Kamis, 26 Mei 2016

Kita, Bukanlah Cinta atau Rangga!

Aku mencintaimu....

Itu kalimat yang selalu kuucapkan padamu dimasa-masa dimana aku sedang berjuang-juangnya mempertahankan rasaku. (Waktu itu).
Waktu itu juga aku nampak begitu menyedihkan. Menunggu kabarmu,mengukur jarak kita pada saat itu dan menghitung seberapa jauhnya waktu kita pada saat itu. Aku juga sangat polos-polosnya saat itu, yang sudah begitu kuatnya menyakinkan hatiku sendiri bahwa kepadamulah saja hatiku berhenti mencari. Lalu pada saat itu apa kamu juga menyakini hal yang sama sepertiku ? TIDAK! Tidak untuk saat itu.

Waktu itu mungkin aku seperti pemeran utama wanita di film Ada Apa Dengan Cinta, yang melepas kepergianmu di airport sambil berharap cemas bahwa apakah air mata yang jatuh dipagi hari itu ialah tanda bahwa kamu akan pergi dan tidak akan kembali untuk alasan yang sama ? Dan kecemasanku pun terjawab begitu saja. Kamu pergi,untuk alasan yang sama. Meninggalkanku.

....Lalu apa yang terjadi sekarang ?

"Aku Merindukanmu..." Katamu.

Kamu merindukanku lagi disaat durasi waktuku menunggumu sudah habis ditelan egomu melepaskanku saat itu. Kamu merindukanku lagi saat ini dimana rasaku sudah benar-benar tidak ada sama sekali untukmu. Kamu merindukanku lagi saat ini disaat aku berkata "Sudah bukan kamu lagi yang membuatku berhenti untuk mencari". Jika sudah seperti ini pantaskan kamu untuk menyalahkanku ? Jika benar kamu menyalahkanku itu ialah tindakan terbodoh yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri.

Sebab, aku bukanlah Cinta pemeran utama wanita difilm kesukaan kita dijaman sekolah dulu, yang masih tetap mencintai rangga meski 14 tahun waktu memisahkan mereka. Kamu juga bukanlah Rangga, yang harus pergi jauh meninggalkan untuk alasan yang bisa dimaafkan. Kamu adalah kamu, aku juga adalah aku. Yang awalnya punya mimpi yang sama untuk hidup bahagia bersama tapi takdir saat ini berkata lain dan membawaku harus membangun mimpi yang baru dipelukan yang lain yang lebih bisa membuatku bersyukur bahwa ternyata dicintai dengan tulus seperti ini rasanya.

Jika di film Ada Apa Dengan Cinta 2 sekarang endingnya Cinta harus melepaskan tunangannya yang sekarang yang sudah menemaninya ketika Rangga pergi belasan tahun lamanya dan mereka kembali bersama, maka yang kulakukan sekarang tidaklah demikian. Sebab aku bukanlah Cinta dan kamu juga Bukanlah Rangga. Kita hanyalah dua orang yang diajarkan untuk lebih dewasa lewat beberapa masalah yang telah kita lewati dihari itu.

Pergilah kembali keduniamu. Aku sudah cukup kuat sekarang menghadapi dunia baruku dengan segala pertimbangan matang soal apa-apa saja yang akan terjadi nanti. Jadi bisakah untuk kita sama-sama sadar bahwa kita bukanlah sepasang Cinta dan Rangga ?

Aku harap kamu bisa memahami hal ini. Sama dimana ketika aku bisa benar-benar memahami dengan baik dan ikhlas soal kenapa kamu menyakitiku dan melepaskanku diwaktu itu.


Jumat, 13 Mei 2016

DIA...

Kenapa kamu harus memilih dia ? itu pertanyaanmu beberapa menit yang lalu. Kenapa tidak saja denganku ? Denganku kamu akan jauh lebih bahagia. Lanjutmu lagi sebelum aku menjawab pertanyaan pertamamu. Nada suaramu terdengar meninggi, durasi obrolan kita yang hanya lima menit terasa begitu lama dan sangat membosankan mendengarmu menanyakan pertanyaan yang sama soal; kenapa harus dia ?

Aku mencoba mengatur nafasku, mencoba mengerti egomu saat itu. Mencoba untuk bisa menemukan kembali rasa kemarin yang begitu banyak sudah kutitipkan padamu. Mencoba untuk mengingat-ingat lagi kenangan-kenangan apa saja yang telah kita lewati dihari kemarin. Mencoba untuk mengingat lagi dibulan-bulan keberapa kamu menyakiti hatiku dan aku, yang begitu cinta-cintanya padamu (saat itu) memilih untuk selalu saja memaafkanmu. Dan kau tahu apa yang terjadi ? aku berhasil tidak menemukanmu lagi disana.

Dulu ketika kamu melakukan kesalahan apa saja aku selalu menjadi malaikat terbaikmu. memaafkanmu dan mencintaimu secara ulang. Dimoment ketika saat kita masih bersamapun ketika kamu sekeras memaksa seperti sekarang ini pun aku pasti sudah langsung luluh menerimamu lagi dan mengabaikan yang lain yang bisa saja saat itu lebih baik darimu. Haa.. saat itu aku sedang cinta-cintanya dan kamu saja yang tidak begitu serius. Dan kau tahu,ketika kamu memaksa seperti ini, membawa alasan bahwa kamu mencintaiku yang tersisa sekarang ialah rasa yang sudah terlanjur menjadi debu.

Kamu lupa satu hal bahwa; saat itu aku bisa mencintaimu segitu dalamnya (meski kau mengabaikannya). Dan orang lain bisa mencintaiku melebihi cintamu. Jadi jika sudah seperti ini haruskah aku menjelaskan secara rinci sekarang kenapa aku lebih memilih menaruh kebahagiaku sekarang untuk sama-sama memulai kebahagian yang baru dengannya ?

Dia tidak sepertimu. Kamu pun tak seperti dia. Kalian dua orang yang berbeda. Mungkin pada saat itu cara mencintaiku padamu yang berlebihan dan sekarang pun kamu baru bisa merasakan betapa kerasnya dulu aku menyakinkanmu. Aku tidak menyebut ini karma. tidak. Sebab aku bukan Tuhan dan Tuhan pun bisa melihat semuanya tanpa perlu aku menjelaskan segalanya soal bagaimana luluh lantanya hatiku pada saat itu. Saat bersamamu.

Jadi kenapa aku memilih dia ? Entahlah. tidak ada kalimat penjelasan yang rumit disini untuk harus menjelaskannya. Kenapa aku harus jatuh hati padanya ? Entahlah. Sebab hanya detak jantunglah yang bisa menjawab semuanya. Kenapa harus memilih untuk meneruskan bahagia dengannya ? Kali ini jawabannya bukan entahlah, sebab aku tahu Tuhanlah yang mengantar segala doa-doaku untuk dipertemukan segala doa-doa baikku untuk bersamanya. Tuhanlah juga yang membuat debaran jantungku melaju tak karuan jika sedang bersama atau sedang memikirkannya. 

Lalu disini pun aku bertanya padamu "Adakah bahagia yang lebih tulus selain rasa bersyukur ?". Mungkin waktu itu kamu tidak begitu bersyukur saat bersamaku. Jadi sekarang aku yang harus merasa lebih bersyukur sekarang saat dia yang sekarang mau memilihku untuk melanjutkan cerita bersama.

Aku sudah begitu bahagia sekarang. Bukan karena ingin memanas-manasimu. Tidak seperti itu. tapi karena aku sudah bisa mencintainya secara ikhlas sekarang, tanpa memikirkanmu dan tanpa harus mengingat-ingatmu lagi. Tidak lagi.

Dia.. itu saja sekarang.

______
......Anji - Dia.



Rabu, 11 Mei 2016

Untuk Aroma Kopi dan Teh Hangatmu... (Semoga).

Kita masih berada didalam rumah yang berbeda sekarang. Kamu bersama mereka, sibuk dengan aktivitasmu, tertawa dan ngobrol bersama teman-temanmu dan hal lainnya sedang kamu lakukan sekarang dan sebaliknya begitu juga denganku. Kita masih sama-sama di spasikan jarak dan debaran jantung yang saling mengira-ngira kapan untuk segera dipertemukan ?

Mungkin sekarang kamu sedang membayangkan wajahku. Sedang begitunya merayu Tuhan agar sekilas saja memperlihatkan bagaimana raut wajahku,postur tubuhku atau mungkin saja sedikit suaraku agar nanti kamu bisa lebih mengenaliku kapan saja jika nanti secara kebetulan kita dipertemukan ditempat yang tidak kita tahu. Atau mungkin saja saat ini kamu sedang memikirkan seperti apa nanti Pria yang nantinya akan menggantikan tugas Ayahmu untuk mencintaimu hingga akhir nanti.

Apa juga sekarang kamu sedang memikirkan aku bekerja dimana ? berapa jumlah saudaraku dan dari mana asalku ? atau adakah hal lain yang kamu pikirkan disaat kita sama-sama belum dipertemukan seperti sekarang ini ?

Bukan hanya kamu, aku juga sedang memikirkanmu. Membayangkan lembutnya jilbabmu, senyumanmu dan sapaanmu ketika kelak kita dihalalkan untuk hidup bersama nanti. Ahh.. kenapa aku begitu sejatuh cinta seperti ini padahal aku sendiri tidak tahu dimana keberadaanmu sekarang. Atau jangan-jangan Tuhan sedang menggerakan isi hatiku untuk berimajinasi bebas tentangmu dan bisa saja Ia sedang memberikan tanda padaku bahwa kita akan segera dipertemukan ? Jika benar demikian semoga itu tak lama lagi.

Untuk sekarang bisakah kita berdua sama-sama bisa bersabar dulu ? Kita sama-sama saling memperbanyak doa dan saling memperbaiki diri agar nanti jika dipertemukan kita tidak terlalu susah lagi untuk saling menyamakan hati dan pikiran. Kamu tenanglah disitu, tetap doakan perjumpaan kita agar segera dipertemukan.

Untuk aroma kopi dan teh hangatmu yang nanti aromanya akan sama-sama tercium di bawah atap yang sama. Semoga....



Senin, 09 Mei 2016

Aku Menyukaimu...

Kamu tahu ? Apa ? Oh belum. Aku seharusnya tidak menanyakan pertanyaan sestandar itu karena sebelumnya aku belum memberitahumu. Jadi begini, aku menyukaimu. Oh bukan. Hmm tidak. Ehh.. ahh kenapa se-kaku ini untuk mengatakannya. Tunggu! Aku seharusnya harus menenangkan dulu debaran detak jantungku yang detakannya sedang tak beraturan. Hmm baiklah..

Begini, sekarang sudah cukup tenang debarannya. Aku menyukaimu. Sejak kapan ? sejak dimana debaran jantungku berdebar begitu saja ketika; harus ada pembahasan tentang kamu,tanpa sengaja harus bertemu,kerja diruangan yang sama,makan siang atau malam bersama,jalan-jalan bersama meski tidak hanya kita berdua saja karena ada teman-teman kita juga. Dan masih banyak lagi jawabannya soal sejak kapan aku menyukaimu.

Aku menyukaimu. Kenapa ? Entahlah. Aku tidak pernah sebelumnya merencanakan untuk jatuh hati padamu separah ini. Aku tidak pernah memprediksikan kalau-kalau hatiku bisa sekuat ini dalam zonamu. Tapi yang pastinya aku hanya ingin mencintai dengan sederhana dengan caraku saja,tidak ribet tapi bisa bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama selamanya lagi.

Aku menyukaimu. Sampai kapan ? Entahlah. Hatiku juga hatimu,kita tidak bisa sama-sama memprediksikan sampai kapan perasaan ini berlangsung. Tapi kamu harus tahu bahwa aku tidak pernah lalai untuk memohon pada Sang Pemilik Perasaan ini agar jika bisa biar kamu saja yang ada dan selalu saja ada kapanpun dan bagaimanapun. Aku menyukai segala hal-hal apa saja yang ada padamu. Aku menyukai caramu saat sedang seriusnya menatap layar laptopmu. Aku menyukaimu saat; kamu sedang tertawa karena aku berhasil menceritakan cerita lucu,saat kamu mengeluh karena berat badanmu naik,saat kamu kebigungan untuk cari costum yang cocok dengan seleramu pada saat kita ingin jalan atau kemana saja (berdua). Saat kamu mulai menceritakan kabar pekerjaanmu,teman-teman kantormu dan genkmu. Dan masih banyak lagi. Aku menyukainya. S-e-m-u-a-n-y-a….


Jadi bisakah agar kamu disini saja dulu ? ahh bukan seperti itu seharusnya caraku bertanya. Maksudku bisakah agar kamu tetap disini saja bersamaku ? bersama sesebahagia mungkin. Berdua saja,saling mencintai dan tidak saling memberikan jalan untuk tidak saling menyakiti. Bagaimana ?

Minggu, 08 Mei 2016

Rindu...

Barangkali rindu itu semacam racun yang kita racik sendiri dalam kesendirian dan pengharapan yang besar. Dalam kalimat ulang yang sering kita pertanyakan dan rasa ingin tahu yang lebih besar dari hal-hal lainnya yang tahu ataupun tidak sebelumnya.
Apa rindu itu seperti ini; Ketika kita sama-sama berada ditempat jauh dan berbeda, lalu kedua hati yang berbeda saling berbisik lewat arah yang sama bahwa masih ada langit yang biru yang menyatuhkan kita dibawahnya ? Lalu hatimu mengangguk, memberikan isyarat bahwa ya kita masih sedang berada dibawah langit yang sama. 

Atau apa rindu itu seperti ini; ketika dua senyuman yang saling bertemu tapi kesulitan untuk saling menyapa atau saling memberikan isyarat bahwa dari senyuman ini,hati kita sedang baik-baik saja ? walau nyatanya hatimu juga hatiku sedang dipertamukan dengan tumbukan rindu yang kesulitan untuk siapa dulu yang harus menyampaikannya. Rindu.

Oh tidak! Mungkin rindu itu seperti ini juga; seperti sebuah pesan yang terlambat masuk ke ponsel. Aku pernah mengalaminya. Bagaimana dengan kamu ? Aku pernah menunggu dengan gelisah balasan pesanmu yang kadang 3 jam kemudian baru bisa masuk lagi ke ponselku. Aku pernah juga tertidur sambil memegang handphoneku hanya karena sedang rindu-rindunya menunggu kabarmu walaupun hanya lewat pesan saja. Ya, itu aku. Entah kamu seperti apa. Yang jelas mungkin rindu jika bisa disederhanakan mungkin bahasanya seperti, dari sebuah pesan yang terlambat masuk ke ponsel. 

Tapi ternyata ada lagi, ada yang memberitahuku bahwa rindu itu juga seperti obrolan yang tergesa-gesa. Seperti kita yang terjebak dalam tergesa-gesaan rindu. Semoga bukan hanya aku saja tapi kamu juga. Dan demi apapun rindu itu rupanya ia yang membuat rindu ini menjadi lebih gelisah dari seharusnya. Tapi begini saja, kalo-kalo kamu rindu sebaliknya jangan, sebab kamu tidak akan mampu untuk melakukannya. Biar aku saja.

Sebab kamu tahu, seketika rindu yang semacam racun itu kita minum sendiri yang efeknya membuat dada kita jadi lemah dan mata kita berair. 

.....Dan rasa kehilangan adalah pengalaman ajaib yang membuat kita lebih mengerti tentang rasa memiliki. Jadi sudah siapkah rindumu yang sekarang ?