Rabu, 15 Mei 2013

Kepada kamu Saudari Anisa..

Kepada kamu Saudari Anisa, yang hampir dua tahun terakhir ini mengisi setiap spasi hari saya.. maukah kamu mendengarkan saya bercerita panjang lebar tentang rencana kedepan kita nanti?

Jadi begini, ahh.. seperti apa ya kira-kira bahasa kata yang paling terbaik untuk memulai pidatoku ini didepanmu ? Rasanya denyutan didalam dada saya  makin tak karuan rasanya, tiap kali terpikirkan kalimat-kalimat itu yang akan saya utarakan sekarang rasanya makin membuat aliran-aliran darah saya makin kencang peredarannya. Oh.. God apa-apaan ini ? ayolah.. buat saya makin bisa untuk bisa tenang walau hanya semenit saja. untuk kali ini saja.

Hmmm... Ahhh... saya baru saja selesai menarik nafas nis dan saya melihat lekuk senyummu itu yang keheranan melihat tingkah saya aneh tak menentu seperti ini. Hmm... jadi begini Saudari Anisa.. saya butuh seorang Leadership untuk hidup saya. Dan saya memilihmu untuk memdampingi saya. Maukah kamu ?

Hmm.. mungkin kata-kata saya barusan terdengar formal jadi maksud saya maukah kamu saat bangun pagi pertama yang kamu liat wajah saya yang masih tertidur pulas didepanmu ? menemani saya untuk sarapan pagi dan merasakan masakan-masakanmu yang walau katamu, masakanmu tak seenak masakan Ibu saya. Ya, tak apa-apa saya akan menikmatinya.

Maukah kamu sholat berjama'ah dengan saya ? dan kita sama-sama berdoa diatas dua sejadah yang ada. Saat kamu sedang PMS dan tak ada yang bisa kamu tonjok, tonjoklah saya. Saat kamu ngidam dan saya menemanimu. Membelikan kamu Magnum, asinan, nasi rendang, martabak ataupun membuatkanmu bubur encer saat flu menyerangmu nis.

Maukah kamu berbagi tugas menggantikan popok anak kita nanti ? saya akan belajar bagaimana caranya, biar nanti saat kamu sedang tertidur lelap dimalam hari saya tak perlu membangunkan tidurmu nis. Kelak juga ketika anak kita bertanya pertanyaan lucu soal dia lahir dari mana dan bagaimana cara dia bisa ada, nanti juga saya akan membantuimu nis. Menjawab dengan lucu juga pertanyaan anak kita nanti.
Saat mereka beranjak dewasa, saya juga kan membantumu untuk mencarikan mereka Universitas yang terbaik untuk pendidikan mereka kelak.

Maukah kamu nis saat usia saya tak muda lagi dan kamu mengurusi uban-uban saya ini ? kita berdua saling tertawa lucu saat sama-sama menikmati teh hangat dan sama-sama merasa lucu pula ketika lekuk keriput kita berdua mulai nampak.

Jadi Saudari Anisa.. maukah kamu menjadi makmum satu-satunya untuk hidup saya ? kamu berdiri satu syaf dibelakang saya nanti untuk hari itu hingga nanti.
Saudari Anisa.. untuk hari ini juga hari-hari selanjutnya, dengakan ini.. Menikahlah dengan saya.

Tak ada suara lebih yang keluar dari bibirmu saat itu, hanya anggukan kepala menandakan 'iya' dan beberapa tetesan air matamu yang jatuh  dipelukanku.



9 komentar:

  1. Jawab, Anisa. Maukah kamu?
    Terima kasih, karena diammu adalah tanda setuju. Hehehe...

    BalasHapus
  2. penasaran ama jawabannya anisa apa ....
    mendadak nyanyi "menanti sebuah jawaban" by: padi

    BalasHapus
  3. aaaaak so suuwiiiiit :'D
    ini beneran bukan mbak? abis nama tokohnya mirip sama mbak Ai, hehe :D

    BalasHapus
  4. kalo dia seperti itu ke aku kayanya so sweet banget deh, :D
    #semoga :p

    BalasHapus
  5. hmm, smoga jawabannya memuaskan
    ^_^

    BalasHapus
  6. saya sangat suka cara anda mempermainkan kata yang membalut perasaan hingga tercipta suasana yang mempermainkan emosi saya sebagai pembaca. Sukses trus Indonesia kalem aja hahahaPlace ADS

    BalasHapus
  7. Ga mauuu,,,,

    Hahahaha

    BalasHapus

selesai membaca, ayo tinggalkan kritik dan saran teman-teman :)