Jumat, 13 Mei 2016

DIA...

Kenapa kamu harus memilih dia ? itu pertanyaanmu beberapa menit yang lalu. Kenapa tidak saja denganku ? Denganku kamu akan jauh lebih bahagia. Lanjutmu lagi sebelum aku menjawab pertanyaan pertamamu. Nada suaramu terdengar meninggi, durasi obrolan kita yang hanya lima menit terasa begitu lama dan sangat membosankan mendengarmu menanyakan pertanyaan yang sama soal; kenapa harus dia ?

Aku mencoba mengatur nafasku, mencoba mengerti egomu saat itu. Mencoba untuk bisa menemukan kembali rasa kemarin yang begitu banyak sudah kutitipkan padamu. Mencoba untuk mengingat-ingat lagi kenangan-kenangan apa saja yang telah kita lewati dihari kemarin. Mencoba untuk mengingat lagi dibulan-bulan keberapa kamu menyakiti hatiku dan aku, yang begitu cinta-cintanya padamu (saat itu) memilih untuk selalu saja memaafkanmu. Dan kau tahu apa yang terjadi ? aku berhasil tidak menemukanmu lagi disana.

Dulu ketika kamu melakukan kesalahan apa saja aku selalu menjadi malaikat terbaikmu. memaafkanmu dan mencintaimu secara ulang. Dimoment ketika saat kita masih bersamapun ketika kamu sekeras memaksa seperti sekarang ini pun aku pasti sudah langsung luluh menerimamu lagi dan mengabaikan yang lain yang bisa saja saat itu lebih baik darimu. Haa.. saat itu aku sedang cinta-cintanya dan kamu saja yang tidak begitu serius. Dan kau tahu,ketika kamu memaksa seperti ini, membawa alasan bahwa kamu mencintaiku yang tersisa sekarang ialah rasa yang sudah terlanjur menjadi debu.

Kamu lupa satu hal bahwa; saat itu aku bisa mencintaimu segitu dalamnya (meski kau mengabaikannya). Dan orang lain bisa mencintaiku melebihi cintamu. Jadi jika sudah seperti ini haruskah aku menjelaskan secara rinci sekarang kenapa aku lebih memilih menaruh kebahagiaku sekarang untuk sama-sama memulai kebahagian yang baru dengannya ?

Dia tidak sepertimu. Kamu pun tak seperti dia. Kalian dua orang yang berbeda. Mungkin pada saat itu cara mencintaiku padamu yang berlebihan dan sekarang pun kamu baru bisa merasakan betapa kerasnya dulu aku menyakinkanmu. Aku tidak menyebut ini karma. tidak. Sebab aku bukan Tuhan dan Tuhan pun bisa melihat semuanya tanpa perlu aku menjelaskan segalanya soal bagaimana luluh lantanya hatiku pada saat itu. Saat bersamamu.

Jadi kenapa aku memilih dia ? Entahlah. tidak ada kalimat penjelasan yang rumit disini untuk harus menjelaskannya. Kenapa aku harus jatuh hati padanya ? Entahlah. Sebab hanya detak jantunglah yang bisa menjawab semuanya. Kenapa harus memilih untuk meneruskan bahagia dengannya ? Kali ini jawabannya bukan entahlah, sebab aku tahu Tuhanlah yang mengantar segala doa-doaku untuk dipertemukan segala doa-doa baikku untuk bersamanya. Tuhanlah juga yang membuat debaran jantungku melaju tak karuan jika sedang bersama atau sedang memikirkannya. 

Lalu disini pun aku bertanya padamu "Adakah bahagia yang lebih tulus selain rasa bersyukur ?". Mungkin waktu itu kamu tidak begitu bersyukur saat bersamaku. Jadi sekarang aku yang harus merasa lebih bersyukur sekarang saat dia yang sekarang mau memilihku untuk melanjutkan cerita bersama.

Aku sudah begitu bahagia sekarang. Bukan karena ingin memanas-manasimu. Tidak seperti itu. tapi karena aku sudah bisa mencintainya secara ikhlas sekarang, tanpa memikirkanmu dan tanpa harus mengingat-ingatmu lagi. Tidak lagi.

Dia.. itu saja sekarang.

______
......Anji - Dia.



3 komentar:

selesai membaca, ayo tinggalkan kritik dan saran teman-teman :)