Kata mereka, tiga hari yang lalu mereka melihatmu. Berjalan
bergandengan tangan bersama seorang Pria gagah yang sudah jelas itu bukan aku.
Tentu pada saat itu aku tidak langsung mempercayai mereka, aku tetap membelahmu
dengan menekan bahwa itu pasti bukan dirimu! Ya, saat itu yang kutahu kamu
sedang pergi menemani Ibumu berbelanja jadi sungguh sangat tidak mungkin kan
diwaktu yang bersamaan kamu bersama sosok yang lain ? aku mempercayaimu.
Seminggu kemudian
kata mereka, kamu sedang masuk ke salah satu salon mahal disalah satu mall di
Ibu Kota dengan ditemani seorang Pria yang usianya tak muda lagi. ahh.. aku
jelas tak mempercayai hal itu. aku membelahmu lagi dengan berkata, bahwa itu
mungkin keluargamu. Tapi kata mereka tidak seperti itu! Pria itu beberapa kali
memelukmu, mengusap-usap rambutmu dan yang lebih mengejutkan lagi kata mereka
ada kalimat “sayang” yang keluar dari
bibirmu saat kamu menyapa Pria itu.
Kali ini aku tetap mempercayaimu, karena setahuku hari ini
ada lembur dikantormu jadi mana mungkin kamu berada didua tempat dijam yang sama
dengan dua hal yang berbeda? Aku berhasil melupakan perkataan mereka itu dan
kembali mempercayaimu, lagi.
Sebulan kemudian
aku berniat mengajakmu bertemu dengan keluarga besarku tapi pada saat itu kamu
tak bisa menerima ajakanku karena dihari yang sama juga ada acara keluarga
dirumah tantemu. Hm.. tak apa. Kali ini aku bisa memahamimu lagi dengan
akhirnya membatalkan keinginan terbesarku untuk mempertemukanmu dengan
keluargaku. Tak sampai disitu, sejam kemudian salah seorang sahabat terdekatku
menelphoneku dan memberitahukanku hal yang sulit untuk dipercaya. Katanya, kamu
sedang berada disalah satu cafe yang tempatnya tak jauh dari rumahmu. Disana juga
kamu sedang tak bersama dengan keluargamu tapi lagi-lagi yang kedengar ini,
kamu bersama dengan seorang Pria. Saling bergandengan tangan dan beberapa kali
dia melihatmu berciuman dengan Pria asing itu.
Aku masih sanggup bersabar dan tetap tenang dengan segala
berita-berita ini dan hanya karena untuk mempercayaimu saja aku sampai-sampai
keterlaluan menyalahkan sahabatku itu dengan berkata padanya hal-hal yang
seharusnya tak kukatakan.
Lagi aku mempercayaimu. Ini yang ketiga kalinya yang
kudengar kamu bersama Pria lain tapi yang kulakukan sekarang hanya diam seperti
ini saja. Untuk mengklarifikasi kabar ini padamu saja aku enggan untuk bertanya
padamu. Alasannya, aku hanya tak ingin menyakiti hatimu jika berita itu tidak
benar dan hanya gosip semata. Karena setiap melihatmu lagi serasa tak ada tanda
diwajahmu yang menggambarkan kamu mengkhianatiku. Semuanya nampak baik-baik
saja. Bahkan dalam sehari kamu masih bisa mengingatkanku untuk makan dan istirahat
yang teratur. Kamu masih bisa mengangkat dengan cepat telephoneku dan tak
pernah tidak membalas SMS ku. Jadi aku
punya kekuatan apa untuk mecurigaimu ?
Sudahlah, aku memutuskan untuk tak pernah lagi ingin
mendengar komentar ini dan itu, tentang bagaimana kamu dan apa saja yang kamu
lakukan saat sedang tak bersamaku. Aku tetap mempercayaimu seperti sebelumnya
bahkan sekarang aku semakin mempercayaimu jadi tenanglah aku masih tetap
mempercayaimu. Sungguh.
Empat hari kemudian,
aku melihatmu. Aku melihatmu bukan lagi dari kasat mata mereka, bukan! Tapi aku
melihatmu dengan jelas, berdiri dihadapanku dengan ekspresi wajah yang bahagia
tapi ekspresimu seperti bukan Wanita yang selama ini aku cintai. Wajahmu dilapisi
make up yang tebal, bibirmu dipolesi lipstik merah, busana yang kamu kenakan
juga tampak seperti ini bukan kamu yang ku kenal.
Seluruh tubuhku rasanya mulai mati rasa ketika yang kulihat
keluar dari kamar 204 adalah kamu. Jantungku berdetak tak baik, kedua bola
mataku mulai memanas, rasanya seperti air mataku ingin tumpah ketika melihatmu
bersama Pria asing itu.
Ada apa denganmu
sayang? Ada apa? Kamu terus menatapku tanpa sedikitpun bergerak untuk
menjelaskan padaku tentang apa yang sebenarnya terjadi. Karena dipikiranmu
sekarang aku sudah bisa paham apa yang terjadi tanpa perlu kamu menjelaskannya
lagi.
Ini yang pertama kalinya aku menangis dihadapanmu, duduk
berlutut dihadapanmu separuh menyesal dan kecewa dengan apa yang kamu lakukan
sekarang. Pria yang bersamamu dikamar itu tiba-tiba saja keluar dan berkata “Nanti akan segera ku transfer ke rekeningmu”.
Amarahku tiba-tiba saja memuncak, seperti kerasukan roh
jahat dan... satu pukulanku melayang dengan bebas kearah pipi Pria itu. kamu
histeris, memintaku untuk berhenti dan tanpa perlawanan Pria itu berjalan
begitu saja meninggalkan kita berdua yang sedang duduk putus asa didepan kamar
204 ini.
Kamu, merangkul tanganku tapi sayangnya rasanya tak sehangat
dulu dan aku melepaskan tanganmu. Kamu, mencoba ingin memelukku tapi sayangnya
rasanya tak senyaman dulu pelukanmu dan aku melepaskannya lagi. aku terus saja
menangis, sesekali menahan dadaku yang nyerinya mulai terasa sangat sakit. Sungguh
ini sakit sekali. Pelan-pelan aku berjalan selangkah demi selangkah meninggalkanmu
yang terus saja menangis dan pada akhirnya aku meninggalkanmu sendiri didepan
kamar itu.
Ahh.. ini sakit
sekali, bahkan aku sama sekali tak bisa mendengar kamu berkata “maaf”. Ahh.. ini nyeri sekali, bahkan aku tak bisa merasa sangat kasihan
dengan air matamu itu. Ini sakitnya bukan karena kebohonganmu sayang, tapi ini
sakitnya karena aku yang merasa bersalah karena tak bisa menjagamu dan
mengawasimu dengan begitu baiknya.
Aku pergi dulu. Sebentar saja. Aku ingin menghilangkan lelah
dan kecewa sebentar saja. Kamu jangan kemana-mana, aku tetap kan mengambilmu
lagi dan tak akan mencapakanmu seperti bagaimana Pria-pria berengsek itu
melakukannya padamu. Kamu, tenanglah. Aku
masih bisa mempercayaimu lagi.
wihh ternyata enggak nyangka juga
BalasHapuskalau sakit pastinya sakit sekali dan kalau pribadi sih mengerti begitu yah sudah akhiri saja tapi tanpa merusak silaturahmi
ohhh nice~
ini fiksi ya? sudut pandangnya hebat bener...
BalasHapusbeneran ini keren lho
baik sekali pria itu, semoga bisa membawa perempuan itu kejalan yg benar
BalasHapuskeren... tak banyak yg bisa kembali menerima seperti itu..
BalasHapusMurni Cinta ini mah.....
BalasHapus27 jempol buat anda.... 4 dari saya, sisanya minjem dl jempol org lain....
:D
masyaallah, terbuat dari apa hati lelaki yang ada dalam crita ini mbak?
BalasHapussebegitu sakitnya dan dia masih punya begitu banyak rasa percaya buat wanitanya itu?
btw, ceritanya bagus bangeeeeeettttt :D
saya jatuh cinta akan karya anda!
BalasHapusSiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiip
BalasHapusopo iki......
BalasHapusMantab cerpennya, hehehe
BalasHapusmencoba menghayati ternyata keren :)