Minggu, 29 Juli 2012

Ingin Cantik? mulailah dengan menggunakan kosmetik halal.

Setelah sukses dengan lomba blog #SusuHalal, kembali BLOGdetik bekerja sama dengan LPPOM MUI mengadakan lomba blog untuk mensosialisasikan Halal Is My Life. Kali ini dengan menggandeng WARDAH, sebagai produk kosmetik yang mendapatkan serifikasi halal pertama kali di Indonesia.

google

Siapa yang tak mengenal Produk Kosmetik Wardah ini, hampir setiap hari tentu saja kita melihat produk ini diiklankan diberbagai  stasiun televisi didalam negeri kita juga sebagai Kosmetik sponsor diberbagai acara televisi. Kosmetik Wardah sendiri sudah berpuluh tahun dipasarkan, dengan setiap saatnya mengeluarkan kualitas terbaiknya yang tak kalah jauh dengan produk kosmetik dalam dan luar negeri sekalipun. Saya mengunakan Kosmetik Wardah sudah hampir 3 bulan dan sebelum beralih sebagai pengguna tetap, awalnya saya kebigungan dengan memilih kosmetik mana yang cocok untuk wajah kusam. Ditambah lagi saat itu wajah saya yang berjerawat membuat saya stres mencari cream atau kosmetik apa sajalah asalkan bisa menghilangkan jerawat saya. Tadinya saya masih ragu saat melihat iklan Wardah dikarenakan trauma karena memakai produk kosmetik iklan jaman sekarang yang sudah mahal tapi hasilnya sungguh sangat tak memuaskan. Tetapi saat saya memberanikan diri membeli produk pencuci muka Wardah dan memakainya 2 kali sehari, Alhamdulillah jerawat saya mengempis dan kulit wajah terasa lembut dan tak terlihat kusam bila harus berlama-lama dibawah sinar matahari.

Setelah produk pencuci muka saya semakin dibuat jatuh hati dengan produk kosmetik ini dan mencoba membeli produk Bedak Wardah. Kualitas dari bedak ini sama juga, melembabkan kulit dan tahan lama. Kelebihan lain dari bedak ini juga bisa digunakan sebagai bedak biasa bila ingin bersantai sehari-hari dan juga bisa digunakan sebagai foundation saat ingin menggunakan make up yang tahan lama.

Lalu bagaimana caranya agar bedak padat bisa diubah menjadi foundation ? caranya tentu sangat mudah sekali, tinggal kita basahkan spons lalu basuhkan spons basah tersebut diatas bedak dan kemudian kenakan diwajah kita. mudah kan ? Jelas mudah karena Kosmetik Wardah selalu hadir dengan maafaat terbaiknya untuk para konsumen.

Tapi apa Kosmetik Wardah itu terjamin dan aman kosmetiknya ? Tentu sangat aman karena Kosmetik Wardah adalah produk Kosmetik Halal yang dibuat khusus dari bahan alami dan natural hingga tidak membahayakan anda menggunakannya setiap hari. Dan sebagai buktinya tentu saya sendiri, saya merasakan kepuasan atas produk Wardah yang benar-benar bisa dipercaya untuk bisa merawat kulit wajah saya tampak lebih bersih, tidak kusam dan Cantik tentunya.

Selain beberapa produk diatas, Kosmetik Wardah juga menyediakan lipstick dengan tampilan berbagai warna menarik dan kegunaanya sangat baik untuk melembabkan bibir para wanita. Juga tersedia eye shadow, maskara, cream wajah, cream penghilang jerawat, sun block dan masih banyak lagi. Juga saya mau beritahukan satu rahasia penting buat kalian mengenai produk ini yaitu, selain produknya halal, Wardah juga 'Harganya Terjangkau' jadi bisa dimiliki oleh kalangan siapa saja bukan?


Jadi tunggu apalagi untuk berlama-lama menentukan produk yang pas dengan kulit anda dan tampil dengan wajah yang cantik? Beralihlah ke produk Kosmetik Wardah yang mamfaatnya sungguh tak diragukan lagi.

Wardah, mengatasi masalah kulit anda yang tak bisa diatasi oleh produk lain.


Halal is my life, WARDAH.



Kamis, 26 Juli 2012

20 Detik Saja !


Sudah lama rasanya tak tahu dengan kabar keadaanmu. Setahun kah lamanya ? ya, kira-kira sudah seperti itu lamanya atau bahkan lebih dari itu (mungkin) yang pasti temponya lama.

Kamu, aku merindukanmu. Sungguh. Aku (lagi-lagi) merindukan masa-masa itu. Masa dimana aku merasa lebih bahagia di bandingkan sekarang. Masa dimana aku diberikan kesempatan untuk bisa lebih tahu bagaimana sosokmu, melihat raut wajahmu lebih dekat, menyaksikan tawa dan senyuman itu lalu kapan saja kamu memintaku untuk menemanimu kesana dan kesini aku akan terus menurutinya asalkan bisa merasa lebih dekat denganmu.

Lalu bagaimana dengan rindumu disana? Samakah rindu kita?

Hmm.. atau mungkin hanya aku saja yang merasakannya ya.
Ini, sekarang aku sedang memegang beberapa kemeja kotak-kotak dan dua dasi yang pernah kamu belikan untukku. Aku belum membuangnya atau membakarnya  agar luka dihatiku bisa tak teringat lagi karenamu. Aku juga masih menyimpan beberapa foto bersama kita didalam flashdisk ini, jika kamu bisa kesini dan melihatnya selama setahun lama ini aku belum-belum juga mengganti background laptopku dengan gambar wanita lain dan masih saja memamerkan  wajah cantikmu disini. Jadi tidak ada yang kuhilangkan selama kamu pergi, semuanya masih tetap sama. Semuanya masih tetap kamu, kamu dan kamu.

Lalu nomor handphonemu ini?

Aku juga masih menyimpannya di phonebook ponselku. Entah nomor ini masih kamu gunakan atau tidak aku tak pernah mengetahuinya karena semenjak perpisahan itu aku mulai tak mendengar suara manjamu bahkan satu SMS pun tak pernah ada.
Ah.. ternyata merindukan itu sungguh menjengkelkan terlebih lagi rinduku ini padamu sudah diluar batas dan rasanya sesak sekali. Sekarang ini hanya ada nomor telephonemu yang bisa kugunakan untuk mengetahui kabarmu, semoga saja nomor ini masih kamu gunakan hingga aku bisa berbicara banyak denganmu dan aku berjanji aku tak akan membicarakan masalah lalu itu (sudahlah aku sudah melupakannya) sekarang yang terpenting mendengarkan suaramu.

Aku menekan tombol hijau dilayar handphoneku untuk menghubungkan nomorku dengan nomormu dan kamu tahu isi dadaku ini mulai berdetak tak normal saat jelas benar panggilan ini tersambung ke nomormu. Dan suara itu,

“Hallo... hallo... hallo ini siapa ?”

Tak ada jawaban sedikitpun yang keluar dari bibirku saat jelas mendengar suaramu ini. Ya, aku masih mengenal suara ini, aku masih mengenal suara seorang wanita yang hampir tiga tahun bersamaku, aku mengenal ini kamu dan sudah jelas ini kamu. Dalam mataku mulai memanas, mulai berair seperti ingin mengeluarkan air mata hanya saja dalam otakku masih terhipnotis dengan suaramu itu.

“Hallo... ini siapa ?”

Kamu mengulanginya lagi tapi yang ada aku hanya terus berdiam diri menutup rapat mulutku dengan kelima jariku, menahan tangis yang akhirnya aku menangis juga seiring dengan kamu mematikan telephone ini tepat pada 20 detik aku menelphonemu.
20 detik saja kamu berhasil mengubah dinding rinduku ini runtuh dan rasanya ingin berlari menemuimu, memelukmu dan mengambilmu pulang kembali ke rumahku. Hatiku.  20 detik saja kamu membuatku semakin bertambah bodoh di balik lemari ini.

Senin, 23 Juli 2012

Kita Berdua


Kita, hanya saja sedang tak mengerti tentang apa yang kita jalani sekarang.

Ya, kita berdua yang sama-sama mahir berpura-pura menyembunyikan perasaan masing-masing hingga pada titik yang sama nyatanya sama juga ternyata bahwa apa yang kita berdua rasakan ialah ‘Jatuh Cinta’.
Seperti katamu ‘aku menyukai kebersamaan ini’ sama begitu juga denganku. Aku mencintai setiap moment apa saja yang di dalamnya ada dirimu, walau sudah jelas judul status kita sekarang hanya sebagai ‘sahabat’  itu tak mengapa karena dengan melihatmu setiap saatnya rasanya pribadiku merasa menjadi lebih dari sekedar seorang kekasih.

Lalu kamu bagaimana perasaanmu saat bersamaku?

Hahaha... sudahlah aku tahu kamu sendiri juga tak bisa menjelaskan lebih detail dan jujur kepadaku mengenai apa yang kamu rasakan. Tapi tenanglah, aku sudah cukup pintar karena diberikan indera ke 7 khusus untuk mengetahui apa yang terjadi didalam hatimu.

Bagaimana bisa?

Hmm.. sini kujelaskan padamu. Kamu selalu saja marah saat aku terlambat menjemputmu untuk jalan-jalan di sabtu sore untuk kita menikmati senja yang ada. Kamu juga selalu merasa jengkel bila SMS yang kamu kirimkan telat aku membalasnya dan telephonemu yang beberapa kali tak sempat ku angkat karena berbagai alasan dan saat aku membujukmu, pasti yang akan kamu lakukan menundah menerima kata ‘maaf’ ku dan tetap marah seperti itu hingga kamu lelah dan akhirnya memaafkanku. Lucu kan? Kita seperti sepasang kekasih saja,  hanya saja kita tak menyadarinya.
Ada juga hal yang yang membuatku semakin menyukaimu, kamu selalu saja memintaku untuk menemanimu ke toko buku, cafe cofee, pantai, taman rekreasi yang semua itu tempat kesukaanmu (aku mengetahuinya). Kamu  juga mengetahui apa ukuran pakaianku, berapa nomor sepatuku, menghafal nomor handphoneku, mengetahui beberap makanan kesukaanku, kebiasaanku, bahkan sampai hal terburuk yang pernah ku alami juga kamu mengetahuinya.

 Lalu sekarang yang kurang kamu ketahui dariku apa lagi?

Yang belum kamu tahu sekarang tentang rahasiaku mencintaimu, tentang aku menginginkanmu, tentang aku menyayangimu dan tentang perasaan kita berdua yang sama-sama tersembunyi seperti ini.
 Hahaha.. astaga kita berdua ternyata sama-sama aneh dalam hal ini, sama-sama di buat gila dengan rasa sendiri yang entah harus memulai titik awal rasa ini seperti apa. Kamu, hmm.. lebih tepatnya kita berdua. Apa kita hanya akan tetap bersahabat seperti ini yang diam-diam saling mencinta dalam suasana dan menunggu saja saatnya aku melamarmu dan kita berdua menikah? Atau apa harus sekarang aku mengatakan hal ini padamu? Entahlah. Sekarang saja getaran tubuhku mulai terasa bila membayangkan moment seperti hal yang kupikirkan tadi kulakukan dan ahh.. nanti saja. Saat tiba waktunya nanti aku akan berlutut memohon di hadapanmu, memberikan beberapa bunga tangkai mawar merah lalu mengatakan hal ini padamu;

“jadilah pacarku, please” atau  “menikahlah denganku”

Bagaimana?

Kamis, 19 Juli 2012

Penerbangan Terakhir

“Bisakah bertemu denganku sekarang ?”

Satu SMS yang baru saja masuk ke handphoneku. Pesan ini dari ‘Jie’ seorang pria berusia 23 tahun yang hampir 3 tahun lebih ini ku kenal dan sama-sama hidup seorang diri di kota pelajar ini.

“Bisa. Dimana ?”

Aku membalas SMS nya dengan mengeluarkan senyuman tipis dengan detakan jantung yang mulai terasa asing detakannya. Jujur saja, aku selalu merasa lebih bahagia bila harus bertemu denganmu walau yang sering terjadi saat kita bertemu hanyalah pertanyaan biasa-biasa saja yang kamu lontarkan padaku (tak mengapa) itu sudah lebih dari indah.

“Airport. Aku sekarang berada di waiting room, segeralah ke sini”

Kamu membalasnya dengan sedikit menimbulkan pertanyaan tersendiri di pikiranku. Airport? Waiting room? Apa dia akan berpamitan untuk pergi dari kota ini? Ahh.. sudahlah sekarang aku tak punya waktu untuk memikirkan hal itu, yang harus ku lakukan sekarang ialah bersegera bersiap dan segera menemuimu.

Pukul 07:50 PM

Aku tiba juga di tempat dimana kamu sedang duduk seorang diri dengan coper berukuran besar yang berada di samping tempatmu duduk. Aku mencoba mendekatimu dan..

“Jie..”

Aku menegurmu. Kamu membalikan wajahmu ke arahku, melihatku lalu tersenyum dan ahh.. (aku sepertinya sedang merasa rindu yang teramat sangat dengan senyumanmu itu).

“Duduklah..”

Dengan gerakan yang terlihat lambat aku pun menaruh tubuhku untuk duduk di sebelahmu dan sepertinya aku harus menarik dengan pelan nafasku agar kosentrasinya kembali baik kembali bila harus duduk berdekatan dengan jarak kira-kira 40 cm seperti ini.
Kamu diam. Aku juga demikian. Dan lebih tepatnya kita sama-sama saling berdiam diri seperti biasanya. Aku juga sudah bisa menebak sepertinya kamu akan meninggalkan beberapa saat kota ini, hanya saja kamu sekarang sedang memikirkan beberapa kata terbaikmu untuk menjelaskan hal ini.

“Beberapa menit lagi aku akan berangkat menuju Kairo. Pihak kampus memberikanku kesempatan untuk melanjutkan study disana selama setahun setengah. Bagaimana menurutmu ?”

Kamu akhirnya mengatakan hal itu yang tiba-tiba saja membuat kedua bola mataku memanas dan mulai terasa berair tapi tenanglah.. aku belum akan menangis dan aku pastikan aku akan menangis saat kamu sudah tak duduk di sampingku seperti sekarang.

“Bagaimana menurutku? Bukankah itu hal yang sangat baik Jie? Kamu juga menginginkannya bukan? Jadi pergilah Jie, aku akan menyemangatimu dan mendoakan keberhasilanmu di sana”

Aku menjawabnya dengan berupaya tersenyum penuh bahagia di hadapanmu agar kamu tidak bisa cepat menebak kalau sebelah mana hatiku yang terasa nyeri duluan.
Kamu lalu diam, beberapa kali tersenyum lalu memintaku untuk bisa berphoto bersamamu agar kapan saja kamu mengingatku photo itu bisa sebagai penganti diriku. (hahaha.. kamu melihatnya saat sedang mengingatku saja katamu, tapi bagiku aku melihatnya karena memang tiap saat akan merindukanmu)

Ahh.. ini sungguh mustahil, bagaimana bisa selama setahun setengah aku menenangkan hatiku disini, sendiri dan tanpa sosok sahabat sepertimu. Bagaimana bisa aku melakukannya berpura-pura mengatakan baik-baik saja dan kesulitan mengungkapkan perasaan sendiri yang sulit membiarkanmu pergi. Bagaimana bisa? Aku sendiri belum yakin bisa melakukannya.
Menit ke 30, kamu berdiri juga dari tempat dudukmu. Bersiap-siap memegang copermu untuk segera bergegas ke pesawat di penerbangan terakhir hari ini. Aku terus menunduhkan kepala dengan hati yang bercampur lirih, ingin menangis tapi tidak. Belum saatnya.
Kamu mengulurkan tanganmu, menyalamiku lalu tersenyum membasuh kepalaku dan saatnya kamu meninggalkan tempat duduk ini. Aku terus menunduhkan kepala berusaha tak melihat langkahmu itu dan suaramu itu...

“Aniza...”

Aku mengangkat wajahku, melihatmu yang berdiri dengan jarak jarak kira-kira 7 meter dari posisiku berdiri..

“Ada apa ?”

“Bisakah aku memanggilmu dengan sebutan cinta ?”

Aku tertawa  mendengarnya dengan mengeluarkan air mata dengan terus menatapmu yang berjalan kembali ke arahku.

“Tunggulah aku pulang kembali. Setahun setengah akan terasa cepat bila kamu bisa mempercayaiku. Aku akan bersegera pulang bila semuanya sudah selesai. Bisa kamu menungguku ?”

Aku hanya mengganggukan kepala mewakili kata ‘iya’ lalu menyandarkan kepala di dadamu yang sedang berdetak laju. Aku menagis, kamu juga dan kita sama-sama mengeluarkan air mata untuk perpisahan sementara ini.
Dipenerbangan terakhir malam ini aku membiarkanmu pergi. Perlahan pesawat itu mulai tak nampak dengan kedua bola mataku, sayapnya mulai tertutup dengan gelapnya awan malam ini. Kabari aku saat kamu sudah tiba di Kairo ya..

Kamu, pergilah. Aku akan menunggu disini sampai kamu pulang kembali dan menemuiku.

Rabu, 18 Juli 2012

Curi Budaya? (PAPUA)

Papua, satu daerah kecil yang punya beribu kekayaan budaya dan alam di dalamnya. Semasa SMA saya menghabiskan waktu dua tahun saya untuk melanjutkan study di sana. awal saat orang tua mengusulkan untuk pindah ke kota Papua Barat (sorong) yang ada di pikiran saya saat itu adalah ingin berkata tidak dan tidak! why? Saat itu saya berpikir kota itu masih terlalu primitif dan pasti pakaian mereka masih mengenakan pakaian koteka yang sering saya liat di televisi. But, setelah saya menginjakan kaki di kota itu dan merasakan kenyamanan di sana, saya memutuskan untuk menetap lebih lama di sana dan menolak permintaan orang tua saya agar satu semester saja di sini dan merubahnya hingga saya selesai SMA juga di kota indah itu.
Disana saya menemukan berbagai macam kebudayaan Papua dan yang paling membuat saya tertarik dan merasa senang bila harus mengikuti tarian Yospan saat jam eksul di sekolah. So teman-teman saya berniat di postingan 3rd Blogger Campaign Project kali ini saya mengangkat budaya Papua dengan membahas tarian Yospan sekaligus mencurahkan rasa kerinduan saya terhadap daerah indah ini lewat tulisan sederhana ini.

Sejarah tari Yospan(Yosim Pancar) adalah menggabungan tarian dua rakyat Papua yaitu Yosim dan Pancar, yang berasal dari dua daerah yang ada di Papua, yaitu Biak-Numfor dan Yapen Waropen.
 Jika tari Yosim lebih mengutamakan kebebasan gaya dan kelincahan, maka Tari Pancar (Biak) di lakukan dengan di iringi alat musik Tifa. gerakan yang ada dalam Tari pancar relatif lebih kaku karena mengikuti irama pukulan tangan pada alat musik Tifa. "Tifa Sendiri adalah Alat Musik Yang biasa di buat dari Kulit Soa - Soa Atau Biawak".  Tari Pancar berkembang di Biak - Numfor dan Manokwari pada awal 1960, yakni semasa Konflik antara Belanda dan Indonesia soal Kedaulatan Irian Barat "Saat ini adalah Provinsi Papua".

Lalu maksud dari tari Yospan itu apa? tari Yospan ialah tari pergaulan muda-mudi sebagai bentuk rasa persahabatan terhadap sesama kaum tarian tersebut di iringi dengan muasik tradisioanal seperti tifa, gitar dan ada beberapa vocal group yang bernyanyi mengiringi tarian para penari. Costum yang dikenakan juga unik, para penari memakai pakaian adat khas Papua dengan tata rias wajah yang di gambar membentuk ukiran-ukiran lucu dan di bawah ini adalah beberapa gambar para penari Yospan.





jadi teman-teman Bangsa kita kaya akan budaya bukan? jadi jangan merasa minder dengan bangsa lain yang teknologinya semakin maju. Kita harus lebih dari mereka bahkan memang harus lebih bisa dari mereka.
Dan saya tahu budaya di Indonesia bukan hanya Papua saja tapi tiap daerah memiliki budaya dan kekayaannya masing-masin. Serta sedikit peringatan untuk pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk jangan memakai atau mengakui kebudayaan milik Indonesia sebagai kebudayaan milik kalian. Intinya berhentilah untuk mencuri budaya Indonesia karena masih banyak hal yang bisa kalian lakukan untuk menciptakan budaya yang baru ketimbang harus menyita waktu mengambil jalan pintas dengan sesuka hati mengakui kebudayaan Indonesia sebagai milik kalian.
So, bagi yang merasaa mempunyai hobby dan bakat mencuri budaya Indonesia sebaiknya niat buruk kalian dihentikan saja karena Kita para Generasi Muda Indonesia tentu tidak akan tinggal diam dengan cara tidak sehat kalian. Tobatlah :)

______
Sumber: Google

Rabu, 11 Juli 2012

Ririe Khinanthi - Maafkan aku, Ibu..


Maafkan aku, Ibu.. puisi karya seorang Blogger bernama Ririe Khinanthi yang berhasil membuat saya menitihkan air mata saat baru membaca judul puisi ini.

Kenapa bisa menitihkan air mata? Ya, karena seminggu yang lalu saya melakukan kesalahan lagi yang membuat Umi saya harus bersedih. saya berhenti dari kantor yang sebelumnya saya bekerja. Tidak ada masalah apa-apa saat saya mengundurkan diri, hanya ada masalah batin. Dimana tiap kali saya duduk berhadapan dengan computer atau melakukan uji sampel di Lab disitu isi pikiran saya hanya selalu teringat Umi. Saya bukan anak yang manja tapi jika sudah tiba waktu untuk makan siang di kantor rasa-rasanya saya mulai merindukan sosoknya menemani saya makan dan hasilnya saya pasti menagis jika makan sendiri tanpanya atau papa.

Kemarin saya memberanikan diri duduk berdekat disamping Umi, menyandarkan kepalaku diatas bahunya lalu mengatakan hal ini;

“Mi, kelak ai akan menemukan jodoh dan menikah. Saat sudah sah menjadi istri dari pria itu yang tak tahu siapa nama dan sosoknya, pasti ai akan di bawah pergi dan jarang lagi bertemu dengan umi. Jadi Umi, ai memutuskan berhenti bekerja karena masih ingin berlama-lama di samping umi, melihat setiap saat wajah umi jika sedang ngomel  melihat isi lemari dan kamar ai berantakan. Atau hal apa saja, ekspresi apa saja. Ai tahu hati Umi sedih bukan karena hal ini saja tapi karena ada problem di kantor papa yang membuat Umi seperti ini. Tenanglah Umi, semua akan menjadi baik kembali. Kita tinggal menunggu waktu, berdoa, berusaha dan bersyukur dengan apa yang ada sekarang”

Tidak ada suara balasan yang keluar dari bibir Umi saya, hanya genggaman tangannya yang terasa amat lembut menyatu dengan jari-jari saya dan itu.. beliau menyandarkan kepalanya lagi di atas kepala saya lalu mengatakan ini;

“Umi mengerti nak, semoga ai dan keluarga kita selalu di lindungi oleh rahmat Allah”

Dan hanya setetes air mata yang jatuh mewakili perasaannya kemarin itu, lalu memeluk saya dengan hangat dan kita sama-sama menangis.

______
Untuk mbak Rie, terima kasih sudah menciptakan puisi yang senatural ini. Tadi pagi umi saya membacanya dan beliau suka dengan setiap kata yang mbak Rie tuliskan. Maaf juga mbak saya menulis kata sudah melebihi dari 200 kata,  niat saya bukan ingin menjadi yang utama di pilih tapi saya ingin mencurahkan isi hati saya ketika saya menemukan judul puisi ini yang isinya Subahanallah.. hanya hati yang bisa menilai ketika membacanya dengan penuh penghayatan.

Bu, tenangkan hatimu.....
Seperti yang selalu kau ajarkan padaku
Tenanglah BU,Karena ada Dia yang akan selalu menjagaku


 “Tulisan ini diikutsertakan dalam "Giveaway Kidung Kinanthi: Kata dalam Puisi"



Sabtu, 07 Juli 2012

Maaf (aku lelah)



Maaf. Aku lagi-lagi mengeluh padamu tentang kejenuhan ini, tentang rasa tak nyaman ini dan tentang bagaimana aku resah dengan segala aturanmu. Mungkin aku lelah (mungkin). Aku lelah bila harus terlalu lama menunggumu dengan tempo waktu yang kamu tentukan sangatlah lama. Aku juga merasa sangat lelah bila harus terus mendengarkan isi ceritamu yang dalamnya berisi tentang, bagaimana aku harus menunggumu, menunggumu, menunggumu dan terus seperti itu.

Dan kamu sendiri, sudahkah kamu merasakan lelah yang teramat lelah bila harus sepertiku? Seperti berada di posisiku? jika belum, lebih baiknya kamu jangan pernah merasakannya karena rasanya sangat menjengkelkan dan aku beranggapan kamu sendiri tak bisa melakukannya seperti yang kulakukan saat ini. Tapi sepertinya, aku tak’an melakukannya lagi. aku sudah memutuskan ini, mungkin harus  membuat jeda diantara hubungan kita, ahh.. bukan mungkin lagi tapi H.A.R.U.S ! aku harus melakukannya. Melepaskanmu, membiarkan kamu pergi dengan setumpuk janji-janjimu dan sekarang aku akan pergi (lagi) mencari sosok penggantimu yang sudah pasti itu belahan jiwaku. (pasti).