Aku banyak membaca beberapa buku tentang “cinta”. Kadang pula aku sibuk mencari
info sana sini hanya untuk paham tentang cinta itu harus seperti apa
semestinya. Buku yang satu menjelaskan bahwa cinta itu menginginkan untuk tetap
terus bersama, rindu bila pisah terlalu lama dan menginginkan untuk tetap
saling membahagiakan. Buku yang satunya lagi juga menjelaskan tentang hal yang
sama. Hingga pada buku cinta yang kesekian kalinya ku baca yang dibahas pun
sama, bahwa pada intinya definisi cinta itu “untuk
saling membahagiakan”.
Aku juga sesekali mencoba memahami maksud dari kata “reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh
manusia” ketika ia sedang jatuh cinta. Katanya, berdasarkan penelitian, ada
sebuah senyawa yang diinisiasi dalam tubuh manusia saat seseorang itu jatuh
cinta. senyawa ini bisa menjadi salah satu faktor dalam keharmonisan rumah
tangga dan kebahagiaan hidup. salah satu senyawanya adalah phenilethylamine. Lalu didalamnya terdapat hormon-hormon
membahagiakan yang bertanggung jawab atas debaran jantung tak beraturan ketika
manusia sedang jatuh cinta. Pheromones, Oxytocin,
Vasopressin, Norepinephrine, Serotonin. Itu katanya beberapa senyawa yang
terjadi dalam tubuh manusia. Tapi sayangnya proses itu hanya terjadi sekitar
3-4 tahun saja. Lalu soal janji kita untuk tetap bersama sampai menua bersama
itu bagaimana bisa terealisasi jika reaksi kimia yang bernama cinta itu, hanya
mampu bertahan sama 3 atau 4 tahun saja? Bagaimana bisa ? (aku berpikir lagi).
Lalu aku melakukan hal ini (lagi), mencoba dengan hati-hati untuk menebak-nebak hal apa saja
yang dilakukan para pasangan yang sudah menikah berpuluh-puluh tahun tapi tetap
bersama dan mengabaikan hasil daripada
ilmuan itu soal cinta akan hilang setelah 3 sampai 4 tahun. Dan semuanya Nampak
jelas disini, ketika aku diminta untuk jangan mengamati saja tapi coba untuk
mau mempraktekannya di kehidupan yang nyata dan bukan hanya mampu untuk mau
meneliti dan menebak saja.
Dan tepat 37 tahun
yang lalu, aku menikahimu. Mempersuntingmu dibawah nama agamaku dan imanku
terhadap Sang Kuasa. Dengan berniat sepenuh hati bahwa akan selalu melakukan
yang paling terbaik dan membahagiakan untuk kita.
Tahun pertama semuanya terasa begitu membahagiakan, tahun
kedua juga masih dalam hal yang sama, membahagiakan. Masuk tahun ketiga mulai
terasa beberapa proses perubahan dalam berumah tangga. Hingga tahun keempat apa
yang aku teliti selama ini pun terbukti. Beberapa masalah muncul kepermukaan. Kadang
kita berdua saling berdebat hebat. Kadang aku melihatmu menangis atas beberapa
kesalahan yang aku buat. Kadang pula aku merasa kecewa dengan beberapa
tindakanmu yang diluar harapanku sebagai seorang suami. Tapi ini tantangan baru kita setelah cinta hilang ditahun keempat, apa
yang harus kita pertahankan?
Persahabatan-Kasih
Sayang. Itu yang kita pertahankan bersama ketika beberapa reaksi kimia yang
terjadi didalam diri menghilang. Tentang kita yang mulai bisa saling meredahkan
ego masing-masing, tentang kita yang mulai bisa saling mengalah atas emosi apa
saja muncul kepermukaan. Tentang kita yang berjuang bersama untuk bahagia
bersama, tentang kita yang sama-sama saling menyakini bahwa cinta kita kuat dan
tak mampu dikalahkan oleh senyawa apapun itu. Tentang kita yang mau untuk
saling belanjar untuk lebih baik,tentang kita yang sama-sama sepakat untuk
tumbuh menua bersama. Tentang kita,tentang kita,tentang kita sampai
sebanyak-banyaknya.
Jadi pada dasarnya sekarang di 37 usia kebersamaan kita, aku
paham bahwa untuk bahagia, untuk menjalani kehidupan yang damai dan saling
menyayangi tak perlu harus menargetkan setinggi-tinggi apapun pilihan kita soal
pendamping hidup kita nanti. Karena pada akhirnya semua kriteria yang ada akan
terkalahkan ketika ia mampu hadir, lalu memberikan kedamaian yang tulus disini,
dihati. Yang mampu dan mau ikhlas untuk tetap tumbuh bersahabat menua bersama
dibawah atap yang sama. Yang benar serius untuk berkomitmen bahwa akan tetap
saling menguatkan meski kondisi sedang tak baik-baik saja.
Ya, sesederhana itu. Tentang
kamu,aku. Tentang kita.
Iya, disederhanain aja :)
BalasHapusBTW selamat Hari Guru :)
bersahabat dengan tantangan...
BalasHapusKata banyak orang, akan menjadi baik jika kita sama2 mampu saling menerima kekurangan dan mencintai kekurangan itu dengan sempurna....
BalasHapusDan seperti kalimat yang terakhir, semua berawal dari kesederhaan...
Lalu, waktu. Waktu kadang melantakkan segalanya. :)
berkunjung balik yaa :)
BalasHapus