aku sudah
terbiasa mendengarkan kamu bercerita sedetail ini tentang mereka dan bukan
tentang kita ? jadi teruskan saja bercerita aku masih sanggup menahan nyeri
yang ada, aku sanggup sayang asalkan kamu bisa merasa legah saat
menceritakannya.
Katamu dia pria yang baik, sudah berpisah lama denganmu tapi
masih saja mau menghubungimu untuk mengingatkanmu jangan lupa makan, istirahat
yang cukup dan dijaga kondisimu.
Lalu aku ini apa ? apa
tak cukup perhatianku padamu selama ini yang sehari bisa sampai sepuluh kali
menelephonemu hanya untuk berkata hal yang sama ‘jaga kesehatanmu sayang, jangan lupa makan dan bla,bla,bla...’ apa
baikku kurang untukmu ? atau bodohnya aku saja yang tak bisa sebaik pria masa
lalumu itu ?
Katamu dia itu pria yang keren. Mau bergaya sebagaimana rupa
tetap saja keren. Cara bicaranya tegas dan jika sekali memandang matanya itu
mempesona bahkan wanita-wanita diluar sana yang bisa melihat dengan jelas
dirinya pasti kesulitan mengedipkan mata hanya karena terpaku dengan pesonanya
(dan kamu salah satunya).
Lalu aku ini apa ?
iya memang sudah jelas aku tak sekeren pria itu, cara bicaraku juga tak setegas
pria itu. mataku juga biasa-biasa saja bahkan kamu jarang sekali memandang
kedua bola mataku dengan tempo yang lama,
pasti hanya 2 detik lalu memalingkan wajah ke arah lain.
Jika aku seburuk ini
untukmu kenapa kamu masih bertahan sayang ?
Katamu juga pria itu memiliki otak yang cerdas dan
wawasannya luas. Dia menguasai empat bahasa negara lain dan sekarang
pekerjaannya juga sebanding dengan kecerdasannya. Dia juga berasal dari
keluarga yang baik kan ? uangnya banyak, jabatannya ternama dan dia banyak
dikenal oleh kalangan elite diluar sana.
Lalu aku ini apa ?
aku hanya seorang pria biasa yang mencintai seorang Wanita luar biasa. Otakku
juga biasa-biasa saja. Bahasa yang ku kuasai hanya bahasa Indonesia diluar dari
itu aku tak tahu apa-apa. Aku juga hanya seoarang pengawai biasa, punya jabatan
yang biasa dan tentu tidak sekaya raya pria masa lalumu itu.
Aku hanya memiliki sepeda motor biasa yang kadang kugunakan
untuk mengantarmu, menjemputmu di suasana yang mendesak karena jika tidak
mendesak kamu tentu tak pernah mengiyakan tawaranku untuk mengantar dan
menjemputmu kan ? sementara dia katamu, dia memiliki mobil mewah yang harganya
entah berapa puluh ratus kali lipat dengan harga motorku ini. Ahh... sesak sekali hatiku ini, lebih
sesaknya saat kamu yang selalu saja membandingkan kekuranganku dengan
kelebihannya.
Aku masih menjadi kekasihmu kan ? seharusnya dalam keadaan
seperti ini kamu sesekali melihat dalam mataku. Lihat kedua bola mataku ini
yang selalu saja berpura-pura menyimpan air mata darimu. Coba sesekali kamu mau
bersedia merasakan bagaimana rasanya menjadi hatiku, yang harus pura-pura tetap
tenang dihadapanmu, menahan perih lalu berpura-pura lagi menundukan kepala
mencari alasan untuk menghapus air mataku yang mulai tak tahan untuk kusimpan
terlalu lama.
Apa aku masih bisa memanggilmu dengan panggilan sayang ? apa
aku masih bisa sekali saja mengecup keningmu, mengatakan sekali lagi bahwa aku
benar mencintaimu agar kamu bisa menyakininya dan bisa lebih menghargaiku?
Cintaku? Bisa ?
24 oktober kamu menyakini hatiku bahwa aku tak pantas berada
lama dihatimu. Ya, kamu mengatakannya. Mengatakan hal yang dari dulu kutakuti
jika kamu berani mengatakannya dan sekarang aku mendengarkannya langsung dari
ucapanmu sendiri.
“Kita putus !”
Itu saja yang kudengar diakhir cerita kita hari ini. Kamu
menyelesaikan semuanya tanpa berpikir panjang bahwa aku bisa saja lebih terluka
lagi dengan keputusanmu ini. Aku segaja tak menanyakan apa alasanmu membubarkan
hubungan kita ini karena pasti jawabannya sama, karena “dia”.
Ini sesak didadaku makin terasa dampaknya, serasa seperti
ada atom yang meledak disini. Mematikan itu yang kurasakan sekarang bahkan air
mataku tak kunjung berhenti juga. Sial ! kenapa aku bisa seperih ini ? mungkin
karena takaran cintaku padamu yang sudah diluar batas jadinya seperti ini
rasanya.
Kamu, aku tak tahu apa pria itu bisa sama seperti hatiku
yang masih saja bisa bersabar, bertahan dan terus mencintai bila kamu menyakiti hatinya. Aku tak tahu apa
dia bisa sepertiku atau lebih dariku, aku tak tahu. Tapi yang pasti jika kelak
pria itu menyakiti hatimu (lagi)
kumohon jangan mencariku dan memberitahukan hal itu padaku karena sebelumnya
aku sudah pernah menahanmu untuk jatuh cinta saja padaku. Jika nanti juga kamu
merasakan sakit karenanya jangan juga mencariku untuk menghiburmu dan
mendengarkanmu bercerita tentangnya lagi, jangan. Itu percuma karena yang ada
sekarang aku sudah begitu sangat membencimu, terlalu sangat sayang. Sangat.