Aku akan menuliskan beberapa kalimat didalam paragraf ini, segaja aku menulisnya karena sudah jelas aku kesulitan untuk menjelaskan padamu lebih detail lagi. ini bukan tulisan biasa yang isinya hanya sepenggal kata-kata puisi ringan atau cerita fiksi biasa yang kamu baca di halaman blogku, lalu setelah membacanya kamu kan berkata padaku bahwa tulisan itu ‘indah’. Tidak ! ini bukan itu. Sekali lagi kuberitahukan ini bukan tentang cerita-cerita itu, tapi isi tulisan ini lagi-lagi menceritakan kornologis asal mula mengapa perasaanku terjadi padamu dan mengapa sampai sekarang aku kesulitan untuk mengatakannya padamu secara langsung dan tetap seperti ini. Berlama-lama memendam rasa lalu hanya mengunakan lembaran demi lembaran kertas-kertas putih ini sebagai media aku mengutarahkan padamu. (ya, kalau-kalau saja nanti kamu sempat membacanya).
Aku masih menuliskan kata ‘AKU MENCINTAIMU’ dilembaran ini (dan semoga kamu membacanya). Kali ini aku sedang menuliskan kembali awal mula aku diberikan kesempatan bertatap wajah denganmu dengan jarak satu meter di wedding party itu, (atau bahkan kurang dari satu meter aku menatapmu. Entahlah!) yang pasti aku bisa dengan lebih jelas lagi melihat kamu mengenakan long dress berwarna merah, rambut panjangmu yang dibiarkan tergurai, bola matamu yang hitam kecoklatan, bibirmu yang merah dan itu aku melihat lesung pipimu saat kamu tersenyum memandangiku. Ahh.. kuberitahu disini ya, senyumanmu itu cantik sekali (sungguh). Jadi jangan heran mengapa aku begitu cepat menyimpan rasa padamu di dua tahun yang lalu itu hingga sekarang tak pernah surut rasaku dan belum-belum juga punya keberanian yang banyak untuk mengatakan padamu bagaimana kondisi hatiku sekarang semenjak bertemu denganmu.
Tapi jika kamu ingin menanyakan padaku sekarang apa alasanku mencintaimu, pasti alasannya sudah lain dari sebelumnya dan aku kan menjawab ini ‘awalnya cantikmu aku terpesona. Tapi sekarang hatimu’ (cukup seperti itu saja alasanku sekarang sampai nanti).
Tapi jika kamu ingin menanyakan padaku sekarang apa alasanku mencintaimu, pasti alasannya sudah lain dari sebelumnya dan aku kan menjawab ini ‘awalnya cantikmu aku terpesona. Tapi sekarang hatimu’ (cukup seperti itu saja alasanku sekarang sampai nanti).
Tentang kamu mencintai anak kecil itu juga sangat aku suka. Aku suka bila melihatmu berlama-lama bermain, bercanda tawa dengan mereka. Saat itu kamu kan jauh terlihat lebih mempesona lagi saat mereka menumpahkan minuman ke pakaianmu dan kamu hanya tersenyum saja, memeluk mereka, mencium pipi mereka, menyakinkan mereka bahwa kamu tidak memarahi mereka. Ahh.. itu hal yang paling luar biasa yang ku tahu dari sifatmu di dua tahun kebersamaan persahabatn kita ini.
Dan ada juga, aku menyukai sifat sosialmu itu. Aku suka bila kamu mengajakku untuk berkunjung ke panti apa saja, aku suka caramu yang selalu bisa menolong orang lain tanpa melihat dari mana asal, keturunan dan agama mereka. Aku suka segala tentangmu jadi setelah nanti kamu membaca ini, kamu kan mulai tahu apa-apa saja yang membuat aku terpesona akan sosokmu.
Dan ada juga, aku menyukai sifat sosialmu itu. Aku suka bila kamu mengajakku untuk berkunjung ke panti apa saja, aku suka caramu yang selalu bisa menolong orang lain tanpa melihat dari mana asal, keturunan dan agama mereka. Aku suka segala tentangmu jadi setelah nanti kamu membaca ini, kamu kan mulai tahu apa-apa saja yang membuat aku terpesona akan sosokmu.
Lalu tentang masakan buatanmu itu, aku suka sup wortel yang biasa kamu antarkan kerumahku. Itu rasanya lebih enak dibandingan masakan bibi di rumahku dan juga perkedel ikan buatanmu itu ditambah coffe kental dan brownies kukus, hahaha.. aku sedang membayangkan lagi disini betapa enaknya masakanmu itu. Sekarang apa lagi yang kurang darimu? Yang kurang tinggal aku saja yang masih berlama-lama menyimpan rasa ini dan tak punya banyak energi untuk mengatakan padamu (maaf).
Tapi, jika nanti entah kapan saja kamu menemukan lembaran demi lembaran ini yang jumlahnya sudah 107 lembaran, maukah kamu memberiku kesempatan semenit saja untuk mengungkapkannya?
Tapi begini saja setelah menulis lembaran ke 107 ini aku kan segera bertemu denganmu secepatnya, membawa tulisan-tulisan ini lalu mengungkapkan semuanya padamu. Bagaimana? Aku tak peduli dengan isi jawabanmu nanti seperti apa, asal kamu bisa mendengarkan apa yang kukatakan sampai selesai dan hatiku lega setelah 2 tahun lamanya menyimpan rahasia ini. Bisakah?
Ini aku sudah selesai menulis tentangmu dan sekarang sedang bersiap-siap untuk segera bertemu denganmu di cafee yang berdekatan dengan pantai yang biasa kita kunjungi. Kali ini bukan aku yang mengajakmu untuk bertemu tapi kali ini kamu yang memintaku untuk segera bertemu denganmu secepatnya. Seperti ada yang ingin kamu sampaikan padaku, tapi apa? Apa mungkin maksud kita sekarang sama? Sama-sama ingin mengungkapkan rasa dan.. hahaha aku tertawa kencang saat sedang mengenakan kemeja didepan cermin. (oia.. kemeja ini darimu kan? Kamu membelikannya padaku saat tiga bulan yang lalu kamu berkunjung ke kota kelahiran ibumu dan sekarang aku mengenakannya).
Tiba di cafee ini, aku melihatmu mengenakan long dress berwarna putih bergaris cokelat dengan dandananmu yang ditata ringan dan itu cantik. Aku mempersilakanmu berbicara duluan karena dari ekspresimu kamu terlihat bahagia sekali sampai-sampai senyumanmu itu terus saja keluar.
Sekarang ceritakan saja apa yang ingin kamu ceritakan padaku dan selesai kamu menceritakannya aku kan menceritakan padamu lagi apa yang kurasakan padamu saat selama ini. Ayo ceritakan saja, aku mulai penasaran dengan isi senyuman itu yang bahagianya hingga aku bisa merasakannya.
Kamu pun akhirnya mengatakan padaku bahwa sejam yang lalu ada seorang pria yang lebih hebat dariku mengungkapkan perasaannya padamu. Senyumku tiba-tiba saja membeku saat mendengar kalimat itu. Ada rasa bergetar yang lumayan kencang merasuk isi jantungku, bahkan detakannya mulai tak beraturan saat kamu mulai mengdeskripsikan lebih detail lagi bagaimana sosok pria itu. Dalam mataku memanas saat melihat senyummu itu, tolong hentikan saja cerita tentangnya karena aku termasuk dalam daftar pria yang lemah dalam hal seperti ini.
Akhirnya aku bisa juga mengucapkan kata ‘selamat’ padamu walau nyatanya lirih hatiku sedang memanas rasanya. Ahh.. pulanglah sekarang, aku belum bisa mengatakan apa yang ingin aku katakan padamu seperti yang kurencanakan tadi. Aku belum bisa mengatakan aku mencintaimu saat ini karena aku tidak ingin membuat jeda diantara hubungan baik kita ini. Sudahlah.. tak apa seperti ini dulu. Aku masih sanggup menyabarkan hatiku lalu berbahagia lagi untukmu.
Hahaha.. aku menangis juga saat membiarkanmu pergi meninggalkan tempat ini bersamanya, sial ! aku juga kan segera pulang, segera kan merobek 107 lembaran itu, membakarnya lalu membuang abunya tapi kamu tahu? Saat melihat lembaran itu lagi, yang ada aku tampil seperti pria cenggeng lagi. menangis lalu terus menangis megiringi bahagiamu hari ini. Kamu, nanti bila dia berhenti mencintaimu tolong kabari aku lagi. aku kan kembali mengumpulkan energi ku untuk lagi mengejarmu dan lebih berani mengungkapkannya padamu. Lembaran ke 107 ini, aku kan terus menyimpannya hingga nanti tiba saatnya aku kan memberikannya padamu untuk kamu membacanya lagi dan merenungkan bahwa seperti itulah aku mencintaimu.