“Bisakah bertemu
denganku sekarang ?”
Satu SMS yang baru saja masuk ke handphoneku. Pesan ini dari
‘Jie’ seorang pria berusia 23 tahun yang hampir 3 tahun lebih ini ku kenal dan
sama-sama hidup seorang diri di kota pelajar ini.
“Bisa. Dimana ?”
Aku membalas SMS nya dengan mengeluarkan senyuman tipis
dengan detakan jantung yang mulai terasa asing detakannya. Jujur saja, aku
selalu merasa lebih bahagia bila harus bertemu denganmu walau yang sering
terjadi saat kita bertemu hanyalah pertanyaan biasa-biasa saja yang kamu
lontarkan padaku (tak mengapa) itu
sudah lebih dari indah.
“Airport. Aku sekarang
berada di waiting room, segeralah ke sini”
Kamu membalasnya dengan sedikit menimbulkan pertanyaan
tersendiri di pikiranku. Airport? Waiting
room? Apa dia akan berpamitan untuk pergi dari kota ini? Ahh.. sudahlah
sekarang aku tak punya waktu untuk memikirkan hal itu, yang harus ku lakukan
sekarang ialah bersegera bersiap dan segera menemuimu.
Pukul 07:50 PM
Aku tiba juga di tempat dimana kamu sedang duduk seorang
diri dengan coper berukuran besar
yang berada di samping tempatmu duduk. Aku mencoba mendekatimu dan..
“Jie..”
Aku menegurmu. Kamu membalikan wajahmu ke arahku, melihatku
lalu tersenyum dan ahh.. (aku sepertinya
sedang merasa rindu yang teramat sangat dengan senyumanmu itu).
“Duduklah..”
Dengan gerakan yang terlihat lambat aku pun menaruh tubuhku
untuk duduk di sebelahmu dan sepertinya aku harus menarik dengan pelan nafasku
agar kosentrasinya kembali baik kembali bila harus duduk berdekatan dengan
jarak kira-kira 40 cm seperti ini.
Kamu diam. Aku juga demikian. Dan lebih tepatnya kita
sama-sama saling berdiam diri seperti biasanya. Aku juga sudah bisa menebak
sepertinya kamu akan meninggalkan beberapa saat kota ini, hanya saja kamu
sekarang sedang memikirkan beberapa kata terbaikmu untuk menjelaskan hal ini.
“Beberapa menit lagi
aku akan berangkat menuju Kairo. Pihak kampus memberikanku kesempatan untuk
melanjutkan study disana selama setahun setengah. Bagaimana menurutmu ?”
Kamu akhirnya mengatakan hal itu yang tiba-tiba saja membuat
kedua bola mataku memanas dan mulai terasa berair tapi tenanglah.. aku belum
akan menangis dan aku pastikan aku akan menangis saat kamu sudah tak duduk di
sampingku seperti sekarang.
“Bagaimana menurutku? Bukankah
itu hal yang sangat baik Jie? Kamu juga menginginkannya bukan? Jadi pergilah
Jie, aku akan menyemangatimu dan mendoakan keberhasilanmu di sana”
Aku menjawabnya dengan berupaya tersenyum penuh bahagia di
hadapanmu agar kamu tidak bisa cepat menebak kalau sebelah mana hatiku yang
terasa nyeri duluan.
Kamu lalu diam, beberapa kali tersenyum lalu memintaku untuk
bisa berphoto bersamamu agar kapan saja kamu mengingatku photo itu bisa sebagai
penganti diriku. (hahaha.. kamu melihatnya
saat sedang mengingatku saja katamu, tapi bagiku aku melihatnya karena memang
tiap saat akan merindukanmu)
Ahh.. ini sungguh mustahil, bagaimana bisa selama setahun
setengah aku menenangkan hatiku disini, sendiri dan tanpa sosok sahabat
sepertimu. Bagaimana bisa aku melakukannya berpura-pura mengatakan baik-baik
saja dan kesulitan mengungkapkan perasaan sendiri yang sulit membiarkanmu
pergi. Bagaimana bisa? Aku sendiri belum yakin bisa melakukannya.
Menit ke 30, kamu berdiri juga dari tempat dudukmu. Bersiap-siap
memegang copermu untuk segera bergegas ke pesawat di penerbangan terakhir hari
ini. Aku terus menunduhkan kepala dengan hati yang bercampur lirih, ingin
menangis tapi tidak. Belum saatnya.
Kamu mengulurkan tanganmu, menyalamiku lalu tersenyum
membasuh kepalaku dan saatnya kamu meninggalkan tempat duduk ini. Aku terus
menunduhkan kepala berusaha tak melihat langkahmu itu dan suaramu itu...
“Aniza...”
Aku mengangkat wajahku, melihatmu yang berdiri dengan jarak
jarak kira-kira 7 meter dari posisiku berdiri..
“Ada apa ?”
“Bisakah aku
memanggilmu dengan sebutan cinta ?”
Aku tertawa mendengarnya dengan mengeluarkan air mata
dengan terus menatapmu yang berjalan kembali ke arahku.
“Tunggulah aku pulang
kembali. Setahun setengah akan terasa cepat bila kamu bisa mempercayaiku. Aku
akan bersegera pulang bila semuanya sudah selesai. Bisa kamu menungguku ?”
Aku hanya mengganggukan kepala mewakili kata ‘iya’ lalu menyandarkan kepala di dadamu
yang sedang berdetak laju. Aku menagis, kamu juga dan kita sama-sama
mengeluarkan air mata untuk perpisahan sementara ini.
Dipenerbangan terakhir malam ini aku membiarkanmu
pergi. Perlahan pesawat itu mulai tak nampak dengan kedua bola mataku,
sayapnya mulai tertutup dengan gelapnya awan malam ini. Kabari aku saat kamu sudah tiba di Kairo ya..
Kamu, pergilah. Aku akan menunggu disini sampai kamu pulang kembali dan
menemuiku.
buat saya, satu setengah tahun itu lama sekali lho Mbak rasanya, kalo bener-bener dia itu orang yang paling kita sayangi.
BalasHapushahaha.. apalagi untuk saya pak?? sebulan saja saya a keram nunggunya tapi untunglah ini fiksi :)
Hapushiks harus menunggu ya :)
BalasHapuscapek mbak :D
Hapushiks..menunggu itu menjemukan..
BalasHapusTapi untuk orang yang tersayang,jangankan 1.5 tahun 10 tahun pun akan ku tunggu ..CIyee..
hahaha... pengalaman menunggu pasti ni mom yah? :)
Hapuseciyey... tetapi menunggu itu menyebalkan loh ai...
BalasHapusohya, maaf lahir batin ya ai, maafin aku atas semua salahku, selamt berpuasa ya ai...
hahahaha sangat kebangetan ocha :D
Hapusiaa.. aku juga maaf lahir batin yah cha.. selamat berpuasa dan moga puasa qt berjalan dengan baik :)
Hehehe unyuuu...
BalasHapusNunggu 1.5 tahun, lama gak ya itu :D
1,5 tahun itu gak lama kuk...beneran deh...hehhehehe..
Hapushahaha.. asal jangan lihat kalender trs mbak una, karena itu akan terasa amat lama :D
Hapusyang penting saling setia :)
BalasHapuswew,,,menyayat hati :')
BalasHapusJarak hanya hitungan dan angka di atas kertas utk era sekarang, jd 1,5 tahun tak akan lama selama saling percaya..
BalasHapusmohon maaf lahir dan bathin "selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan"
salam kenal :)
BalasHapusBW dan follow..
salam hangat dari The Ocean
daleeeeem niz,,
BalasHapustapi ditengah-tengah manis sekali..
Aii..2jam aja babeh blom pulang kerja udh kliyengan mimi nya heeeeee
BalasHapus6 bulan.. ? hmm..
BalasHapussaya sudah meninggalkannya semala 4,5 tahun.. :D
Hai, aku mau minta maaf ya kalau ada salah. Dramanya bagus, cuma kalau boleh ngasih kripik, itu dialog yang dari sms ama dialog yang diucapin langsung dibedain, jadi yang pesan sms cukup dibikin miring tanpa kutip atau gimana lah biar beda. Salam super xD
BalasHapuskalimat terakhir yang mbah dukun suka, jadi teringat dialognya spongebob
BalasHapusSpongebob: "Patrick, apa yang kamu lakukan jika aku pergi?"
Patrick : "aku menunggu sampai kamu pulang"
penantian lama
BalasHapustisu, tisu...mana tisu....
BalasHapuskisah mengharukan. Kalau nanti dia menemukan kekasihnya disana gimana ya ? ah pastinya ada rasa kecewa jika menunggunya.
BalasHapus