Tadinya kita sudah merencanakannya. Soal bagaimana konsep
pernikahan kita nanti. Soal nanti akad nikah akan dilangsungkan dimana,jam
berapa,tanggal berapa bahkan juga konsep resepsinya juga sudah di-de-ta-il
serinci mungkin. Agar nanti menjelang hari
H, tiga bulan lagi semuanya bisa berjalan sesuai planing kita bedua.
Tadinya kita sudah merencakannya. Soal nanti model kebaya
apa yang akan aku kenakan di tiga bulan mendatang. Tentang berapa banyak
undangan pernikahan kita yang akan disebarkan juga sudah kita sepakati bersama.
Ya,semuanya sudah diatur sebaik mungkin sampai-sampai katamu, “Coba sayang diingat-ingat kembali apa yang
harus dipersiapkan” Tapi kataku semuanya sudah lebih dari cukup, tinggal
dimana kita menunggu hari H-nya saja
di bulan Agustus mendatang.
Dan Tadinya juga kita sudah sama-sama merencanakannya dan
menyepakatinya bahwa setelah sah menjadi sepasang suami istri yang halal dimata
Allah, kamu juga aku berjanji akan membawa rumah tangga kita menjadi rumah
tangga yang selalu dirahmati Allah. Kamu akan pulang tepat waktu setelah
selesai bekerja,kamu yang katamu akan menjadi suami juga ayah yang terbaik
untuk anak-anak kita nanti. Ya, janjimu seperti itu yang tadinya selalu membuat
denyutan jantungku berdetak tak beraturan, yang selalu membuat hariku dimabuk
kasmaran yang luar biasa bahagianya.
Sampai pada dimana hari itu tiba. Hari dimana yang membuat
segalanya berhenti sampai disini. Hari dimana segala rencana kedepan kita buyar
termakan kesalahanmu sendiri. Hari dimana yang membuat segala kepercayaanku
tentangmu lenyap termakan satu kesalahanmu yang sungguh tak bisa ku maafkan. Satu
hari dimana aku yang sudah sungguh sangat yakin akan kamu yang kan menjadi
imamku,menjadi ayah untuk anak-anakku,menjadi teman hidupku habis terbawa
segala kebohonganmu sendiri.
Sejak saat itu kita berpisah. Aku memilih menyelamatkan
hatiku sendiri dari pada memilih untuk mempertahankanmu. Dan dua bulan terakhir
kita tanpa komunikasi. Akupun sendiri tak tahu tentang bagaimana keadaanmu
sekarang. Dan di dua bulan terpanjang ini aku juga mencoba untuk memaafkan
segala apa yang menjadi kesalahanmu sendiri. Karena kata mereka, salah satu
cara untuk menghapus luka ialah berdamai dengan sakit,lukanya sendiri. Ya, aku
melakukannya secara sendiri. Berdamai dengan rasa sakitku sendiri. Berupaya
mengikhlaskan segalanya yang sudah terlanjur terjadi. Mengikhlaskan rencana
pernikahan kita di bulan ini. Mengikhlaskan kamu untuk lebih berbahagia lagi
dengan siapapun yang menjadi pilihanmu.
Hingga hari itu tiba,
hari dimana Allah sudah begitu sangat yakin dengan keikhlasan hatiku dan kabar
itu tiba bahwa kamu akan segera menikah. Bukan menikah denganku, tapi menikah
dengan ia sosok wanita pilihanmu yang katamu dirinya lebih bisa mengerti jalan
hidupmu. Ya, kabar itu tiba. Kamu akan segera melangsungkan pernikahan
ditanggal dan bulan yang pernah kita tentukan bersama (tiga bulan yang lalu).
Lalu yang kulakukan saat mendengar kabar itu,hanya berupaya
menghapus cucuran air mata yang jatuh secara tak sengaja. Ini bukan soal air
mata bahwa aku cemburu atas kabar bahagia ini. Bukan soal aku marah karena kamu
mengkhianati segala rencana kita dulu. Bukan juga soal aku membenci Sang Illahi karena tidak menjodohkan
kita berdua. Tidak. Bukan soal itu.
Tapi ini soal dimana dasar dalam hatiku merasa begitu teramat
sangat bahagia juga terharu atas kabar bahagia ini. Allah begitu maha pengasih
hingga Ia bisa menciptakan rasa senyaman dan setenang ini dihatiku. Karena jika
hal ini dialami wanita lain,aku pun sendiri tak sanggup membayangkan bagaimana
rapuh dan sakitnya mereka.
Kamu berbahagialah sekarang dengan dirinya yang sudah
digariskan Allah untukmu. Kita memang pernah berencana begitu semangatnya akan
masa depan kita sampai berpikir bahwa inilah yang paling terbaik tanpa pernah
tahu bahwa, “Apa yang menurut kita baik
belum tentu pula yang terbaik bagi Allah”.
Aku sudah begitu sangat ikhlas melepaskan segalanya. Melepaskan
dulu yang pernah kita sepakati bersama. Sebab cinta dan mencintai itu definisinya
luas. Bukan Cuma kita memaksa agar orang yang kita cintai tetap selalu bersama
tapi bagaimana juga kita ikhlas melepaskan orang yang kita cintai untuk
berbahagia menurut pilihannya.
Jadi kamu
berbahagialah. Semoga Ia yang Maha Pengasih juga Penuh Cinta selalu mengarungi
perjalanan kehidupanmu.
belum jodohnya ya
BalasHapustrus .... ???
BalasHapusLagi donk ceritanya nanggung.dia nya saja bahagia bagaimana kelanjutan kamu??? :D
BalasHapus