Kamis, 04 Oktober 2012

'Aku Mencintaimu' itu kalimat aktif sayang..

Ini tentang kamu, aku ingin membahasnya sampai berjuta-juta. Sampai jari-jemariku lelah mengetik mendeskripsikan tentangmu.
Ini tentangmu, tentang bagaimana sampai sejauh ini diam-diam aku memendam rasa terhebat untukmu. Seperti merahasiakan. Ya, begitulah kira-kira. Tapi sial ! Aku tak cukup kuat untuk memendamnya sendiri, aku tak cukup kuat untuk menahan bibirku untuk tak dulu mengatakan ’Aku Mencintaimu’. Aku tak cukup kuat dalam hal berakting seperti itu.

Lihatlah sosokmu, kamu hadir didepan penglihatanku dengan sosok jiwa yang membuatku merasa nyaman lebih dari biasanya. Diam-diam kamu hadir dan diam-diamnya juga menjadikan perasaanku padamu serahasia ini. Hei.. aku menginginkanmu. Sungguh. Tapi jika memilikimu adalah hal yang tak mungkin, bisakah aku hanya mengatakannya sekarang tanpa menginginkan dirimu ada? Untukku? Bisa ?

Aku sudah teramat bosan seperti ini. Hari-hari hanya bisa melihat wajah cantikmu itu, memperhatikan bagaimana kamu bercerita, tersenyum, tertawa dan ahh... semuanya sungguh tak baik untuk hatiku yang baru saja bertumbuh akan namamu.

Aku juga bosan, bila terlalu lama mendengar lagu itu. Aku bosan akan setiap liriknya yang memaksaku untuk segera menemuimu dan mengatakannya padamu, sesegera mungkin. Aku bosan pada diriku saat itu yang kesulitan mengatakan kalimat singkat, sederhana itu padamu. Sungguh aku bosan. Bahkan lebih paranya lagi aku tak bisa jujur padamu tentang apa yang membuatku kembali baik-baik saja.

Sekarang batinku mulai tak tahan lagi sayang. Mungkin aku akan melakukannya sekarang. Hm, bukan mungkin lagi tapi harus ! ya, seperti itu.

Berdiri dihadapanmu, mengelus sebentar dadaku yang mulai terasa ngilu lalu mengatakannya.. “Aku mencintaimu. Itu kalimat aktif yang aku ketahui setelah kata, ‘Aku merindukanmu’ “

Dan setelah itu, biarlah kamu yang menjawab selanjutnya apa yang harus aku lakukan. Yang paling terpenting sekarang, aku sudah berani mengungkapkannya kepadamu. Aku sudah bisa menjadi bagian dari diriku sendiri yang berani jujur untuk menemuimu dan mengatakannya itu.

“Ya. Itu kalimat aktif. Akan menjadi non aktif bila kamu gagal menyadarinya sayang..”

Selasa, 02 Oktober 2012

kembalilah

Ini Soal Hatiku


Apa kabar hatimu ? Sangat baik. Ya, itu jawaban tersingkat yang pertama kali kamu katakan padaku setelah kata, aku mencintaimu sayang. Aku mengerti hal itu bahkan tanpa sekalipun aku bertanya langsung padamu, tetap saja tebakanku sama bahwa kamu baik-baik saja (hatimu).

Lalu bagaimana dengan hatimu ? Katamu. Hatiku ? hatiku, sepertinya tak harus kujelaskan secara detail bagaimana kondisinya  saat ini padamu karena itu justru tak baik untuk jiwa malangku ini. Jika aku menceritakannya sekarang padamu, yang ada nanti dalam mataku mulai kan terasa memanas. Nyeri di jantungku mulai kan terasa dan lebih gilanya lagi mungkin aku bisa saja tiba-tiba meneteskan air mata didepanmu hanya karena terlalu lirih menceritakan bagaimana perihnya hatiku saat kamu pergi dan memilihya menjadi tujuanmu.

2 minggu lalu aku melihatmu, tersenyum begitu bahagianya dihari lamaranmu. Dulu juga saat bersamaku senyumanmu selalu seperti ini kan ? bahkan bisa saja lebih dari ini dan setahu pengingatanku kamu pernah berkata bahwa hanya diriku saja yang mampu membuatmu bisa sebahagia itu, hanya sayangnya sekarang semuanya berubah menjadi lain. Ternyata aku juga punya saingan berat  yang mampu membuatmu tertawa, tersenyum dan sebahagia sekarang ini. Ya, tak mengapa. Mungkin Dia jodohmu kan ? dan aku hanya bagian masa lalumu. Cukup.

Tapi ini soal hatiku, soal keadaan jiwaku. Apa kamu tahu itu ? setahun yang lalu aku memberikanmu sebuah cincin dengan uang hasil jerih payahku selama sebulan penuh bekerja dan sebagai balasannya 2 minggu yang lalu kamu seenaknya saja menerima cincin yang harganya lebih mahal lagi untuk kamu kenakan dijari halusmu itu. Ini bukan bicara soal uang sayang, ini juga bukan bicara soal kerugianku yang mungkin saja Pria kayamu itu bisa menganti kerugianku. Bukan, bukan itu. Tapi ini masalah soal hatiku. B.A.Y.A.N.G.K.A.N ini soal hatiku !

Apa kamu bisa setenang diriku yang bisa saja mengikuti kemauanmu untuk melepaskanmu ditengah hubungan kita sedang baik-baik saja ? apa kamu bisa sesabar hatiku yang rela datang keacara lamaranmu dengan membawa senyuman sandiwara agar kamu tahu aku sudah ikhlas ? coba kamu bayangkan sendiri dan aku rasa kamu tak sanggup untuk melakukannya bila aku harus mengkhianatimu !

Hanya saja semua sudah terjadi bukan ? aku juga tak mungkin terus mengharapkanmu agar kembali padaku untuk menjadikanmu  membelai Wanitaku. Aku juga tak mungkin mencurimu lalu membawamu pergi jauh dari kota atau negeri ini agar aku tak bisa melihatmu menikah dengan Pria lain selain diriku. Aku juga tak mungkin lagi memaksamu kembali dan menceritakan kembali bagaimana 3 tahun yang lalu kita mengarungi suka duka hubungan kita. Ya, semua tidak mungkin. Mungkin akan menjadi bisa saja, jika kamu memberikan siknal untuk mengambilmu kembali tapi sepertinya tidak. Jiwamu lebih memilihnya yang masa depannya sudah pasti terjamin. Jiwamu sudah memilihnya yang sudah pasti bisa mencintaimu lebih dari pada aku mencintaimu. Hanya aku sendiri tak tahu apa hatimu juga ikut tulus memilihnya atau hanya pandanganmu saja. Entahlah.. aku tak pernah tahu.

Hanya saja nanti, jika dia menyakiti hatimu tolong jangan menghubungiku lalu memberitahukannya. Karena pasti dalam hatiku akan terasa jauh lebih sakit dibandingkan saat kamu mengkhianati kepercayaanku.
Aku juga akan bersegera pergi dari kehidupanmu, menghilang sejauh mungkin dan seperti katamu sendiri;

"Obat untuk mengobati rasa sakit dan nyeri adalah saat kita bisa berdamai dengan sakit dan nyeri itu sendiri".

Ya, aku akan melakukannya. Kapan ? secepat mungkin. Sesegera mungkin.