Sabtu, 23 Juni 2012

KAMU!

Aku sekarang sedang melihatmu dari jarak kira-kira 10 meter tempatmu berdiri bersamanya, tapi ku pastikan kamu sedang tak melihatku yang sedang berdiri penuh rasa lirih disini. Aku melihatmu lewat celah-celah kecil ini, yang walau kecil tapi aku bisa dengan jelas melihatmu berduaan bersamanya diteras restorant itu. Ya, kalian sedang bercerita dengan ekspresi senyum bercampur tawa yang tak ada jedanya. Kadang kamu menggenggam tangan wanita itu, kadang pula kamu mengusap kepalanya hingga memainkan rambut panjangnya itu dengan jari-jarimu, kadang juga kamu mengusap pipinya lalu sesekali mencium keningnya dan berkata “aku mencintaimu”. Jelas aku mengetahui apa yang kamu katakan padanya karena dari cara bibirmu bergerak saja aku sudah bisa menebak tentang apa yang sedang kamu katakan dan sudah jelas sekarang KAMU MENCINTAINYA! Kata yang baru setengah jam yang lalu kamu ucapkan padaku dan sekarang sudah berpindah kepada wanita itu.
Aku tetap berdiri disini, menahan dadaku yang rasanya mulai sesak lalu mengipas-ngipas kedua bola mataku yang rasanya mulai memanas dan berkaca-kaca. Tenanglah.. aku tak’an menangis seperti anak kecil disini, aku juga tak akan menghampirimu disitu lalu memintamu meninggalkannya dan mengganggu kebersamaan kalian. Sudahlah.. tenang saja disitu aku akan segera meninggalkan tempat ini untuk berhenti menatap dekat kebersamaanmu bersamanya. Kemana? Ketempat mana saja yang bisa menghentikan rasa sesakku ini.

Malamnya aku bertemu denganmu, (tenanglah.. aku tidak akan menanyakan kejadian tadi siang itu). Yang kulakukan saat ini hanya berupaya menenangkan hatiku saja agar tak mengingat kejadian tapi siang itu meski ciumanmu tadi yang melekat kejidadku membuat seluruh aliran darahku rasanya terbakar karena terbayang lagi saat kamu mencium keningnya. Tapi ahh.. dadaku rasanya nyeri sekali. Bisakah makan malam ini cepat selesai saja? Aku ingin segera pulang, tidur kemudian bersembunyi dibawah selimut tebal agar kamu tak bisa mendengar bagaimana kerasnya aku menangis malam ini. Aku ingin pulang sekarang dan silakan kamu menemuinya lagi malam ini.

Seminggu kemudian aku melihatmu (lagi) bersamanya. Kali ini kamu sedang memeluknya dibawah matahari terbit dan pinggir pantai itu (bukankah ini tempat yang biasa kita datangi saat ingin melihat fajar? Tapi sekarang mengapa ada dia?).

Lagi, aku tidak menghampirimu dan membiarkanmu tetap memeluknya dengan begitu rasa cintamu. Ya, aku jelas bisa merasakan pelukan itu penuh cinta sebab sebelum kamu memeluknya aku sudah pernah merasakan pelukanmu itu dan ekspresimu saat memelukku sama seperti sekarang ini kamu memeluknya. Tapi pelukan itu terjadi dulu sebelum kamu mengenal wanita itu.
Aku meninggalkan tempat ini juga, dengan sesekali membasuh pipiku yang sudah basah karena tumpahan air mataku yang sulit untuk ditahan.

Sebulan kemudian aku melihatmu lagi-lagi bersamanya kali ini tempatnya dicafe cofee. Aku melihat dengan jelas bagaimana caramu menatapnya, tatapan itu sungguh lain bahkan aku sudah jarang merasakan tatapan hangat itu lagi darimu. Kedua bola matamu berbinar saat melihat wanita itu berkali-kali tersenyum padamu, sesekali kamu menyuapinya beberapa potong roti lalu sebagai balasannya wanita itu kan menumpahkan cofee ke cangkirmu lalu kamu kan tersenyum lagi dan ahh.. kumohon cukup!
Kamu sedang tak melihatku kan? Aku sedang duduk di meja nomor 5, mengenakan kacamata hitam,jacket putih dan syals hitam yang pernah kamu belikan untukku. Aku sekarang sedang memperhatikanmu sekarang dengan sangat telitinya dan apa kamu tahu apa yang sedang terjadi dengan isi hatiku?? Catat ya, rasanya LEBIH DARI RASA SAKIT FISIK!

Aku tak menghampirimu, karena rasanya aku tak punya banyak tenaga untuk menamparmu atau menyirammu dengan cofee panas itu saja. Sebab untuk berdiri dari kursi ini saja rasa-rasanya aku seperti tak sanggup untuk melangkah dan hanya menutup wajah dengan syals tebal ini agar mereka tak melihat isi mataku ini sedang tak tahan menahan tangis karenamu.

2 hari kemudian, kamu datang menemuiku. Kali ini cara berpakaianmu sungguh rapi, kamu terlihat jauh lebih gagah dari hari-hari sebelumnya bahkan saat melihatmu seperti ini aku sampai lupa bahwa kamu diam-diam sedang mengkhianatiku. Hatiku.
Ahh.. sudahlah lupakan peristiwa itu! Aku sekarang sedang terhipnotis dengan ekspresimu saat ini, aku sekarang sedang ingin menatapmu lebih lama bahkan aku belum memberikanmu kesempatan untuk berbicara sebab aku masih ingin melihatmu lebih lama lagi.
Sekarang aku sudah selesai menatapmu, sekarang bicaralah apa yang ingin kamu katakan paadaku. Aku kan berdiam seperti ini, mendengarkan apa katamu sambil memperhatikan raut wajahmu lagi. ayo bicaralah..

Kamu tetap diam saja, hanya menatapku lalu menundukan kepala mencoba mengumpulkan energimu untuk mengatakan apa yang ingin kamu katakan. Jika kamu ingin mengatakan perselingkuhanmu itu bersama wanita itu katakan saja, aku tak’an marah lalu memutuskanmu. Aku kan tetap menerimamu, memaafkanmu lagi dan mengulangi hubungan yang baik lagi bersamamu. Tapi ternyata salah, bukan itu yang ingin kamu katakan tapi..
“kita sudahi saja hubungan ini Rin.. “

Isi dadaku tiba-tiba saja berdetak kencang saat mendengar kalimat singkat nan padat itu. Rasanya seperti terkontaminasi bahan kimia dikulitku yang memanas,berbakar, sakit dan cukup! (aku sedang berupaya menenangkan hatiku)

Aku tak menanyakan apa alasanmu mengakhiri hubungan ini karena pasti jawabannya karena wanita itu sebab tanpa kamu menjelaskannya mengapa aku sudah bisa menebaknya dan lebih baik kamu tak perlu menjelaskannya karena dengan kamu memutuskan pergi dariku itu rasanya sudah lebih sakit dengan kamu mengkhianatiku selama ini.

Kamu pun melangkahkan kaki keluar dari halaman rumahku ini, dan hanya meninggalkan sebuah cincin pertunangan kita setahun yang lalu itu. rasanya dalam mataku mulai memanas dan berair, seperti ingin jatuh kelantai tapi setelah aku jatuh apa masih bisa kamu membantu mengangkatku lagi? mataku terus mengikuti langkah demi langkahmu itu hingga sesaat aku benar-benar merasa dirimu hilang dalam kelap dan dimensi waktu ini.

Sebulan kepergiannmu, aku seperti orang sakitan yang susah untuk makan, tidur atau melakukan aktivitas apapaun (ohh God, apa sesakit inikah rasanya patah hati ?)
Ya, semenjak pergimu sakit hatiku bertambah terlebih lagi kamu meminta bantuanku untuk mengdesaign baju pengantin wanitamu ini. Apa? kenapa harus aku yang kamu pilih untuk melakukan ini? tak tahukah kamu, hatiku belum benar-benar sembuh dari luka batin yang kamu ciptakan dan sekarang kamu mengulanginya lagi dengan membuat hatiku benar-benar terasa nyeri !

Tapi tak apa, aku masih punya beberapa energi untuk menguatkan hatiku saat harus melakukan sesuatu yang kamu minta. Ya, dengan seperti ini, aku mencoba menyabarkan hatiku saat mengukur tubuhnya, aku mencoba menenangkan hatiku saat yang kulihat dipatung itu bukan pakaian pengantinku tapi pakaian pengantin wanita itu. sekarang aku sedang melakukannya dan kupastikan kamu tak'an pernah tahu sebelah mana hatiku yang rasanya sakit duluan karena jelas semuanya benar terasa sakit luar biasa.

KAMU MENIKAH JUGA! bukan denganku tentunya tapi dengan wanita itu pastinya. dan lagi-lagi aku mengumpulkan keberanianku untuk menghadiri pesta weddingmu ini, melihatmu berjalan bergandengan tangan bersamanya dan kupastikan saat aku keluar dari ruangan ini segala penyesalanku saat ditinggal pergi, dikhianati olehmu lenyap sudah. Aku juga ingin sepertimu sekarang, menikah, hidup bahagia dan tak merasakan sesak dihati seperti ini lagi. Jadi setelah hari ini kamu tak perlu mengkhawatirkan isi hatiku lagi karena aku sudah terlalu lelah mengasihani hatiku sendiri dengan terus menagisi pengkhianatanmu ini. Sudahlah.. kamu bahagia saja disana bersamanya. kelak bila nanti dia mengkhianatimu maka kamu juga kan merasakan nanti bagaimana rasanya menjadi hatiku yang waktu itu pernah di lukaimu.

Kamu berbahagialah.. aku pasti kan baik-baik saja. bahkan akan lebih baik dan bahagia lagi dari hidupmu.

45 komentar:

  1. tidak ada pertamaks diantara kita.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. sepertinya sempat menghilang untuk beberapa saat kemana kah..?

      Hapus
    2. lagi mencari cerita buat dujadikan fiksi lg :)

      Hapus
  2. :( :'( sakitt bangett banget.. jadi mau ikutan nangis bareng

    BalasHapus
  3. cinta dan pengkhianatan... seharusnya diakhiri.. namun keinginan mencintainya tetap lebih dari itu... :( menyedihkan sekali ...

    BalasHapus
  4. Kayaknya menyinggung teman saya raja galau. hehehe

    BalasHapus
  5. Sakit bgt pastinya....
    Tapi jika hati yang memilih, gmn donk?? (bukan ngebelain sitokoh itu yaa) heheheehhe
    Kadang kita hrus melepaskan setiap inci ttg seseorang yang mmg bukan utk kita.
    Masih ad yang lebih baik :) Jgn terikat dgn masa lalu, masa lalu hanya sebagai jembatan untuk hari ini yang mengantarkan kita nantinya pada waktu yang baru, ketemu orang2 baru, pastinya ketemu cinta baru :D
    Indah pada waktunyaa.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha
      ya kalo ikut hati si tokoh mau milih yang mana itu semua balik lagi kepilihannya :)
      tapi jika rasa ini saya rasakan, maybe saya kan memilih untuk tak melakukan apa-apa untuknya atau mungkin memaafkannya itu cara terbaik untk menyembuhkan luka kak :D

      Hapus
  6. tetap semangat sobat, Tuhan tidak menjadikannya milikmu psti krn dia bukan yg paling km butuhkan.

    Akan ada pilihan Tuhan yg lebih indah...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini fiksi irma :)

      but if this true, maybe saya kam melakukan apa yg kamu katakan :)

      Hapus
  7. pasti akan ada hal yang lebih baik untuk menggantikannya...

    BalasHapus
  8. stop galau dengan senyum bahagia,,,,

    BalasHapus
  9. wah sedihnya jadi inget masa lalu bisa nangis nihhh kalo dibaca truss

    BalasHapus
  10. huhuhuuu...sakitnya lebih dari sakit fisik dan sakit gigi..

    Deuh, kalau bikin ceritanya itu lho...bikin berasa ikutan emosi deh..hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduh kalo sakit gigi aku lebih ngk kuat mbak rie.. itu sakit bgt :D

      hahaha maafkan mbak :)

      Hapus
  11. wehehe,, manteb mba :))

    fiksi yah ??

    BalasHapus
    Balasan
    1. wehehe,

      sepertinya ikhlas tuh di tinggal nikah :))

      Hapus
  12. sabarlah.. berati belum jodohnya.. hihi..

    BalasHapus
  13. aku berharap ini bukan diary. Soalnya, kalo ini diary, pasti nyesek bangeeeeet

    BalasHapus
  14. Bagus banget ceritanya mbak Aiinizza. Nggak jauh berbeda dengan kang uzay.
    Laki-laki itu kok kayaknya kejam banget ya. Apa nggak dia nggak sadar telah melukai hati seorang wanita.

    BalasHapus
  15. wow kk wow, bikin yang action juga donk

    BalasHapus
  16. hiks hiks hiks.
    sad story.. :(


    salam kenal ya..

    BalasHapus
  17. rasa sakit itu...
    iya.. saking sakit sekali sampai tidak bisa merasakan sakit lagi...

    selamat yah, untuk si cow. :D
    -----

    hew hew, ceritanya berhasil membuat saya masuk ke dunianya... :keren

    BalasHapus
  18. waww cerita fiksinya keren :)
    Berasa jadi tokoh utamanya.. hehehe
    #sedihnya ...

    BalasHapus
  19. wah.. muter2 nyasar sini lagi.. gpp ya menuh2in.. hehe..

    BalasHapus
  20. itu imajinasi apa pengalaman sobs??? kykx bermakana amat ceritanya... :)

    BalasHapus
  21. mendapatkan link blog mbak dari blog secangkir teh dan sekerat roti...

    kunjungan perdana untuk menjalin silaturahmi sesama blogger

    BalasHapus
  22. ingin melapor bahwa namanya saya cantumkan di postingan terbaru,.. :)

    BalasHapus
  23. Galauers... ikutan dah... :D
    Hadir perdana di Blog Sobat, izin share : MP3 Kisah Inspiratif Bag. XIV, ditunggu komentarnya, Thx... :)
    Salam bLogger,

    BalasHapus
  24. wahaha, fiksi mu ini sedih ato tragis ya .. hehhe
    dua"nya deh
    salam buat cewek (fiksi)nya .. ada cowok setia disini (gue maksudnya) :P

    BalasHapus

selesai membaca, ayo tinggalkan kritik dan saran teman-teman :)