Apa kabar hatimu ?
Sangat baik. Ya, itu jawaban tersingkat yang pertama kali kamu katakan
padaku setelah kata, aku mencintaimu
sayang. Aku mengerti hal itu bahkan tanpa sekalipun aku bertanya langsung
padamu, tetap saja tebakanku sama bahwa kamu baik-baik saja (hatimu).
Lalu bagaimana dengan
hatimu ? Katamu. Hatiku ? hatiku,
sepertinya tak harus kujelaskan secara detail bagaimana kondisinya saat ini padamu karena itu justru tak baik
untuk jiwa malangku ini. Jika aku menceritakannya sekarang padamu, yang ada
nanti dalam mataku mulai kan terasa memanas. Nyeri di jantungku mulai kan
terasa dan lebih gilanya lagi mungkin aku bisa saja tiba-tiba meneteskan air
mata didepanmu hanya karena terlalu lirih menceritakan bagaimana perihnya
hatiku saat kamu pergi dan memilihya menjadi tujuanmu.
2 minggu lalu aku melihatmu, tersenyum begitu bahagianya
dihari lamaranmu. Dulu juga saat bersamaku senyumanmu selalu seperti ini kan ?
bahkan bisa saja lebih dari ini dan setahu pengingatanku kamu pernah berkata
bahwa hanya diriku saja yang mampu membuatmu bisa sebahagia itu, hanya
sayangnya sekarang semuanya berubah menjadi lain. Ternyata aku juga punya
saingan berat yang mampu membuatmu
tertawa, tersenyum dan sebahagia sekarang ini. Ya, tak mengapa. Mungkin Dia
jodohmu kan ? dan aku hanya bagian masa lalumu. Cukup.
Tapi ini soal hatiku, soal keadaan jiwaku. Apa kamu tahu itu ? setahun yang lalu
aku memberikanmu sebuah cincin dengan uang hasil jerih payahku selama sebulan
penuh bekerja dan sebagai balasannya 2 minggu yang lalu kamu seenaknya saja
menerima cincin yang harganya lebih mahal lagi untuk kamu kenakan dijari
halusmu itu. Ini bukan bicara soal uang sayang, ini juga bukan bicara soal
kerugianku yang mungkin saja Pria kayamu itu bisa menganti kerugianku. Bukan,
bukan itu. Tapi ini masalah soal hatiku. B.A.Y.A.N.G.K.A.N
ini soal hatiku !
Apa kamu bisa setenang diriku yang bisa saja mengikuti
kemauanmu untuk melepaskanmu ditengah hubungan kita sedang baik-baik saja ? apa
kamu bisa sesabar hatiku yang rela datang keacara lamaranmu dengan membawa
senyuman sandiwara agar kamu tahu aku sudah ikhlas ? coba kamu bayangkan sendiri
dan aku rasa kamu tak sanggup untuk melakukannya bila aku harus mengkhianatimu
!
Hanya saja semua sudah terjadi bukan ? aku juga tak mungkin
terus mengharapkanmu agar kembali padaku untuk menjadikanmu membelai Wanitaku. Aku juga tak mungkin
mencurimu lalu membawamu pergi jauh dari kota atau negeri ini agar aku tak bisa
melihatmu menikah dengan Pria lain selain diriku. Aku juga tak mungkin lagi
memaksamu kembali dan menceritakan kembali bagaimana 3 tahun yang lalu kita
mengarungi suka duka hubungan kita. Ya, semua tidak mungkin. Mungkin akan menjadi bisa saja, jika
kamu memberikan siknal untuk mengambilmu kembali tapi sepertinya tidak. Jiwamu lebih
memilihnya yang masa depannya sudah pasti terjamin. Jiwamu sudah memilihnya
yang sudah pasti bisa mencintaimu lebih dari pada aku mencintaimu. Hanya aku
sendiri tak tahu apa hatimu juga ikut tulus memilihnya atau hanya pandanganmu
saja. Entahlah.. aku tak pernah tahu.
Hanya saja nanti, jika dia menyakiti hatimu tolong jangan
menghubungiku lalu memberitahukannya. Karena pasti dalam hatiku akan terasa
jauh lebih sakit dibandingkan saat kamu mengkhianati kepercayaanku.
Aku juga akan bersegera pergi dari kehidupanmu, menghilang
sejauh mungkin dan seperti katamu sendiri;
"Obat untuk mengobati rasa sakit dan nyeri adalah saat kita bisa
berdamai dengan sakit dan nyeri itu sendiri".
Ya, aku akan melakukannya. Kapan ? secepat mungkin. Sesegera
mungkin.
kok ceritanya tragis terus?
BalasHapushohoho... cuma itu yg terpikirkan saat nulis.
HapusInsyallah next time aku buat yg lbh fine lagi :)
iiyah
Hapusjangan ada yang tersakiti lagi yua mudah2an :)
BalasHapusayo move on :D
BalasHapusKeputusan yang terlalu lama kita
BalasHapusbuat, sering berakhir dengan rasa
menyesal
ketika kesempatan yang
pernah hadir itu tidak segera kita
raih dengan cepat.
Seperti halnya
sebuah perasaan yang takut kita
ungkapkan dan pada akhirnya dia
kembali datang di waktu yang
tidak tepat..
menyanyangi diri sendiri adalah hal yang lebih penting. Berdamai dengan masa lalu.
BalasHapus